Profil Universität Bremen / The University of Bremen

 

Universität Bremen berada di kota Bremen, Jerman. Universitas ini berdiri pada tahun 1971 sehingga usianya masih kurang dari 50 tahun. Namun, secara umum, dalam ranking QS Top 50 Under 50 2016-2017, Universität Bremen berada pada posisi 51-60 besar dunia. Diantara Universitas di Jerman, Universität Bremen berada pada posisi ke dua setelah University Ulm (http://www.topuniversities.com/university-rankings/top-50-under-50/2016). Secara usia boleh muda, namun secara prestasi harus terus bersaing dengan kampus-kampus yang lebih tua.

Secara akademis, kampus ini didukung oleh sekitar 1381 orang tenaga pengajar dengan 290 orang profesor. Tercatat pula sebanyak 180 orang tenaga pengajar merupakan merupakan tenaga pengajar internasional. Pada tahun 2016, tercatat lebih dari 19 ribu mahasiswa yang teregistrasi di universitas ini dalam berbagai bidang studi dan jenjang pendidikan.

Porsi jumlah undergraduate student memang paling tinggi, yakni mencapai 72% sedangkan sisanya merupakan postgraduate student. Menariknya, sekitar 10% dari populasi mahasiswa di kampus ini adalah mahasiswa internasional sebagai postgraduate studentyang mencapai 47%, sedangkan selebihnya adalah undergraduate student. Dalam hal ini, dapat pula dikatakan bahwa proses internasionalisasi kampus pun sedang terjadi di Universität Bremen.

Berbagai strategi internasionalisasi ini dicanangkan oleh pihak universitas, salahsatunya adalah dengan adanya departemen khusus untuk tiap fakultas untuk menyukseskan tujuan internasionalisasi kampus. Selain itu, fungsi International Office juga terlihat sangat membantu bagi mahasiswa asing pada saat memulai, sedang melaksanakan, hingga pada masa akhir pendidikan di universitas ini. Mulai dari penyambutan, bantuan pencarian akomodasi, bantuan advokasi, hingga membantu permasalahan alumni.

Sejak tahun 2012, the University of Bremen menyandang gelar ‘University of Excellence’, sebuah penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Jerman sebagai apresiasi atas pencapaian riset yang cukup baik. Hal tersebut merupakan pengakuan atas beberapa langkah atau strategi riset yang dijalankan oleh universitas selama beberapa tahun ke belakang.

Konsep riset multidisiplin, research-based learning dalam sebuah proyek, serta komitmen sosial, yang diterapkan ternyata mampu mendorong universitas ini menuju universitas modern.

Ada 6 konsentrasi riset dalam universitas ini, yang juga dikenal sebagai area riset yang menarik, diantaranya adalah Ocean and Climate Science, Material Science, Information-Cognition-Communication, Social Sciences, Health Sciences, dan Logistics. Fokus riset dan keunggulan tersebut terjabarkan dalam institut-institut, program studi, serta jenjang pendidikan yang ada di dalam universitas ini. Sudah menjadi lumrah bahwa seorang mahasiswa doktoral mendapatkan bimbingan dan melakukan riset di sebuah institut yang terafiliasi dengan universitas, demikian pula dengan program master pada sebuah program studi di universitas ini bisa melakukan riset untuk thesisnya diinstitut-institut tersebut.

Ada 12 fakultas pendukung di universitas ini, antara lain:

  1. Physics / Electrical Engineering
  2. Biologi/Chemistry
  3. Mathematics/Computer Sciences
  4. Production Engineering
  5. Geosciences
  6. Law
  7. Business Studies
  8. Social Sciences
  9. Cultural Studies
  10. Languange and Literaty study
  11. Human and Health Sciences
  12. Pedagogy and Educational Sciences

Masing-masing fakultas memiliki keunggulan masing-masing. Akan tetapi, dengan berbagai fasilitas pendukung riset yang baik, bidang natural science secara umum berhasil menempati ranking 292 dunia pada tahun 2015. Secara khusus, keunggulan yang cukup menonjol terlihat pada bidang Earth and Marine Science, hal ini ditujukan dengan peringkat 51 dunia terbaik di tahun 2016. Sedangkan untuk di Jerman sendiri, khusus untuk bidang ini berada pada posisi ke dua teratas mengungguli universitas lain seperti Christian-Albrechts-University zu Kiel, Universität Hamburg, hingga Universität Postdam (http://www.topuniversities.com/university-rankings/university-subject-rankings/2016/earth-marine-sciences).

Keunggulan terebut diindikasikan oleh jumlah dan kualitas publikasi serta reputasi akademik yang sangat baik pula. Tidak mengherankan memang, hal ini disebabkan oleh adanya infrastruktur dalam bidang Earth and Marine Science ini yang sangat baik.

Universitas Bremen merupakan satu dari 3 lokasi di dunia selain Jepang dan USA yang mempunyai tempat penyimpanan sedimen dasar laut yang cukup besar dan selalu dijadikan rujukan oleh para peneliti dunia untuk menyimpan dan menggunakan jasa penyimpanan sampel sediment tersebut. Selain itu, infrastruktur penunjang eksplorasi kelautan dan geologi di universitas ini merupakan yang terbaik di Jerman, sehingga sering melakukan kerjasama dengan universitas lain di Jerman dan dengan universitas dari negara lain.

Bagi mahasiswa tingkat doktoral di Universität Bremen bisa bergabung dengan institut-institut yang berafiliasi dengan universitas ini. Sedangkan untuk jenjang master, ada beberapa program studi internasional yang ada hampir di setiap fakultas (http://www.unibremen.de/international/internationaler-campus/internationale-studienangebote/international-programs.html), diantaranya adalah:

  1. Biochemistry and Molecular Biology
  2. Transnational Law
  1. Communication and Information technology
  2. Digital Media
  3. Ecology
  4. Environmental Physics
  5. Information and Automation Engineering
  6. International Relation: Global Governance and Social Theory
  7. ISATEC, International Studies in Aquatic Tropical Ecology
  8. Materials Chemistry and Mineralogy
  9. Marine Biology
  10. Erasmus Mundus in Marine Biodiversity and Conservation
  11. Marine Geosciences
  12. Neurosciences

Profil Universität Bremen di atas tentu saja memberikan sebuah keyakinan akan kemampuan kampus ini sebagai kampus yang ramah, akomodatif, serta berkualitas bagi mahasiswa internasional. Keberagaman bidang kajian serta kekuatan riset di universitas ini mampu memberikan sisi positif bagi mahasiswa international yang akan menuntut ilmu di sini.

 

Kontributor: oleh: M.Yusuf Awaluddin, S3, The University of Bremen

Menyelami Keunggulan Riset Bidang Kelautan di Jerman

Tak kurang dari 70% Bumi yang kita tinggali ini adalah lautan. Kita pun mengenal beberapa samudera besar seperti Samudera Pasifik, Samudera Atlantik, dan Samudera Hindia. Lautan ini pun melintang dari kutub utara hingga kutub selatan. Sehingga dengan cakupan yang luas tersebut lautan mempunyai peran yang cukup strategis bagi manusia khususnya, termasuk penelitian-penelitian yang dilakukan untuk menyingkap peran dan misteri dalam bidang kelautan ini.

Sebagai salah satu negara di Eropa yang berbatasan langsung dengan laut, Jerman memiliki fokus riset yang kuat dalam bidang kelautan. Walaupun secara luas batas lautnya tidak seluas negara kepulauan Indonesia atau negara Eropa seperti Inggris, Spanyol atau Portugal, namun Jerman memiliki sebuah konsorsium riset yang sangat kuat dalam bidang kelautan tersebut. Konsorsium ini bernama German Marine Research Consortium (KDM). Tidak mengherankan pula apabila anggota konsorsium tersebut merupakan institusi riset atau universitas yang berada di bagian utara Jerman yang notabene secara jarak relatif lebih dekat dengan laut.

Kalau dilihat secara geografis, memang hanya bagian utara Jerman saja yang berbatasan langsung baik dengan laut. Tapi jangan terlalu berharap bisa berenang di pantai dengan nyaman kalau tidak kuat dengan suhu permukaan laut yang relatif lebih dingin apabila kita bandingkan dengan pantai-pantai di Indonesia, jelas laah. Saya pernah mencoba berenang di tepian pantai Laut Utara pada saat musim panas, tetap saja gak kuat dengan dinginnya permukaan air, teringat hangatnya pantai di Karimun Jawa, pantai di Pulau Pramuka, atau bahkan pantai Pangandaran. Ah sudahlah, masih banyak juga pantai indah lainnya di Indonsia yang tidak dapat saya rinci lebih jauh biar tidak baper.

img_6008
Pantai di Utara Jerman yang Kerap menjadi Ajang Festival Kemaritiman.

Kembali ke masalah konsorsium bidang kelautan di Jerman. Tak kurang dari 16 institusi telah bergabung dengan konsorsium ini, berikut rinciannya:

  1. Alfred Wegener Institute Helmholtz Centre for Polar and Marine Research (AWI) Bremerhaven.
  2. Center for Earth System Research and Sustainability (CEN) Hamburg
  3. Department of Maritime Systems, Interdisciplinary Faculty, University of Rostock
  4. German Oceanographic Museum, Stralsund
  5. Senckenberg Research Institute, Wilhelmshaven
  6. GEOMAR Helmholtz Centre for Ocean Research Kiel
  7. Helmholtz-Zentrum Geesthacht, Centre for Materials and Coastal Research
  8. Institute for Chemistry and Biology of the Marine Environment, University of Oldenburg
  9. Baltic Sea Research Institute Warnemünde (IOW)
  10. Jacobs University Bremen – School of Engineering and Sciences
  11. Kiel Marine Science – Centre for Interdisciplinary Marine Science, Kiel University
  12. MARUM – Center for Marine Environmental Sciences, University of Bremen
  13. Max Planck Institute for Meteorology (MPI), Hamburg
  14. Max Planck Institute for Marine Microbiology (MPI), Bremen
  15. Thünen Institutes, Aquatic Resources
  16. ZMT- Leibniz Centre for Tropical Marine Ecology, Bremen

Konsorsium tersebut melingkupi berbagai bidang terkait dengan kelautan, mulai topik riset dari sisi atmospherik nya, pesisir pantai, hingga kedalaman lautan. Bidang serta fokusnya pun berbeda-beda, mulai dari kondisi fisik lingkungan laut, organisme laut, hingga masalah sosial. Lokasi risetnya pun beragam, mulai dari kutub utara, perairan utara Jerman, hingga ke daerah tropis yang sangat jauh dari Jerman. Tentu saja alasannya tidak hanya melulu eksistensi dalam keunggulan riset para peneliti Jerman dalam percaturan riset kelautan di dunia. Tetapi juga bentuk peningkatan kapasitas dan transfer ilmu pengetahuan dengan negara lainnya termasuk negara di daerah tropis. Salah satu insitusi yang fokus ke daerah tropis adalah ZMT-Bremen dengan topik ekologi laut serta topik multidisiplin lainnya.

img_69881
MARUM adalah salah satu institusi dalam konsorsium

Sementara itu, ada contoh lainnya yaitu dalam bidang paleoceanografi dan paleoclimate, bidang-bidang ini mempunyai topik penelitian tentang iklim dan kondisi laut purba dimana tentu saja peralatan ukur modern belum hadir. Ternyata daerah tropis memiliki peran yang cukup sentral dalam perubahan iklim saat jaman purba, sehingga menarik para peneliti Jerman untuk melakukan riset di daerah ini. Hasil penelusuran penulis menunjukkan sebanyak 26% riset mengenai hal tersebut dilakukan oleh peneliti yang berafiliasi dengan institusi Jerman, dan sebagian besar berasal dari konsorsium ini, seperti MARUM dan GEOMAR. Jumlah tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan tingginya minat para peneliti Amerika Serikat dalam bidang dan lokasi yang sama dengan jumlah lebih dari 50% sejak tahun 1970-an.

