Bangsa kita adalah bangsa yang besar, berdinamika dalam beragam sisi. Kita sebagai generasi muda wajib memahami apa saja yang terjadi dan diarungi bangsa kita pada saat ini dari paradigma lain.

Formal annual meeting 2019 yang berlangsung di KBRI Berlin pada Jumat, 3 Mei 2019 adalah ajang berkumpul, berdiskusi dan bergembira dengan tema “Membangun Indonesia: Membangun Sains, Teknologi dan Memaknai Keberagaman”.

Diskusi eksklusif dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman, Dr. Arief Havas Oegroseno berlangsung dengan hangat dan menambah wawasan kebangsaan serta semangat untuk selalu berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.

Diskusi dengan Bapak Duta Besar dibuka dengan beliau menyampaikan kabar baik bahwa untuk tahun ini LPDP menyediakan 5 Universitas pilihan di Jerman untuk jalur regular. Hal ini merupakan salah satu masukan dari Bapak Duta Besar dan tim langsung kepada Ibu Sri Mulyani, bahwa Universitas di Jerman memiliki kualitas yang sangat bagus dengan biaya pendidikan yang murah. Selain itu masukan dari Bapak Duta Besar kepada Ibu Sri Mulyani adalah dengan menambahkan aspek jumlah penerima nobel di universitas selain ranking dunia. Menyambung pembahasan terkait pendidikan, Bapak Duta Besar menyampaikan salah satu program dari Pak Presiden Republik Indonesia untuk beliau adalah terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Beliau mencontohkan bahwa di Indonesia angka pengangguran paling tinggi adalah pada lulusan SMK, sedangkan di Jerman sendiri lulusan vocational school terbukti memiliki kualitas yang baik dan siap kerja. Untuk itu saran beliau adalah Indonesia agar bisa mengadopsi sistem pendidikan vokasi Jerman untuk mencetak lulusan SMK yang sesuai kebutuhan lapangan kerja. Menurut beliau, salah satu SMK di Karawang telah menerapkan sistem pendidikan vokasi layaknya di Jerman dan SMK tersebut bekerjasama dengan salah satu pabrik otomotif yang ada di daerah Karawang untuk praktek kerja selama sekolah sehingga setelah lulus mereka memiliki skill yang baik dan siap bekerja.

Hal yang berkaitan dengan isu terkini yang terjadi di Indonesia merupakan pembahasan lain menjadi pembahasan dalam diskusi tersebut, salah satunya adalah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.  Menurut Bapak Arief Oegroseno, proses pemilihan umum di Berlin sendiri dapat dikatakan sukses dan beliau banyak mendapat ucapan selamat dari media asing atas keberhasilan itu. Namun satu hal yang menggelitik beliau adalah adanya beberapa keraguan dan pertanyaan dari media asing tersebut apakah ini merupakan kemenangan demokrasi ataukah Islamisasi. Salah satu yang membuat mereka berpikir bahwa pemilu kali ini merupakan Islamisasi adalah karena calon wakil presiden pemenang quick count, Bapak Ma`ruf Amin merupakan kyai sekaligus juga ketua MUI. Bapak Arief Oegroseno menyatakan bahwa Bapak Ma`ruf Amin adalah seorang kyai dan juga merupakan pribadi yang sangat nasionalis. Indonesia pernah memiliki presiden seorang kyai yaitu Almarhum Gus Dur dan seperti yang kita ketahui bahwa Gus Dur merupakan orang yang sangat nasionalis, sehingga tidak perlu khawatir berlebihan memiliki pemimpin seorang kyai. Menurut beliau, tidak bisa dipungkiri bahwa Islamophobia di Eropa ini masih tinggi, baik secara tersirat maupun tersurat. Kebanyakan orang Eropa belum mengetahui warna Islam di Indonesia, bahwa orang Indonesia yang beragama Islam memegang teguh ajaran agamanya namun juga sangat mencintai dan menghargai keberagaman budaya Indonesia. Hal ini adalah tugas kita bersama untuk membuka pandangan mereka untuk mengikis Islamophobia di Eropa.

Sesi tanya jawab pada diskusi ini salah satunya juga masih seputar masalah pemilu 2019. Pertanyaan dari salah satu peserta adalah apakah menurut Pak Dubes polarisasi ini akan menimbulkan perpecahan di masyarakat. Pak Dubes percaya bahwa polarisasi ini hanya bersifat sementara saja dan suatu hal yang dibesar-besarkan media. Pertanyaan selanjutnya berkaitan dengan menjadi agent of change di lingkungan yang sulit berubah. Disini beliau memberikan nasehat bahwa melawan dari dalam itu tidak mudah, jika tetap ingin berubah maka harus melakukannya dengan cerdas dan memiliki prinsip yang teguh.