Semangat kolaborasi antar institusi dalam konsorsium ini maupun dengan institusi internasional lainnya menunjukkan arti pentingnya kerjasama dalam sebuah riset kelautan dalam menjawab tantangan masa depan. Terhitung beberapa lembaga riset internasional lainnya menjadi partner dari konsorsium ini seperti national Oceanographyc Centre (NOC), Southamton, UK., University of Bergen, Norwegia, IFREMER Prancis, dan CIIMAR, Portugal. Selain itu, dengan kolaborasi ini akan memperkuat daya tawar konsorsium termasuk insitusi anggotanya saat berhadapan dengan pemerintah, lembaga donor dan publik.

Peningkatan kesadaran publik akan arti pentinya bidang kelautan juga disadari oleh konsorsium ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam mendukung riset yang mereka lakukan. Sehingga tak jarang institusi anggota konsorsium ini melakukan pendekatan kepada publik di Jerman melalui beberapa kegiatan seperti, pameran riset, seminar publik, open ship, dll. Hal tersebut tentu saja salah satu bagian dari pertanggungjawaban mereka kepada para pembayar pajak.

Sedangkan bagi para calon mahasiswa master ataupun doktor, bahkan para peneliti muda dalam bidang kelautan, konsorsium ini bisa menjadi petunjuk awal untuk mencari supervisor atau topik yang tepat untuk melakukan kerjasama riset dengan lembaga partner dalam konsorsium. Para calon mahasiswa dapat menelusuri lebih lanjut profil masing-masing instusi yang sesuai dengan minatnya, dan bisa melakukan kontak secara pribadi dengan supervisor potensialnya. Tak jarang pula konsorsium ini sendiri mempunyai proyek besar yang melibatkan institusi anggotanya.

Sesaat lamunan saya pun kembali tertuju ke sebuah negara kepulauan terbesar di daerah tropis sana. Luasnya lautan yang dimiliki Indonesia tentu saja membutuhkan perhatian yang sangat besar. Semangat kolaborasi dari berbagai institusi terkait di dalam negeri serta peran pemerintah yang kuat untuk mendorong akselerasi dalam bidang ini. Berharap secara positif bahwa proses itu sedang berlangsung. Semoga kita bisa mengambil bagian dan turut berkontribusi di dalamnya.

M.Yusuf Awaluddin

S3, MARUM, Bremen Universität

Tips dan Trik Membawa Keluarga Langsung Diawal Perkuliahan ke Jerman

Melanjutkan studi di Jerman memang tidaklah lengkap tanpa keluarga. Berbeda dengan studi di negara ASEAN atau Australia yang relatif dekat, studi di Jerman memiliki jarak tempuh kerinduan yang lebih jauh 😀 . Kebanyakan mahasiswa yang menempuh studi di jerman memang memboyong keluarga mereka setelah 3 sampai 6 bulan setelah mereka menapaki jerman. Hal ini umum dijumpai dan banyak tertulis di blog-blog mahasiswa master maupun doktorand. Namun beberapa bulan itu akan terasa sangat lama dan menyiksa. Terutama bagi pengantin baru (atau yang masih merasa pengantin baru :D) atau keluarga yang baru memiliki anak usia balita, yang sedang lucu-lucunya. Hal itulah yang melatari perjuangan beberapa orang untuk bisa bepergian bersama dari awal. Alhamdulillah, saya dan keluarga (istri dan dua anak saya) diberikan kemudahan untuk bisa berangkat bersama-sama ke Jerman pada bulan agustus 2016. Dalam tulisan ini saya akan berbagi beberapa catatan ketika saya mengurus visa keluarga dari awal.

A. Pastikan anda bisa membawa keluarga berbarengan

Pertama sekali yang harus dilakukan adalah menghubungi Ausländerbehörde (ABH) kota setempat. Ausländerbehörde adalah kantor imigrasi kota. Merekalah yang menentukan apakah kita boleh membawa keluarga langsung atau tidak. Kedutaan hanya menerima berkas saja. Alamat email Ausländerbehörde bisa didapat dengan meng-google „ausländerbehörde (spasi) nama kota“. Biasanya email resmi berdomain resmi dibelakangnya (e.g blablabla(at)luebeck(dot)de atau blablabla (at)hamburg(dot)de) walaupun tidak semuanya seperti itu.

Tanyakan via email kepada ABH apakah kita bisa membawa keluarga langsung ke jerman bersama kita. Tentu dengan memperkenalkan diri dahulu (nama, asal negara, keperluan di jerman (studi), istri dan jumlah anak dan umurnya, dan yang paling penting adalah keuangan kita selama dijerman (besaran beasiswa dll). Setelah itu tanyakan syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk bisa membawa keluarga langsung bersama kita.

Jika ABH menjawab boleh. Maka bukti email tersebut di print untuk dijadikan bukti ketika membuat visa nanti (jika diperlukan—backup document). Jika mereka menjawab tidak, coba lobby ulang dengan pendekatan lain 😀

 

B. Persiapan berkas visa

Selanjutnya adalah mempersiapkan berkas. Mempersiapkan berkas keluarga memang membutuhkan kesabaran serta ketelitian ekstra serta dana yang kadang-kadang ekstra juga. berkas visa kumpul keluarga langsung ini pada dasarnya dipersiapkan seperti layaknya visa family reunion biasa. Ada banyak blog yang menuliskan cara mempersiapkan dokumen visa kumpul keluarga berseliweran di internet. Salah satunya adalah ini :

http://lpdp-jerman.org/mengurus-visa-family-reunion-ke-jerman/

dan ini :

https://mellyloveskitchen.com/2014/11/29/visa-kumpul-keluarga-ke-jerman/

Untuk menghindari pengulangan (Sebenarnya karena males nulis :P) maka saya akan menyoroti hal-hal urgen saja terkait membawa keluarga langsung ini.

Berikut syarat yang pernah saya catatkan untuk membawa istri dan anak :

  1. Passport dan dua lembar fotocopy passport (istri dan anak)

Fotocopy dibagian yang ada keterangan identitas dan tandatangan.

  1. Dua rangkap formulir permohonan

Formulir  permohonan diisi lengkap dengan huruf kapital, soalnya handwriting jerman agak berbeda dengan indonesia.

Untuk waktu keberangkatan bisa diperkirakan saja kapan, tergantung kapan (waktu beasiswa mulai berlaku misalnya).

Untuk alamat di jerman dituliskan alamat sesuai kontrak wohnung (lihat dibawah).

Untuk formulir anak, jangan lupa untuk ditandatangani oleh KEDUA orang tua dibagian yang memerlukan tanda tangan.

  1. Dua paspoto terkini

Pastikan mengikuti aturan paspoto untuk pasport, seperti  80% wajah dsb. Nama pemilik foto dituliskan dibelakang foto untuk menghindari tercecer.

  1. Buku nikah (asli dan fotocopy)

Cara melegalisirnya bisa merujuk pada dua link yang saya tautkan diatas. Pastikan yang anda fotocopy adalah setelah semua terlegalisasi (sudah mencakup terjemahan bahasa jerman dan stempel legalisasi dari kedutaan)

  1. Akte kelahiran anak (asli dan fotocopy)

Akte ini dilegalisasi merujuk pada dua link yang ada diatas. Pastikan yang anda fotocopy adalah setelah semua terlegalisasi (sudah mencakup terjemahan bahasa jerman dan stempel legalisasi dari kedutaan). Akte orang tua tidak perlu dilegalisasi.

  1. Surat keterangan dari pasangan yang tinggal di jerman (asli dan fotocopy)

Surat ini disebut dengan familienzussamenführung. Istri dan anak masing-masing harus dibuatkan surat ini (suratnya sama) dan dirangkap masing-masing dua eksemplar. Pada visa family reunion (dimana keluarga menyusul kemudian) lembaran ini distempel oleh ABH kota setempat. Namun karena kita ingin membawa keluarga diawal, maka hal tersebut tidak diperlukan. Berikut saya lampirkan contoh familienzussamenführung:

——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————

                                                                                                                                                                                       (nama pengaju)

(alamat)

(nomor hape)

(email)

 

Deutsche Botschaft

Jalan MH thamrin I

Jakarta, Indonesien

10310

Tel +62 21 39855000

Jakarta, (tanggal)

Familienzussamenfuehrung

 

Sehr Geehrte Damen Und Herren,

 

Mein Name ist (nama pengaju) und ich interessiere mich fuer eine zussamenfuehrung meiner Familie in Deutschland.

 

Ich begin meine Studie  von (tanggal perkiraan mulai) bis (Tanggal perkiraan selesai)  an der  (nama institusi tempat studi di jerman)  (nama supervisor jika doktorand) in (nama kota), mit dem Angesterben Abschluss (nama gelar akhir jika selesai studi .e.g Doktor rerum Naturalium (Dr.rer.nat)).

 

Ich habe eine stipendium von (nama beasiswa jika ada//dalam bahasa jerman). Dieses Stipendium garantiert mir, dass auch meine Familie warhrend der Zeit meines Studium in (nama kota) im Rahmen einer Familiezussamenfuehrung nach Deutschland kommen kann und in Deutschland finanziell abgesichert ist.

 

Es handeln sich um folgende Personnen:

 

Nachname Vorname Geburstdatum Adresse
Nama belakang istri Nama depan istri Tanggal lahir istri Alamat di indonesia
Nama belakang anak pertama Nama depan anak pertama Tanggal lahir anak pertama Alamat diindonesia
Nama belakang anak kedua Nama depan anak kedua Tanggal lahir anak kedua Alamat di indonesia

 

Wir sind sehr an einer erfolgreichen Beantragung interressiert und mochten daher alle erforderlichen Unterlagen bei der Einreichung  zur Verfuegung stellen.

 

 

Hochachtungsvoll

 

(nama pengaju)

—————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————-
*Yang dicetak miring dan tebal adalah kolom yang harus anda isi sendiri. Tanda kurung dihilangkan

**Nama pengaju adalah nama anda– yang akan menempuh pendidikan di jerman.

 

  1. Sertifikat A1 asli dan fotocopy

Istri saya TIDAK menggunakan sertifikat bahasa apapun.  Syarat ini amatlah berat terutama bagi yang tidak berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Apalagi jika istri anda sedang mengasuh anak kecil yang tidak bisa ditinggal. Berat, karena untuk test saja memerlukan waktu 2-3 hari termasuk perjalanan belum lagi untuk mengambil hasil tes. Bagi kami yang berdomisili nun jauh di ujung sumatera ini, itu artinya tiket pesawat dan hotel seharga jutaan rupiah. Namun mengapa istri saya bisa pergi tanpa A1?

Aturan mengenai kemampuan bahasa jerman dapat dilihat ditautan berikut :

http://www.jakarta.diplo.de/contentblob/3453920/Daten/4652545/H8_id__Deutschkenntnisse.pdf

Dalam poin pengecualian disebutkan kalau pasangan anda bisa tidak memiliki sertifikat bahasa jerman jika memiliki ijazah S1 sehingga bisa bekerja. Atau hanya menemani sementara di Jerman. Dalam hal ini saya mempersiapkan keduanya. Untuk poin pertama yang harus dipersiapkan adalah ijazah S1 istri dan print out Anabin mengenai universitas almamater istri. Apa itu Anabin? Anabin adalah situs untuk melihat apakah institusi kita diakui di jerman atau tidak. Berikut linknya

http://anabin.kmk.org/no_cache/filter/institutionen.html

Buka dibagian „suche“ –cari—search (dibagian atas), masukkan nama negara dan pilih institusi tempat istri atau suami anda bekerja. Nanti akan keluar hasilnya. Jika hasilnya H+ maka institusi tersebut diakui dijerman which is good. Namun jika hasilnya H+/- maka jangan putus asa dulu. Karena itu berarti bisa diakui dan bisa tidak, which mean masih ada kesempatan. Hehehe.

Hasil Anabin ini di print berikut dengan keterangan makna H+, H+/- yang ada dibagian „info“ di link ini

http://anabin.kmk.org/no_cache/filter/institutionen.html

Ijazah S1 (atau S2 atau S3) pasangan anda beserta hasil print Anabin ini akan jadi bukti bahwa istri/suami kita eligible untuk ke jerman tanpa sertifikat A1 bahasa jerman. Ada yang mengatakan syarat ini hanya untuk awardee DAAD. Namun hal tersebut tidak dicantumkan di website. Jadi anda bisa mencobanya.

Kita bisa juga mencoba dengan cara kedua yaitu dengan menyertakan bukti bahwa istri kita hanya mendampingi kita sementara. Saya menggunakan surat „sakti“ dari professor saya yang menyatakan kurang lebih bahwa: saya adalah calon phd student ditempatnya, istri dan anak saya perlu mendampingi saya ikut dalam proses belajar saya and the most important istri dan anak saya HANYA akan menemani saya sampai saya selesai study (cantumkan masa studi dari kapan sampai kapan) dan akan KEMBALI ke indonesia setelah itu. Surat sakti ini terbukti mengantarkan istri saya berhasil ke Jerman barengan dengan saya. Hehehe. FYI, saya menyiapkan juga dokumen pertama (Anabin), namun belum sempat dikeluarkan, karena pihak kedutaan sudah legowo menerima dokumen kedua ini.

Walaupun tidak ada sertifikat A1, saya tetap merekomendasikan pasangan anda untuk belajar bahasa jerman dasar.

 

  1. Bukti tempat tinggal pasangan di jerman

Ini adalah  bagian paling rumit dalam kepengurusan visa menurut saya. Rumit karena kita harus mendapatkan kontrak rumah di Jerman selagi kita berada di Indonesia.

Kenapa rumit, karena kedutaan Jerman/ABH ingin kita punya tempat tinggal dulu di Jerman jika bawa keluarga sebelum mendapatkan visa (which is make sense, gak mungkin juga sekeluarga tidur di mesjid atau di gorong-gorong kan?!), tapi penyewa rumah di Jerman juga ingin kepastian bahwa kita benar-benar pasti akan datang ke Jerman, yaitu berupa bukti visa, karena mereka tidak ingin kehilangan penyewa potensial lain yang ingin menyewa tempat mereka hanya gara-gara orang yang belum nyata wujudnya akan tiba di Jerman. Jadi lingkaran birokrasi ini benar-benar menguras airmata (tsah). Penyewa rumah di Jerman umumnya ingin bertemu tatap muka langsung dengan calon pengontraknya. Saya sangat terbantu oleh professor saya yang begitu baiknya mau bersusah payah mencari wohnung untuk keluarga saya. Terbilang puluhan wohnung sudah dijajaki, ada yang langsung menolak, ada yang php setelah menerima (jadi curcol). Namun impian untuk mendapatkan wohnung selagi kita di Indonesia bukanlah mustahil. Dalam kasus saya, saya membutuhkan waktu kurang lebih 5 bulan untuk bisa mendapatkan wohnung keluarga di jerman.

Cara lain yang bisa dicoba adalah menggunakan teman yang sudah ada di kota tersebut. Tapi teman tersebut harus bisa meyakinkan penyewa bahwa anda benar-benar akan datang ke Jerman. Pada kasus saya, akhirnya saya mendapatkan wohnung dari lobby professor saya kepada temannya yang juga pengusaha real-estate di kota tempat saya studi. Banyak kasus juga dimana orang Indonesia punya kenalan dengan pengusaha real-estate atau kenal dekat dengan penyewa rumah. Ini bisa dicoba. Yang paling penting adalah anda bisa mendapatkan KONTRAK TERTULIS ATAS NAMA ANDA yang tidak mungkin didapat jika anda menumpang sementara dirumah teman atau zwischenmiete.  Pastikan juga besar wohnung sesuai dengan kualifikasi. Kualifikasi besar wohnung ini harus anda tanyakan ke ABH via email. Dan bukti percakapan tersebut di print sebagai back-up document kalau-kalau kedutaan menganggap besar wohnung anda tidak mencukupi syarat.

  1. Bukti kecukupan keuangan

Ini bisa digantikan dengan surat keterangan dari beasiswa anda. Tapi anda harus pastikan anda menanyakan dahulu kepada Ausländerbehörde (lagi) mengenai berapa besaran uang yang harus anda sediakan untuk bisa membawa keluarga ke jerman. Terlebih dahulu ceritakan bahwa anda memiliki beasiswa yang menanggung keluarga (jika ada, contohnya LPDP). Jika jumlah yang di minta oleh ABH ini sesuai dengan budget anda, maka email ABH ini anda print, untuk dijadikan backup ketika membuat visa. Pihak kedutaan terkadang agak skeptis dengan biaya beasiswa, karena dinilai tidak cukup untuk menghidupi keluarga. Namun hal ini akan terbantah jika anda menunjukkan surat dari ABH tersebut. Namun apabila ABH menyebutkan jumlah yang agak kurang rasional bagi kondisi keuangan anda, mungkin anda bisa mempertimbangkan untuk melobi kembali ABH tersebut. Jangan berputus asa 😀

  1. Biaya visa 60 euro per orang

Biaya visa ini dibayarkan dalam rupiah. Jumlahnya seringkali melebihi kurs euro yang umumnya dipakai. Alangkah baiknya jika membawa uang lebih, termasuk pecahan-pecahan sepuluh ribu atau dua puluh ribu. Untuk anak-anak dibawah 12 tahun biayanya hanya 30 euro per orang.

  1. Asuransi perjalanan

Syarat ini tergolong baru. Asuransi perjalanan (bukan asuransi kesehatan saja) biasanya mencakup 90 hari terhitung mulai dari kapan kira-kira kita akan berangkat. Masing-masing sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang akan dibawa dan difotocopy dua rangkap.

 

C. Hal lain yang harus diperhatikan

Sekali lagi yang menentukan anda diterima atau tidak adalah ABH. Kedutaan hanya menyaring berkas saja. Adakalanya kedutaan tidak ingin berkas tersebut dikembalikan karena kurang lengkap, karena itu terkadang seleksi berkas dikedutaan sangat ketat. Tapi hal ini bisa dilalui jika kita membawa dokumen tertulis lengkap (baik dari percakapan email dengan ABH maupun info resmi dari website) sehingga kita punya amunisi yang kuat.

Dokumen yang anda bawa sebaiknya masing masing difotocopy rangkap dua (minimal). Hal ini guna mengantisipasi penundaan di loket kedutaan, secara fotocopy amat sangat jauh dari kedutaan (yang terdekat sih ada, tapi cukup untuk membobol kantong anda :D)

Pasangan anda harus hadir ketika anda mengajukan visa di kedutaan. Karena memerlukan sidik jari untuk kelengkapan dokumen. Anak-anak tidak harus hadir.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, walaupun membawa keluarga merupakan sesuatu yang membahagiakan, pastikan anda memiliki pendamping untuk mengenal lingkungan baru di kota tujuan anda. Karena beradaptasi dengan lingkungan dan bahasa baru tentu tidak mudah. Apalagi yang beradaptasi tidak hanya satu orang tetapi satu keluarga. Pendamping sangat saya anjurkan terutama untuk mereka yang belum pernah ke Jerman sebelumnya.

Dan yang terakhir adalah doa yang kencang. Ada tekanan besar ketika kita mulai membuat list kebutuhan visa keluarga ini. Bahkan saya sempat pesimis melihat banyaknya to-do-list yang harus dikerjakan dan mengingat belum ada trace record tulisan orang yang membawa keluarga diawal (setidaknya setelah saya googling cukup dalam). Karena itu doa yang kencang itu sebuah keniscayaan.

 

Semoga bermanfaat.

Dalam kehangatan keluarga dikota Lübeck yang dingin.

 

Penulis:

Maulana Ikhsan (PhD student in Fraunhofer EMB/Universität zu Lübeck)

Goresan di 60 Hari Pertama Bergabung dalam Grup Riset di Jerman

Disiplin, keselamatan kerja, dan tidak ceroboh merupakan hal-hal penting yang memerlukan usaha kuat untuk bisa diimplementasikan saat kerja di laboratorium di Jerman. Perlu ketenangan ekstra saat bekerja dan catatan-catatan penting agar kekeliruan kerja yang membahayakan diri dan orang lain tidak terjadi.

 

Saat saya melakukan meeting bersama kedua professor saya, Todd Marder dan Udo Radius, ada beberapa quotes yang bagi saya menarik dari beliau:

 

 “It is not a problem in not knowing something, but not wondering is.”

 

“If you say yes, just to make me happy, but it isn’t true, I will be angry.”

 

Todd B. Marder adalah seorang American Professor dengan 15000 sitasi. Beliau memperoleh penghargaan salah satunya dalam bidang main ement (khususnya Boron) pada tahun 2006, dan bidang organometallic pada tahun 2015 dari Royal Chemical Society 2015 (sebuah chair institute dalam bidang inorganic chemistry di Universität Würzburg). Adalah sebuah kenyataan yang bak khayalan tatkala beliaulah yang menjadi dosen pembimbing saya disini dalam melaksanakan riset.

 

Selama dua minggu saya menjalani training khusus mengenai menjalani prosedur atau teknik riset di laboratorium. Kacamata untuk keselamatan kerja di lab adalah salah satu safety tools yang wajib dipakai saat bekerja di dalam lab di Jerman. Mungkin kita di Indonesia belum terbiasa dengan aturan safety tersebut. Namun disini,  kemarahan seorang peneliti senior sempat terdengar dan terlihat tatkala melihat seorang kolega saya yang melepas kacamata safety tersebut saat kerja di lab hingga kata “damn!!” terpekikan.

 

Kasus lain yang saya alami sebagai contoh kedisiplinan dalam kerja lab di Jerman adalah saat seorang teknisi lab melaporkan adanya liquid/cairan pada pada tempat sampah kimia khusus padatan pada milis email anggota lab. Peringatan keras lainnya pun datang pula dari professor saya dengan nada ancaman mengenai sebuah eksperimen yang dilakukan overnight tanpa adanya formulir administrasi yang diisi.

Dari beberapa kejadian yang saya alami tersebut, saya belajar arti kuat mental demi profesionalisme. Alhamdulillah saya belum dan semoga tidak akan termasuk yang melakukan kesalahan-kesalahan yang fatal dalam kegiatan riset di laboratorium. Adanya kesalahan orang lain cukup untuk saya jadikan catatan dan pelajaran bagi saya kedepannya. Softskill profesionalisme benar-benar saya pelajari disini di hari-hari awal saya melakukan riset di Jerman ini.

 

Semoga apa yang saya pelajari di sini, bisa saya implementasikan dengan baik saat pulang membangun tanah air. Aamiin.

 

Catatan 3 Desember 2016.

Yudha P. Budiman

S2 di Institut für Erdöl- und Erdgastechnik (ITE), Technische Universität (TU) Clausthal – bagian 1

Halo teman-teman, perkenalkan saya Samuel Zulkhifly Sinaga. Saya berasal dari kota Bandung, Jawa Barat Indonesia. Kali ini saya akan menceritakan sedikit mengenai Institut für Erdöl- und Erdgastechnik (ITE), Technische Universität (TU) Clausthal, atau dalam Bahasa Inggris, Institute of Petroleum Engineering, Clausthal University of Technology (website ITE TU Clausthal: https://www.ite.tu-clausthal.de/de/) dan kota Clausthal. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan master (S2) di bidang Teknk Perminyakan/Petroleum Engineering (spesialisasi Drilling and Production) di universitas ini.

Gedung utama TU Clausthal (Hauptgebäude)
Gedung utama TU Clausthal (Hauptgebäude)
2
Gedung ITE TU Clausthal (Institute of Petroleum Engineering)

TU Clausthal (website TU Clausthal: http://www.tu-clausthal.de/) terletak di kota Clausthal-Zellerferld, Lower Saxony (Niedersachsen), Jerman bagian utara. Kota ini cukup kecil bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Jerman, bahkan dapat dikatakan sangat kecil. Sebenarnya, ada 2 kota yang menyusun kota ini: Clausthal dan Zellerfeld bergabung pada 1924 untuk membentuk unit administratif, namun tetaplah kota terpisah (http://wikipedia.org). Kota ini sangat dikenal karena universitasnya, TU Clausthal. Banyak orang, terutama orang-orang Jerman sendiri, menyebut kota ini sebagai “Siberia-nya Jerman” (Siberia adalah salah satu daerah terdingin di Rusia). Mengapa begitu? Kota ini terletak di tengah-tengah Pegunungan Harz, daerah pegunungan di Jerman Utara dengan rata-rata ketinggian kurang dari 2.000m. Puncak tertinggi pegunungan ini adalah Brocken dengan ketinggian 1.142m.

Karena letak kota ini yang cukup tinggi dibandingkan daerah-daerah lain di Jerman, maka tidak heran kota ini akan terasa sangat dingin pada musim dingin disbanding kota-kota lain di Jerman (pernah mencapai -20oC pada salah satu musim dingin). Pada saat perkenalan mahasiswa baru diawal semester, seringkali Rektor atau Dosen-Dosen di TU Clausthal menyampaikan anekdot lucu: “Selamat datang di TU Clausthal, Clausthal-Zellerferld, satu-satunya universitas (kota) di Jerman yang memiliki 2 kali Winter Semester/Semester musim dingin)”.  Bahkan, disaat warga di kota-kota lain di Jerman sudah merasakan musim semi (tidak ada salju), di Clausthal masih terdapat salju. Biasanya mahasiswa disini akan berceloteh: “…..begitulah kalau tinggal di Gunung!”.

3
Suasana saat musim dingin di kota Clausthal. Foto diambil pada pagi hari saat saya akan berkuliah.
4
Suasana saat musim dingin di kota Clausthal. Foto diambil pada malam hari sekitar pukul 22.00 malam.

Terdapat beberapa rute yang dapat ditempuh untuk menuju TU Clausthal; salah satu informasinya dapat dibaca di website berikut: https://www.ite.tu-clausthal.de/en/about-us/directions-and-maps/. Kota Goslar adalah kota yang akan dilewati bila kita akan pergi menuju ke Clausthal. Sedikit cerita mengenai kota Goslar, kota ini adalah salah satu kota yang dilindungi Unesco, sebuah kota tua di Jerman yang sudah berusia lebih dari 1.000 tahun. Kota ini adalah salah satu kota tujuan wisata di Jerman karena terdapat banyak objek wisata termasuk bangunan tua yang tetap terjaga keasliannya, bahkan tidak terkena dampak kehancuran perang dunia ke-2. Mungkin sudah menjadi kebiasaan warga Jerman untuk tetap menjaga kelestarian bangunan-bangunan tua sehingga kita dapat melihat banyak bangunan tua tersebut hampir di seluruh penjuru Jerman (http://www.kompasiana.com/lafontano/legenda-dari-pegunungan-harz_552fe38e6ea8340c5e8b45ad).

Dari terminal bis Goslar (Goslar ZOB, hanya beberapa meter dari stasiun kereta Goslar), kita menggunakan bis 830 dengan waktu tempuh sekitar 35-65 menit tergantung dari rute bis (jadwal bis setiap jam) menuju Clausthal (turun di halte bis terakhir Kronenplatz). Kota Clausthal tidak memiliki stasiun kereta; stasiun kereta terakhir terdapat di kota Goslar.

5
Kronenplatz, halte terakhir di kota Clausthal (foto diambil pada sekitar sore hari bulan November).
6
Pusat kota Clausthal (foto diambil pada sore hari sekitar bulan November 2016). Jangan heran bila kota terlihat sepi, karena Clausthal adalah kota kecil dan suhu saat foto diambil cukup dingin.
7
Gereja (Marktkirche) yang terbuat dari kayu di kota Clausthal yang telah dibangun sejak tahun 1642. Setiap jam, lonceng gereja tersebut akan berbunyi (website: http://www.ndr.de/ratgeber/reise/harz_suedniedersachsen/Luftkurort-und-Bergstadt,clausthalzellerfeld105.html).
8
Kaiserpfalz atau Istana kerajaan yang dibangun pada sekitar tahun 1040-1050 pada masa Raja Heinrich III (foto diambil pada bulan April 2016). Terdapat banyak objek wisata, termasuk bangunan-bangunan tua, di kota Goslar (website: https://www.goslar.de/)

Terdapat banyak festival atau kegiatan terkenal di kota ini setiap tahunnya. Salah satunya adalah festival penyihir. Festival ini berkaitan dengan legenda para penyihir di pegunungan Harz. Konon, setiap tanggal 30 April (pergantian musim dingin ke musim semi) para penyihir akan berkumpul di beberapa tempat di pegunungan Harz. Oleh karena itu, pada tanggal ini setiap tahunnya, selalu diadakan festival penyihir dengan nama “Walpurgis Hexenzauber im Harz”.

9-2
Festival penyihir (Walpurgis) yang biasanya diadakan setiap tanggal 30 April dan hanya terdapat di daerah Harz sesuai dengan legenda penyihir. Biasanya di setiap jalan dan bangunan, dipasang boneka-boneka penyihir dan yang berhubungan dengan penyihir menjelang festival Walpurgis.
10
Pada acara festival penyihir, biasanya banyak pengunjung yang menggunakan kostum penyihir. Dalam foto ini saya mengajak beberapa orang yang menggunakan kostum penyihir untuk berfoto.

Salah satu festival lainnya adalah pasar natal atau yang biasa disebut Weihnachtsmarkt. Setiap tahun, selama bulan November-Desember, selalu diadakan pasar natal selama kurang lebih 1 bulan dan berakhir pada tanggal 24 desember di setiap kota di Jerman (berbeda-beda di setiap kota di Jerman). Di pasar natal ini, kita dapat membeli berbagai macam barang kerajinan tangan dan makanan/minuman yang biasanya hanya ada pada pasar natal (jenis barang dan besarnya pasar natal pun berbeda-beda di setiap kota di Jerman).

12
Kemeriahan pasar natal (Weihnachtsmarkt) di Goslar. Ada yang menyebut pasar natal di Goslar lebih terasa kesan “tradisionalnya” dibanding dengan pasar natal di kota-kota lain di Jerman.

 

TAK BISA PINDAH KE LAIN HATI: LOA DARI UNI HEIDELBERG

Walaupun harus menunggu jeda yang cukup panjang, mengingat saya telah dinyatakan menjadi penerima Beasiswa LPDP sejak Juni 2015, saya tidak menyesali keberangkatan pada September 2016 ini. Bagi beberapa saudara dan teman saya, keberangkatan seharusnya masih terkejar untuk mulai studi pada Oktober 2015 dengan mengambil program studi di universitas-universitas di UK. Namun demikian, sejak awal saya mendaftar beasiswa, saya telah memutuskan untuk memilih Universität Heidelberg sebagai universitas tujuan studi.uni-heidelberg

Gambar. Mannheim Medical Faculty, Heidelberg University, dokumentasi pribadi

Saya memilih program studi Biomedical Engineering di Department of Radiation Oncology, Medical Faculty Mannheim, Universität Heidelberg. Program ini benar-benar yang saya inginkan mengingat kurikulum yang sangat sesuai dengan konsentrasi selama S1. Kuliah di Jerman juga menguntungkan dari segi pembiayaan studi karena untuk program internasional pun terhitung lebih murah daripada kuliah di UK misalnya. Sebagai perbandingan, tuition fee program saya sebesar EUR 2,050/semester atau EUR 8,200 selama studi, sedangkan untuk program yang sama di UCL menghabiskan biaya sebesar GBP 23,020 (± EUR 27,000 ) Full Time selama 1 tahun. Ya, walaupun saya dapat beasiswa dan tidak perlu memikirkan uang SPP, tapi saya memikirkan berapa banyak orang lain yang bisa diberikan beasiswa dengan penghematan sebesar ini.

 

Dalam perjalanan setahun masa pencarian LoA, banyak pihak memberi saran (dan desakan :D) untuk segera memulai studi dan mendaftar beberapa program lain sebagai cadangan. Saya mendaftar paling tidak 3 program, yaitu program studi Medical Physics, McGill University (Kanada), Physics  di Faculty of Physics and Astronomy, Universität Heidelberg dan Biomedical Engineering, Medical Faculty Mannheim, Universität Heidelberg. Deadline 2 program pertama bersamaan, yaitu 15 Januari 2016, sedangkan program ketiga, deadline pada 15 April 2016.

 

Secara umum syarat yang diminta untuk ketiga program tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut:

 

Checklist dokumen Medical Physics

McGill University

(September 2016)

Physics

Uni Heidelberg

(April 2016)

Biomedical Engineering

Uni Heidelberg

(September 2016)

Fotokopi ijazah dan terjemahan yang dilegalisir
Fotokopi transkrip dan terjemahan yang dilegalisir
Motivation Letter
Recommendation letter (2)
CV
Formulir pendaftaran
IELTS min. 6.5 (overall), no less than 6 (each)
Proof of Financial Support
School leaving certificate (Ijazah SMA, fotokopi ijazah dan terjemahan yang dilegalisir)
Keterangan [Online Application]

Biaya pendaftaran: CAD 107.39

Pengiriman IELTS:

Rp 350.000

 

 

[Offline Application]

Biaya pendaftaran:

Pengiriman dokumen:

USD 24.30

 

[Offline Application]

Biaya pendaftaran:

Pengiriman dokumen:

USD 24.30

Pengiriman IELTS:

Rp 350.000

 

 

Persiapan Dokumen

Semua dokumen yang diminta saya siapkan dengan sebaik-baiknya, termasuk dengan meminta bantuan teman untuk proofread motivation letter dan CV. Dua dokumen ini penting karena merupakan variabel yang masih dapat kita sempurnakan. Sebagai tips, carilah template CV dan panduan penulisan konten pada motivation letter yang berlaku umum bagi universitas atau negara tujuan studi. Untuk surat rekomendasi, mintalah kepada dosen yang mengenal kita dengan baik, bisa itu dosen mata kuliah, dosen pembimbing akademik, atau dosen pembimbing skripsi. Bagus juga untuk meminta surat rekomendasi dari atasan di lembaga penelitian tempat kita pernah magang atau bekerja. Dokumen lainnya yaitu formulir pendaftaran dan bukti finansial itu adalah hal administratif yang mudah didapat. Selebihnya, ijazah, transkrip, dan sertifikat bahasa adalah dokumen yang sudah jadi dan tidak dapat diubah lagi, kecuali mau mengulang tes lagi misalnya.

 

Catatan: Biasanya dalam sebuah halaman informasi mengenai pendaftaran, terdapat Admission Regulation yang mengatur mengenai sistem penilaian dan pemeringkatan pada proses penerimaan. Dengan mengetahui regulasi ini, kita dapat lebih meningkatkan kualitas dokumen yang kita kirimkan sekaligus mengetahui peluang kelulusan kita dalam program tersebut.

 

Online Application

Untuk dapat submit seluruh dokumen, kita harus memenuhi syarat pembayaran application fee, biasanya dengan memberikan informasi kartu kredit. Selebihnya pengiriman dilakukan secara mudah dengan cara mengunggah dokumen dan mengisi kolom-kolom pertanyaan data diri kita. Sistem ini memungkinkan kita untuk menyelesaikan aplikasi sampai menit-menit terakhir pada tanggal deadline yang menyesuaikan waktu setempat.

Untuk IELTS, sebenarnya sistem online ini lebih memudahkan karena kita hanya perlu meminta test center kita untuk mengirimkan secara elektronik. Dalam kasus saya, program studi di McGill tersebut belum masuk daftar  test center saya sehingga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengiriman.

 

Offline Application

Maksud dari offline application adalah pengiriman dokumen dalam bentuk fisik. Untuk keperluan ini, saya mempercayakan kepada Pos EMS. Saya pengalaman 3 kali mengirimkan dokumen (ke Kota Mannheim dan Kota Heidelberg), semuanya hanya membutuhkan 4 hari untuk sampai. Biaya yang diperlukan untuk pengiriman dihitung per negara, yaitu sebesar USD 24.30 ke Jerman untuk dokumen dengan berat maksimal 250 gram. Tarif paling update dapat dicek di sini (http://ems.posindonesia.co.id/tarifems.html). Tak lupa mengirimkan sertifikat IELTS yang tidak bisa dikirim berbarengan dengan dokumen yang lain karena duplikat sertifikat IELTS hanya bisa dikirimkan oleh test center kita. Alamat yang dituju disesuaikan dengan alamat program studi masing-masing mengingat Uni Heidelberg memiliki fakultas yang terletak di kota lain, misalnya kampusku di Kota Mannheim.

 

Pengumuman: Habis Gelap Terbitlah Terang

Sekitar bulan Maret-April, pengumuman dari McGill dan Physics Heidelberg datang hampir bersamaan. McGill menolak aplikasi saya dengan alasan aplikan yang banyak dan sangat kompetitif. Tak berselang berapa lama, surat dari International Office Uni Heidelberg pun datang yang berisi penolakan yang sama, kali ini dengan alasan mata kuliah yang diambil di S1 belum memenuhi 50% mata kuliah yang dipersyaratkan untuk ambil master di sana. Belajar dari pengalaman ini, saya menyempurnakan dokumen saya terutama motivation letter, harus benar-benar disesuaikan dengan program yang dituju. Kali ini saya memang jauh lebih optimis karena track record studi dan pengalaman penelitian sebelumnya sejalan dengan program studi ini. Akhirnya, sekitar minggu kedua bulan Mei, saya mendapatkan notifikasi via email mengenai kelulusan saya, bersambung pengiriman lembar LoA ke alamat saya sebulan setelahnya.

 

Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa intuisi kita selalu menuntun pada hal yang benar. Hanya saja, terkadang kita mempunyai keraguan dan menyebabkan ketidakefektifan tenaga, pikiran, dana, bahkan emosi. Namun demikian, proses trial dan error ini bermanfaat juga dan patut dicoba sebagai ajang latihan sebelum ujian yang sebenarnya (admission program studi yang diprioritaskan). Jangan takut ditolak karena adanya penolakan tidak selalu berarti kita tidak mampu, melainkan menjadi arahan menuju posisi yang paling sesuai untuk kita.

 

Penulis:

Sita Gandes Pinasti, PK 38

5 Hal yang Perlu Kamu Tahu tentang LDR Jerman-Indonesia

 

Buat kamu yang akan melanjutkan studi di Jerman dan punya pacar di Indonesia dan harus berpisah sementara waktu studi, rasa galaunya itu bagaikan galau ngga bakal ketemu pacar selamaaaaa banget alias relationsick. Biasanya, kemana-mana bareng, tiap hari ketemu, dan kangen tinggal datang ke rumahnya. Namun apalah daya, jarak dan waktu akan memisahkan hubungan ini untuk sementara.

 

Artikel ini akan membahas mengenai 5 common knowledge yang biasanya terjadi antara pasangan Long Distance Relationship (LDR) a.k.a. pacaran jarak jauh Jerman-Indonesia. LDR disini dalam konteks umum ya.. bisa sama keluarga, bisa sama pacar, bisa sama gebetan, asalkan jangan sama istri atau suami orang #okesip.

 

  1. Waktu Indonesia lebih cepat 5 jam dibanding Jerman

Time(source: https://theintentionalexpat.files.wordpress.com/2014/09

/jetlagapps_com_timezone_clocks_shutterstock_24754498_72dpi_komprimiert.jpg)

 

Lima jam meeeennnn selisihnya… “you say good morning when it’s midnight..” #backsound lagu Simple Plan-Jetlag. Kalau winter, selisihnya jadi 6 jam. Yak, hari pertama saat resmi masuk winter, pemerintah Jerman akan memundurkan jam dari jam 1 dini hari ke jam 00.00 dan terciptalah beda waktu 6 jam antara Jerman-Indonesia. Aplikasi world clock di android sangat membantu untuk kita bisa tahu the exact time across the countries. Dan harap maklum kalau pasangan kamu yang di Jerman baru bales ucapan “selamat pagi” kamu sekitar jam 10 pagi waktu Indonesia. Bukannya “Basik! Madingnya udah terbit!” tapi memang matahari baru terbit jam segitu (berarti kan jam 5 pagi waktu Jerman). Saat winter, bahkan, jam 8 pagi waktu Jerman masih bisa sholat subuh. Ohiya, komunikasi sama pasangan di awal-awal masa settle di Jerman juga akan sedikit terkendala soalnya kami akan ribet dengan urusan ini itu yang rempongnya ngelebihin persiapan kelahiran bayi tetangga.

 

Begini gambaran settle di Jerman: http://lpdp-jerman.org/tinggal-di-jerman-awalilah-dengan-burgeramt-langkah-awal-kedatangan-di-kota-tujuan/

 

  1. Waktu efektif kerja di Jerman adalah dari jam 10-17 (waktu Jerman)

Work(source: http://realita.co/photos/bigs/20151127082748Ilustrasibekerja.jpg)

Orang-orang di Jerman sangattt produktif. Saat kerja, mereka ngga pegang HP sama sekali. Mental efektifitasnya tinggi banget nget nget. Saat jam kerja mereka kerja, saat lunch mereka lunch sambil ngobrol, trus balik kerja lagi, dan saat kerja mereka ngga akan ngobrol apalagi ngorok. Lepas jam kerja, mereka ngga akan mau sentuh kerjaan. Nah, kadang kami ikut terbawa ritme kerja mereka. Jadi selama kerja, kami jarang pegang dan cek HP. Bisa cek HP ya saat jam makan siang atau selesai kerja, which is jam 13 dan 17 waktu Jerman, atau jam 18 dan 22 waktu Indonesia.

 

  1. Kangen masakan Indonesia

Food(source: https://www.pegipegi.com/travel/wp-content/uploads/2015/12/543defb8b5718.jpg)

Benar kata orang bahwa ketika kami jauh dari Indonesia, kami akan secara kondisi dipaksa untuk bisa memasak. Kami punya lidah Asia yang sukanya sama makanan yang banyak bumbu sedangkan disini makanan cuma ada daging, keju, sereal, pasta, pizza, yoghurt, salad, buah, dan makanan-makanan simple lainnya. Pilihannya kalo kangen masakan Indonesia yaaa harus bisa masak atau beli di rumah makan. Uwuwuwwuwuwuw syedih yah. Rumah makan Indonesia yang ada di Jerman ngga tersebar di semua kota; misalnya di Tuebingen engga ada rumah makan Indonesia.

 

Ini salah satu info kuliner Indonesia di Jerman: http://lpdp-jerman.org/pelajar-indonesia-perkenalkan-tempe-mendoan-di-culinaria-festo-jerman/

 

Jadi buat kamu yang pacarnya baru study di Jerman, ketika posting makanan-makanan Indonesia ke pacar kamu itu pilihannya ada 2: either pacar kamu akan seneng karna kamu udah makan dan ngga perlu tanya “udah makan apa belum” atau pacar kamu akan galau dan bilang “deportasi aja akuh, pehlisssss”…

 

  1. Jerman is not a colokan-friendly-country

plugs(source: http://www.pubinfo.id/foto_beritaumum/49charge_HP.jpg)

Di Indonesia, aku tidak pernah punya power bank -punyanya cuma power point­ plus dulu suka nonton power rangers- dan tidak pernah khawatir hapeku akan habis batere kala beraktifitas sehari-hari karena colokan di Indonesia itu bertebaran dimana-mana kaya oksigen. Bahkan di stasiun atau bandara aja ada free charging area. Di Jerman, kalau batre hp habis, wah, lillahitaala wassalam ngga bakalan bisa dikontak for the rest of the day kecuali kami nemu colokan di restoran atau ada orang baik ngasih hape baru ke kami secara gratis. Jadi, ada baiknya ngabarin keluarga atau pasangan ketika batre udah kritis dan kasih estimasi waktu kapan bisa dikontak.

 

  1. WIFI gratis is so wow difficult to find

Coffee(sumber: http://i01.i.aliimg.com/img/pb/333/339/664/664339333_685.jpg)

Selain colokan dan pokemon yang level cp nya di atas 1300, ternyata wifi gratisan juga susah banget nemunya di Jerman ini. Selama aku berada di Jerman, free wifi yang bisa aku dapet cuma ada 4 tempat: kampus, rumah, kampus temen, sama rumah temen. Ohiya, parahnya lagi, entah kenapa kalau kami baru ada di dalem toko maka otomatis kekuatan sinyal berkurang drastis. Entah guna-guna apa yang dipasang oleh pemilik toko di Jerman ini, but that case mostly happens. How to deal with that adalah bahwa ketika kami masuk ke pertokoan, again, kami akan ngabarin bahwa susah sinyal dan minim akses wifi. Terlebih lagi buat yang kangennya butuh tatap muka, kalau mau skype atau FaceTime kudu di rumah atau dorm karena kalau di kampus atau kantor buat pacaran… malu sama teman kantor euy…

 

Jadi begitulah kira-kira hal-hal yang perlu kamu tahu tentang LDR Jerman-Indonesia. Tulisan ini aku buat untuk menjadi obat kuat bagi para pejuang LDR lintas negara dan lintas zona waktu. Tujuan utamanya adalah untuk mengatakan bahwa komunikasi Jerman-Indonesia tidak akan selancar kala belum LDR. Dan, LDR berarti Lekat Dengan Rindu. Maksudnya… rindu siap melanda kapan aja di mana aja tanpa kenal situasi dan kondisi. Karena dia melekat, nikmati aja keberadaanya. Ibarat tahi lalat, emang adanya disitu ya diterima aja.  Salam pejuang LDR! 😀

 

Penulis:

Karlina Denistia

Ph.D. candidate in Quantitative Linguistics Department,

Eberhard Karls Universitaet Tuebingen.

Email: karlinalovesyellow@yahoo.com

Prosedur untuk memperoleh Unconditional Letter of Acceptance (LoA) S3 di RWTH-Aachen

 

Beberapa hari yang lalu ada pertanyaan dari teman yang masuk ke inbox fb saya tentang bagaimana mendapatkan Unconditional Letter of Acceptance (LoA) dari RWTH-Aachen. Katanya, info yang diperoleh dari postingan saya sebelumnya masih belum jelas cara mendapatkan LoA unconditional tersebut. Benar, postingan tersebut lebih difokuskan pada langkah awal bagaimana mendapatkan persetujuan profesor sebagai pembimbing doktoral dalam bentuk offer letter. Dan kemaren ada teman juga yang datang ke Aachen dengan hanya bermodalkan offer letter dari profesor untuk mendaftar ulang (enrolment) sebagai mahasiswa doktor di RWTH-Aachen. Tentu saja pihak kampus (Admission Office) meminta teman saya ini untuk mengisi formulir yang sebenarnya bisa dilakukan secara online dan tidak harus datang ke Aachen. Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan LoA Unconditional dari pihak kampus, mengingat pengalaman saya butuh waktu kurang lebih 2 bulan sampai terbit LoA tersebut. Nah, agar di kemudian hari tidak terjadi „kesalahan“ dalam memaknai LoA ini, sedikit saya tulis pengalaman saya bagaimana mendapatkan LoA unconditional bermodalkan offer letter dari profesor.

LoA, merupakan bukti (surat keterangan) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan layak sebagai calon mahasiswa pada sebuah program studi (di kampus Jerman biasanya disebut Institut) secara akademik. Berbeda dengan Offer Letter (ada juga yang menyebutnya Invitation Letter), LoA ini dikeluarkan oleh pihak kampus kepada calon mahasiswa yang telah melakukan pendaftaran secara online dan mengirimkan berkas-berkas yang berhubungan dengan akademik seperti ijazah dan transkrip nilai, sertifikat IELTS/TOEFL yang masih berlaku, dan lain-lain. LoA ada yang masih bersifat “bersyarat” (conditional) dan ada yang sudah “tidak bersyarat” (unconditional). Kondisi bersyarat biasanya karena ada salah satu persyaratan pendaftaran (atau lebih) yang belum terpenuhi seperti nilai IELTS/TOEFL. Beberapa penyandang dana (sponsor) biasanya lebih mengutamakan calon penerima beasiswa yang sudah memiliki Unconditional LoA karena ini artinya calon mahasiswa tersebut sudah memastikan satu “kursi” di kampus yang dituju sehingga proses kuliah dapat dilaksanakan sesegera mungkin.

 

Seperti halnya kampus/universitas yang lain, ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk mendapatkan satu “kursi” di program doktoral RWTH-Aachen, yaitu :

  1. Mendaftar secara online

Sama halnya dengan mahasiswa S1 dan S2 lainnya, langkah awalnya adalah melakukan pendaftaran secara online di website :

https://zul-a.campus.rwth-aachen.de/Default.aspx?imma=einl

Setelah selesai mengisi data pada pendaftaran online di atas, pada tahap akhir ada formulir pendaftaran (application form) yang telah terisi sesuai dengan data yang dimasukkan sebelumnya dan nomor pendaftaran (application number). Silahkan mencetak formulir tersebut. Nomor pendaftaran ini dibutuhkan pada saat menghubungi pihak International Office baik melalui email ataupun via telp untuk menanyakan status pendaftaran.

  1. Mengirimkan dokumen melalui pos

Sesuai dengan arahan yang tertera pada saat mendatar online, beberapa dokumen berikut harus dikirimkan melalui pos.

  • Formulir pendaftaran yang sudah diisi dan dibubuhi tanda tangan pendaftar.
  • Invitation Letter (Offer Letter) dari Profesor.
  • Formulir yang menyatakan profesor bersedia menjadi pembimbing (“Betreuungsbestätigung Promotion”). Contoh formulir seperti ini(Formulir ini juga menyatakan bahwa tidak ada kendala dengan persyaratan bahasa karena untuk mendapatkannya harus mengirimkan sertifikat IELTS/TOEFL ke pihak International Office.)
  • Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae). Sebaiknya menggunakan template dari http://europass.cedefop.europa.eu/en/home
  • Fotokopi tranksrip dan ijazah S1 dan S2 yang telah dilegalisir.
  • Fotokopi transkrip dan ijazah S1 dan S2 dalam bahasa Inggris atau bahasa Jerman. Transkrip dan ijazah dalam bahasa Inggris yang dikeluarkan secara resmi oleh kampus-kampus di Indonesia bisa digunakan sehingga tidak perlu mengalihbahasakan ke jasa translator.

Seluruh dokumen tersebut dikirimkan ke alamat:

“International Office der RWTH-Aachen. Abt. 2.1 – Zulassung.

Templergraben 57, 52062 Aachen, Germany”

 

  1. Menunggu informasi dari pihak International Office kampus tentang kelulusan pendaftaran kita.

Untuk kasus saya, karena waktu yang sangat sempit untuk mengikuti wawancara beasiswa, saya menghubungi petugas International Office melalui surat elektronik (email) mengenai status pendaftaran. Saya jelaskan kondisi saya saat itu bahwa saya butuh Unconditional LoA dari RWTH-Aachen untuk mengikuti wawancara beasiswa dari pemerintah Indonesia dan saya belum bisa mengirimkan dokumen melalui pos karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke Aachen. Setelah diskusi dan mengirimkan soft copy semua berkas-berkas yang dibutuhkan, Alhamdulillah pihak kampus bersedia mengeluarkan Unconditional LoA dan mengirimkan salinannya ke email saya.

Lampiran LoA unconditional saya dapat dilihat di sini.

Poin dari tulisan ini adalah bahwa untuk mendapatkan Unconditional LoA Doktor (S3) setelah mendapatkan offer letter dari profesor di RWTH-Aachen tidak terlalu sulit asalkan mengetahui prosedurnya. Dan jangan malu untuk bertanya ke profesor ataupun pihak International Office kampus mengenai hal-hal yang memang belum jelas saat melakukan pendaftaran. Semoga sukses.

 

Kontributor : Dedi Rosa Putra Cupu

Mahasiswa Doktoral, RWTH Aachen University

Kehidupan Kampus di TU Dresden

 

Hallo kawan-kawan dimanapun kalian berada, salam kenal ya. Saya Aji Pratama Rendragraha, asalnya dari Kota Bandung dan puji Tuhan setelah menjadi awardee LPDP  dari PK-39 kini saya sedang menempuh pendidikan S2 jurusan komputasi lanjut di bidang teknik sipil di TU Dresden, Jerman. Melalui tulisan singkat ini saya mencoba berbagi terkait kehidupan mahasiswa di kampus dimana saya sedang menuntut ilmu saat ini. Kisah kehidupan mahasiswa yang akan saya ceritakan ini tidak lain tidak bukan yakni tentang saya sendiri :). Baiklah kita mulai saja kisahnya.

Setelah lima tahun lamanya merasakan hidup sebagai mahasiswa di kota Bandung lalu hidup sebagai pegawai selama satu tahun, akhirnya sekarang kembali lagi hidup sebagai mahasiswa. Kehidupan saya sebagai mahasiswa di TUD ini belumlah lama, masih seumur singkong (sekali-kali ganti bukan jagung hahahaha) yakni kurang lebih baru delapan bulan saja. Buat saya ini pertama kalinya saya hidup ngekos seorang diri jauh dari orang tua, jadi cukup deg-degan. Tapi hal itu bukanlah masalah besar karena dengan kemajuan teknologi. Saat ini, sejauh apapun kita terpisah di belahan bumi lain selama ada internet (apalagi kenceng-kenceng internetnya di sini hahahah) komunikasi dengan keluarga bisa tetap terjalin.

 

Saya tiba di Jerman pada tanggal 29 September 2015 dan hari pertama kuliah jatuh pada 12 Oktober 2015. Selama jeda waktu tersebut, selain bisa digunakan untuk mengenal daerah sekitar, tak kalah penting adalah mengurus registrasi kedatangan, dan registrasi ini ada beberapa jenis sebagai  berikut:

  • Registrasi asrama / tempat tinggal

Di Indonesia, asrama mahasiswa bukanlah sesuatu yang asing sebab beberapa universitas / perguruan tinggi pun mempunyai asrama-asrama mahasiswa. Mendapatkan tempat tinggal sebelum sampai di kota /  negara tujuan adalah sesuatu hal penting yang harus bisa terpenuhi karena kalau tidak, urusannya repot. Alamat ini nantinya harus kita bawa ke imigirasi untuk daftar diri dan juga universitas. Kebanyakan mahasiswa akan berusaha mendapatkan tempat tinggal asrama kampus. Mengapa? Sebab banyak sekali keuntungannya mulai dari biaya yang murah dan sudah mencakup hampir semua biaya sewa yang ada (air, listrik, dan internet). Asrama ini pun beragam harganya, ada yang mahal dan murah tergantung tipenya apakah Einzelapartment / WG (tinggal dengan beberapa orang dalam satu flat). Kebetulan saya saat ini tinggal di tipe WG. Nah, tipe ini pun ada enak dan tidaknya. Enaknya kalau tetangga kita intinya adalah orang yang ramah, supel, rajin bersih-bersih dapur atau tidak jorok, maka pasti betah. Namun, jika yang sebaliknya, maka ini petaka hahahahaha. Ibarat peribahasa, “akibat nila setitik rusak susu sebelanga”. Begitulah, bisa jadi yang tidak bersalah terkena semprot dari Hausmeister (semacam bapak/ibu kos kalau di Indonesia).

  • Registrasi ke imigrasi

Daftar diri ke imigrasi hukumnya wajib di awal kedatangan setelah mengantongi surat tempat tinggal yang dikeluarkan oleh Studentenwerk atau yang menyewakan tempat tinggal ke kita. Jangan menunda-nunda lebih baik disegerakan. Yang unik adalah kita diberi uang kedatangan oleh pemeritah setempat loh (sekalipun nanti terpakai untuk bayar perpanjangan visa hahahah)

  • Registrasi ke kampus

Registrasi terakhir sebelum memulai perkuliahan adalah immatrikulasi. Yang menarik adalah staf kampus yang melayani kita itu tidak bapak/ibu tata usaha dibalik kaca seperti umumnya di tempat saya berkuliah dulu namun mahasiswi dan mahasiswa yang cantik dan ganteng, hehehehe. Jadi sedikit memberikan angin segar hahahaha.

 

Menjadi Mahasiswa Baru di Dresden

Layaknya di Indonesia, di awal tahun ajaran baru ada acara penyambutan mahasiswa baru layaknya sidang terbuka. Namun, perbedaan paling mencolok yang saya rasakan adalah tidak adanya acara semacam ospek (buat mahasiswa sarjananya). Kegiatan “sidang terbuka” nya pun sangat santai, tidak ada acara gladi resik dan semuanya harus mengenakan jamal (jaket almamater). Sebelum masuk ruangan, setiap orang diberikan tas kampus dengan beberapa kejutan didalamnya. Ada juga kejutan 18++, hehe. Setelah itu dilanjut dengan acara tur kampus sesuai jurusan masing-masing.

Selang beberapa hari ada acara penyambutan kembali. Kali ini datangnya dari jurusan / fakultas masing-masing. Isi kegiatannya kurang lebih sama; seperti ada perkenalan dari staf pengajar, presentasi tentang subjurusan dan diakhir ada acara pesta kecil-kecilan semacam pesta BBQ. Diawal, saya pikir ini bagian dari acara jurusan, namun ternyata ini diinisiasi oleh mahasiswa Jerman sehingga makan dan minumnya harus bayar ^_^. Tapi tak apa, yang penting itu bisa menjadi ajang saling mengenal.

Hanya saja, ada sedikit perbedaan di sini. jika kita bukan orang yang akan menjadi kolega mereka di kelas atau akan bertatap muka setiap hari dengan mereka, maka berkenalan dengan menanyakan nama adalah hal yang tidak lazim. Saya baru tahu akan hal itu. Jadi, hampir tidak ada mahasiswa Jerman yang namanya saya tahu di acara itu. Walaupun asyik berbincang, tapi di akhir tidak saling tahu nama merupakan hal umum terjadi di sini.

 

Paduan Suara

Paduan suara TUD ketika acara penyambutan mahasiswa baru

 

Acara BBQ

Acara BBQ yang diadakan mahasiswa selepas acara perkenalan fakultas dan jurusan

Keberagaman budaya yang ada di kampus TUD ini juga sangat beragam. Di kelas di jurusan tempat saya kuliah saat ini terdapat perwakilan hampir dari semua benua dan belahan dunia yang ada. Hal ini adalah pengalaman pertama saya untuk dapat berinteraksi dengan beragam orang dari suku bangsa yang berbeda dan juga bisa menjadi ajang promosi budaya masing-masing.

Seumur-umur saya berkuliah selama tingkat sarjana, tidak pernah sekalipun saya mengundang teman untuk datang kerumah untuk merasakan masakan saya sendiri. Tapi di sini berbeda. Bawaannya selalu ingin mengundang beberapa kawan di kelas untuk mampir ke kosan dan mencicipi masakan buatan saya sendiri (yang rasa nya tidak teruji :D). Baru disinilah saya memotivasi diri saya sendiri untuk bisa memasak. Selain karena memang menjadi kebutuhan sehari-hari, namun juga dapat menjadi media untuk bertukar dan promosi budaya kita. Kegiatan seperti ini bisa sangat efektif untuk membangun pertemanan dengan kawan-kawan kita sehingga bisa menciptakan suasana perkuliahan yang menyenangkan juga.

Secara garis besar, dari apa yang saya rasakan, kehidupan sebagai mahasiswa baik di Indonesia dahulu dan di Jerman sekarang, tidak terlalu jauh berbeda. Kita yang tetap memegang kendali apakah mau kuliah atau tidak, mau mengerjakan tugas atau tidak, mau ujian atau tidak. Hanya ada beberapa system yang berbeda. Contohnya, kalau kita mau ikut ujian mata kuliah tertentu maka kita harus registrasi untuk tugas matakuliah tersebut dan juga registrasi kembali beberapa minggu sebelum ujian akhir.

 

Sistem Akademik

Perbedaan mencolok  lain dari segi sistem akademik di kampus TUD (khususnya jurusan saya)  adalah tidak adanya ujian tengah semester, nilai tugas tidak ada kontribusi terhadap nilai akhir, dan maksimal mengulang mata kuliah adalah sebanyak tiga kali jika kebablasan maka langsung kena kartu merah alias DO. Jadi dipikir-pikir agak horror karena nasib kita di setiap semester hanya sekali tembak saja, dan ditambah dengan sistem nilai di Jerman yang juga berbeda pengkategoriannya. Oleh karenanya, kita harus rajin-rajin melihat email mahasiswa dan pengumuman supaya tidak terjadi kesalahan konyol (semisal tidak bisa ikut ujian karena lupa registrasi / terlewat tanggalnya).

Hal unik lain terkait akademik di TUD ini adalah tidak adanya acara wisuda untuk seluruh strata pendidikan yang ada. Jadi, kalau ada yang lulus dari TUD tapi ada foto lempar toga berarti mencurigakan.

Untuk hal yang berurusan dengan dosen, semisal ingin bertamu ke ruangannya untuk bertanya, prosedur yang harus dilakukan tidak jauh berbeda. Kita harus bertanya terlebih dahulu kapan beliau ada waktu. Di sini biasanya mereka mengumumkan jadwal konsultasi (boleh datang langsung ke ruangannya atau harus bikin janji via email dahulu). Tidak seperti di kampus saya terdahulu dimana kita bisa dengan mudah meminta nomor ponsel dosen dan bisa janjian via sms, di sini hal itu tidak lazim. Seperti yang sempat saya ceritakan tadi, menanyakan nama atau no hp atau hal-hal yang bersifat personal tidaklah lazim disini bagi seseorang yang baru kenal atau hubungannya tidak kuat.

Tetapi dari sejauh apa yang saya rasakan, mereka bersikap ramah dan jujur dalam menjawab. Kalau mereka tidak tahu sekalipun, sudah professor, tidak malu menjawab tidak tahu atau apa adanya dari yang mereka tahu. Mereka menghargai setiap pertanyaan dari mahasiswanya sekalipun itu hanyalah pertanyaan sepele atau pertanyaan yang mungkin terkesan dangkal. Mereka tetap menjawab pertanyaan itu dengan sopan. Untuk urusan datang tepat waktu ke kelas sampai sejauh ini belum pernah ada yang dimarahi dosen karena telat datang, bahkan ada yang datang 15 menit sebelum kelas bubar tapi tidak dimarahi juga ^_^’. Akan tetapi, dosen-dosennya sendiri bisa dibilang tepat waktu semua, paling hanya selisih lima menit dari jadwal yang seharusnya, belum ada yang telat sampai setengah jam atau bahkan diam-diam tidak datang.

Sekalipun hampir semua hal terkait perkuliahan dilakukan secara online, ada beberapa hal yang masih konvensional. Diantaranya menulis di papan kapur bahkan menulis di atas OHP. Tugas-tugas kebanyakan masih ditulis tangan.

 

Fasilitas

Ada juga hal yang dulu mudah sekarang menjadi sulit dan mahal, contohnya urusan fotokopi dan mencari tempat foto kopinya itu sendiri. Di kampus di Indonesia sebelumnya, saya dapat dengan mudah menemukan tempat fotokopi baik di dalam jurusan atau disekitaran kampus dengan buka 24 jam. Murah dan segala urusan perjilidan bisa dilakukan disana. Namun sekarang semua itu menjadi barang langka. Mau fotokopi mahal apalagi print berwarna. Mau beli buku pun mahal karena tidak ada yang fotokopian. Ya di satu sisi memang bagus, tidak ada akses terhadap hal-hal yang bersifat bajakan dan jangan coba-coba maen torrent lhoh ya disini karena urusannya bisa digerebek polisi nanti hehehe.

Loh kan ada perpus, disana koleksi bukunya banyak, buat apa cari-cari buku buat dibeli lagi?

Memang sih ada perpus, namun tetap saja kita harus berlomba dengan mahasiswa lain untuk meminjam apalagi kalau bukunya terbatas tapi jadi incaran sejuta umat, susah deh jadinya.

Jujur, dari jaman dahulu kala, saya tipe orang yang kalau belajar itu entah mengapa senangnya di kamar, jadi biarpun disini ada perpus dengan fasilitas yang bagus tetap saja saya lebih senang belajar di kamar karena merasa lebih “bebas”. Meskipun demikian, urusan mencari referensi buku bukan sebuah kesulitan besar. Saya bisa meminta bantuan dari kawan yang di Indonesia untuk mencarikan versi PDF nya lalu dikirim ke email.

Hal menarik tentang perpustakaan di Dresden ini adalah bahwa perpustakaan yang bermana SLUB (Sächsische Landesbibliothek Staats und Universitätsbibliothek Dresden) ini bukan hanyak milik TUD semata namun ini adalah milik pemerintah. Setiap mahasiswa dari semua perguruan tinggi yang ada di Dresden bisa meminjam buku darinya. Perpustakaan ini buka hingga jam 12 malam bahkan di hari Sabtu dan Minggu.

Disekitaran kampus dan perpustakaan terdapat beberapa “Mensa” atau kantin. Apa bedanya kantin kampus yang ada di Indonesia dengan yang disini? Dari apa yang saya lihat perbedaannya adalah kita dapat mengakses menu yang akan disajikan di kantin-kantin ini setiap harinya, jadi kita bisa memilih-milih dahulu mau makan apa di kantin yang mana. Makanannya ada yang seperti prasmanan (tapi tidak ngambil sendiri jadi tidak bisa timbun menimbun lauk untuk menyamarkan). Tapi tenang, sekalipun tidak ngambil sendiri, porsi yang dikasih dijamin tidak ingin membuat nambah sebab langsung kenyang.

Saya pribadi jarang makan di kantin karena bagaimanapun, lebih murah kalau masak sendiri sekalipun tidak lebih enak dari yang ada di kantin. Kalau mampir ke kantin, menu favorit saya adalah pudding coklat. Pudding di sini bentuknya sangat aneh, bisa dibilang seperti bubur tapi cita rasanya menarik di lidah.

Kalau mau bayar, kita tinggal bayar menggunakan kartu kantin isi ulang. Kita bisa mengisinya dengan sejumlah uang, berapapun yang kita mau.

Hal baru yang saya temui di Jerman adalah, kita memang dituntut untuk mandiri. Selesai makan, semua peralatan makan termasuk bakinya harus kita bawa sendiri ke tempat pengumpulan piring kotor. Hal ini tidak hanya berlaku di kantin, tetapi juga ditempat makan umum lain keculai restoran khusus yang memang menugaskan pelayan untuk melayani pelanggan di meja. Kalau dipikir-pikir kita selama di Indonesia benar-benar menjadi raja dan ratu kalau datang membeli makanan ke tempat makanan, karena kita cukup mengangkat tangan pelayan datang dan segala sisa piring kotor kita serahkan ke mereka. Sayangnya kebaikan dan tugas mereka itu tidak sesuai dengan apresiasi yang mereka terima setiap bulannya bila dibandingkan dengan pelayan rumah makan / resto cepat saji di Jerman. Salah satu pelajaran berharga lain yang saya dapatkan di Jerman ini adalah bagaimana kita menghargai dan mengapresiasi hasil kerja seseorang dengan layak

 

Keseharian Mahasiswa Dresden

Ok kita coba lanjut lagi ke kegiatan sehari-hari lain yang biasa dilakukan seorang mahasiswa

Ternyata selain tidak ada kegiatan ospek di awal perkuliahan mahasiswa baru, di kampus TUD pun tidak ada himpunan mahasiswa layaknya di kampus-kampus di Indonesia, jadi tidak bisa kita temukan mahasiswa yang main gitar sambil merokok dan minum kopi di sekre himpunan sepanjang hari. Tetapi, ada sebuah lembaga kemahasiswaan yang disebut dengan Studentrat.

Saya tidak tahu persis apakah yang dilakukan oleh organisasi ini, apakah berfungsi sama seperti himpunan atau seperti BEM atau keluarga mahasiswa atau yang lainnya. Saya haya pernah masuk sekali ke gedung mereka dan di mading nya banyak sekali tertera informasi untuk mahasiswa, salah satu yang saya lihat pada waktu itu adalah lowongan pekerjaan sambilan (teman saya sedang mencarinya dikala itu). Tetapi setiap pertengahan semester dan juga menjelang ujian akhir semester, ini jadi fasilitas berkumpul juga. Mahasiswa-mahasiswa Jerman di fakultas suka mengadakan acara pesta BBQ kecil-kecilan yang tidak gratis seperti yang saya ceritakan di awal.

Di TUD juga menawarkan unit-unit kegiatan mahasiswa seperti unit berkuda, salsa, korus dan orchestra, dll. Sekalipun tidak semua dari unit kegiatan itu bebas dari iuran namun dari cerita kawan saya yang mengikutinya terkesan sangat menarik.

Selain itu, kita diberikan jatah sebesar dua kredit/SKS untuk mengambil mata kuliah bahasa asing. Ini tidak wajib boleh diambil dan boleh tidak, kalaupun diambil dan tidak lulus tidak mempengaruhi kelulusan semesteran kita kok. Saya sendiri semester lalu pernah mencoba untuk ikut kelas bahasa Latin, namun sayang karena ini kelas online dimana bahan kuliah di unduh dan dibaca sendiri jadi susah bagi saya untuk memahaminya. Ditambah waktu untuk belajarnya pun banyak tersita oleh mata kuliah wajib, jadi apa boleh buat, saya tidak berhasil untuk kelas bahasa Latin ini.

Sekalipun ini tidak berlaku umum di semua fakultas, namun kebetulan fakultas saya kemarin memberikan kesempatan kepada semua mahasiswa barunya untuk mengikuti kursus bahasa Jerman selama kurang lebih tiga bulan secara gratis disesuaikan dengan tingkat bahasa yang sudah ada. Hal ini sangat bermanfaat karena kalau kita menggunakan biaya sendiri, bisa memakan biaya hingga ratusan Euro.

Terakhir, setiap setahun sekali terutama ketika menjelang Natal, TUD dan beberapa fakultas suka mengadakan pesta Natal. Tapi pesta ini tidak seperti missa ataupun kebaktian, lebih mengarah kepada momen untuk bisa saling mengenal antara staf pengajar, kampus dan mahasiswa satu sama lain. Jadi isi dari pesta ini ada makan-makan baik itu cemilan kue atau juga seperti bazar makanan dari beberapa negara yang bisa dibeli. Isinya umumnya ngobrol-ngobrol. Yang menarik adalah adanya pertunjukan budaya / seni dari beberapa negara.

Untuk pesta Natal TUD tahun kemarin, Indonesia adalah salah satu negara yang diminta untuk mempersembahkan pertunjukkan budaya. Penampilan budaya ini diwakili oleh srikandi-srikandi dari FORMID (Forum Masyarakat Indonesia Dresden) dengan membawakan tarian Saman. Makanan Indonesia yang dijual adalah diantaranya cireng bumbu rujak, mie ayam, martabak telur, dll. Aduh, jadi ngiler membayangkannya.haha

 

Tari Saman

Tari Saman yang dibawakan oleh perwakilan FORMID

Stand Makanan

Stand makanan Indonesia di Hörsaalzentrum TUD ketika pesta Natal kampus

 

 

Bersama Rektor

Foto bersama Rektor TUD di acara pesta Natal kampus

 

Sekian cerita singkat terkait kehidupan mahasiswa di TUD dari sudut pandang saya pribadi, mohon maaf kalau tidak menarik karena begitulah hidup yang saya jalani sebagai mahasiswa disini hahahah. Mohon maaf bilamana ada hal yang tidak berkenan dan kesalahan penulisan, terimakasih

 

Kontributor : Aji Pratama Rendragraha

TU Dresden