Sesi diakhiri dengan pertanyaan mengenai topik yang sedang hangat di Indonesia dan di Eropa yaitu mengenai kelapa sawit dengan berbagai dimensinya. Jawaban beliau, diskusi tentang kelapa sawit ini kompleks dan sensitif. Beliau tidak memungkiri bahwa industri sawit di Indonesia perlu didisiplinkan, karena faktanya masih ada petani sawit yang menjalankan praktek unsustainable agriculture practice (terutama pada skala petani kecil). Namun kini Indonesia telah memiliki ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dengan menjalankan praktek sustainable agriculture practice. Menurut beliau, masalah kelapa sawit ini bukan semata persoalan lingkungan hidup namun lebih ke persoalan ekonomi (persaingan ekonomi) dimana negara Eropa ingin melindungi petaninya. Eropa menggunakan minyak sayur yang umumnya berupa sunflower oil dan Raps seeds oil yang harga pasarannya lebih mahal daripada harga minyak kelapa sawit. Jika minyak kelapa sawit Indonesia di ekspor secara masif ke Eropa, maka dikhawatirkan akan berdampak buruk pada persaingan harga minyak sayur di Eropa.

Diskusi dan tanya jawab dengan Bapak Duta Besar berlangsung selama satu setengah jam, setelah itu dilanjutkan dengan acara round table discussion yang dibagi menjadi 4 kelompok (ekonomi kesehatan, sains, teknologi) yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dari seluruh peserta. Round table discussion berlangsung dengan penuh antusiasme peserta dalam menyampaikan pendapatnya, lalu diakhiri dengan presentasi hasil diskusi oleh masing-masing kelompok. Round table discuccion ini dapat dimaknai sebagai simulasi khususnya bagi awardee LPDP untuk saling bekerjasama lintas bidang sosial ekonomi, sains, dan teknologi dalam memberikan solusi permasalahan bangsa.

Kelompok sains 1 mengungkapkan bahwa ada beberapa permasalahan terutama dalam bidang penelitian yang dihadapi Indonesia, diantaranya adalah rendahnya nilai ekonomi dari suatu barang yang dihasilkan dari penelitian contohnya dari hasil konservasi kayu maupun produk yang dikembangkan dari hasil alam Indonesia dikarenakan kualitas produk yang kurang bersaing, kurang dihargai masyarakat Indonesia, maupun pola pikir dari pembeli. Selain itu, sumber daya manusia dan pihak pengambil kebijakan juga dirasa menjadi masalah karena kurangnya disiplin, manajemen yang buruk, maupun kurangnya riset dalam mengambil keputusan sehingga dihasilkan kebijakan yang kurang tepat sasaran. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya adalah pemerintah harus lebih memperhatikan riset fundamental, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan juga meningkatkan kualitas pendidikan.

Disisi lain, Kelompok ekonomi kesehatan menjabarkan adanya permasalahan dalam mewujudkan sistem BPJS yang lebih baik, diantaranya adalah belum meratanya pelayanan yang diberikan serta subsidi dari pemerintah yang tidak mencukupi sehingga terjadi defisit dana. Solusi yang ditawarkan oleh kelompok ini adalah dengan adanya multi provider asuransi kesehatan yang dikelola oleh pemerintah atau swasta dengan prinsip pelayanan merata dan sejajar satu dan lainnya. Permasalan dalam bidang pendidikan yang dihadapi Indonesia salah satunya adanya kesenjangan bahasa daerah dan nasional di tengah kebutuhan bahasa asing. Solusi yang berikan untuk permasalahan ini adalah dengan menghidupkan kembali bahasa daerah mulai dari lingkungan keluarga, penggunaan teknologi dalam belajar berbahasa, serta menorong kebijakan yang menggalakkan kemampuan berbahasa. Masih dalam bidang pendidikan, masalah lain yang dihadapi adalah urgensi pendidikan politik yaitu tidak dimasukkannya pendidikan politik secara spesifik dan juga adanya penggunaan media sosial dalam konteks perpolitikan yang tidak bijak. Solusi yang ditawarkan antara lain revitalisasi undang – undang pendidikan dan menjadi insan muda yang memulai diskusi politik yang sehat lewat media sosial.

Keesokan harinya tanggal 4 Mei 2019, peserta annual meeting melakukan jalan-jalan keliling kota Berlin. Acara jalan- jalan ini berlangsung seru dan menyenangkan karena para peserta juga mengajak keluarganya sehingga semakin memeriahkan suasana. Perjalanan keliling kota Berlin ini mengunjungi beberapa pusat wisata yang terkenal seperti tembok Berlin, Reichstag, Brandenburger tor, dan masih banyak lagi serta diselingi informasi filosofis mengenai situs tersebut. Acara selesai menjelang malam dan setelah itu para peserta kembali ke kotanya masing-masing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *