Profil Universität Bremen / The University of Bremen

 

Universität Bremen berada di kota Bremen, Jerman. Universitas ini berdiri pada tahun 1971 sehingga usianya masih kurang dari 50 tahun. Namun, secara umum, dalam ranking QS Top 50 Under 50 2016-2017, Universität Bremen berada pada posisi 51-60 besar dunia. Diantara Universitas di Jerman, Universität Bremen berada pada posisi ke dua setelah University Ulm (http://www.topuniversities.com/university-rankings/top-50-under-50/2016). Secara usia boleh muda, namun secara prestasi harus terus bersaing dengan kampus-kampus yang lebih tua.

Secara akademis, kampus ini didukung oleh sekitar 1381 orang tenaga pengajar dengan 290 orang profesor. Tercatat pula sebanyak 180 orang tenaga pengajar merupakan merupakan tenaga pengajar internasional. Pada tahun 2016, tercatat lebih dari 19 ribu mahasiswa yang teregistrasi di universitas ini dalam berbagai bidang studi dan jenjang pendidikan.

Porsi jumlah undergraduate student memang paling tinggi, yakni mencapai 72% sedangkan sisanya merupakan postgraduate student. Menariknya, sekitar 10% dari populasi mahasiswa di kampus ini adalah mahasiswa internasional sebagai postgraduate studentyang mencapai 47%, sedangkan selebihnya adalah undergraduate student. Dalam hal ini, dapat pula dikatakan bahwa proses internasionalisasi kampus pun sedang terjadi di Universität Bremen.

Berbagai strategi internasionalisasi ini dicanangkan oleh pihak universitas, salahsatunya adalah dengan adanya departemen khusus untuk tiap fakultas untuk menyukseskan tujuan internasionalisasi kampus. Selain itu, fungsi International Office juga terlihat sangat membantu bagi mahasiswa asing pada saat memulai, sedang melaksanakan, hingga pada masa akhir pendidikan di universitas ini. Mulai dari penyambutan, bantuan pencarian akomodasi, bantuan advokasi, hingga membantu permasalahan alumni.

Sejak tahun 2012, the University of Bremen menyandang gelar ‘University of Excellence’, sebuah penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Jerman sebagai apresiasi atas pencapaian riset yang cukup baik. Hal tersebut merupakan pengakuan atas beberapa langkah atau strategi riset yang dijalankan oleh universitas selama beberapa tahun ke belakang.

Konsep riset multidisiplin, research-based learning dalam sebuah proyek, serta komitmen sosial, yang diterapkan ternyata mampu mendorong universitas ini menuju universitas modern.

Ada 6 konsentrasi riset dalam universitas ini, yang juga dikenal sebagai area riset yang menarik, diantaranya adalah Ocean and Climate Science, Material Science, Information-Cognition-Communication, Social Sciences, Health Sciences, dan Logistics. Fokus riset dan keunggulan tersebut terjabarkan dalam institut-institut, program studi, serta jenjang pendidikan yang ada di dalam universitas ini. Sudah menjadi lumrah bahwa seorang mahasiswa doktoral mendapatkan bimbingan dan melakukan riset di sebuah institut yang terafiliasi dengan universitas, demikian pula dengan program master pada sebuah program studi di universitas ini bisa melakukan riset untuk thesisnya diinstitut-institut tersebut.

Ada 12 fakultas pendukung di universitas ini, antara lain:

  1. Physics / Electrical Engineering
  2. Biologi/Chemistry
  3. Mathematics/Computer Sciences
  4. Production Engineering
  5. Geosciences
  6. Law
  7. Business Studies
  8. Social Sciences
  9. Cultural Studies
  10. Languange and Literaty study
  11. Human and Health Sciences
  12. Pedagogy and Educational Sciences

Masing-masing fakultas memiliki keunggulan masing-masing. Akan tetapi, dengan berbagai fasilitas pendukung riset yang baik, bidang natural science secara umum berhasil menempati ranking 292 dunia pada tahun 2015. Secara khusus, keunggulan yang cukup menonjol terlihat pada bidang Earth and Marine Science, hal ini ditujukan dengan peringkat 51 dunia terbaik di tahun 2016. Sedangkan untuk di Jerman sendiri, khusus untuk bidang ini berada pada posisi ke dua teratas mengungguli universitas lain seperti Christian-Albrechts-University zu Kiel, Universität Hamburg, hingga Universität Postdam (http://www.topuniversities.com/university-rankings/university-subject-rankings/2016/earth-marine-sciences).

Keunggulan terebut diindikasikan oleh jumlah dan kualitas publikasi serta reputasi akademik yang sangat baik pula. Tidak mengherankan memang, hal ini disebabkan oleh adanya infrastruktur dalam bidang Earth and Marine Science ini yang sangat baik.

Universitas Bremen merupakan satu dari 3 lokasi di dunia selain Jepang dan USA yang mempunyai tempat penyimpanan sedimen dasar laut yang cukup besar dan selalu dijadikan rujukan oleh para peneliti dunia untuk menyimpan dan menggunakan jasa penyimpanan sampel sediment tersebut. Selain itu, infrastruktur penunjang eksplorasi kelautan dan geologi di universitas ini merupakan yang terbaik di Jerman, sehingga sering melakukan kerjasama dengan universitas lain di Jerman dan dengan universitas dari negara lain.

Bagi mahasiswa tingkat doktoral di Universität Bremen bisa bergabung dengan institut-institut yang berafiliasi dengan universitas ini. Sedangkan untuk jenjang master, ada beberapa program studi internasional yang ada hampir di setiap fakultas (http://www.unibremen.de/international/internationaler-campus/internationale-studienangebote/international-programs.html), diantaranya adalah:

  1. Biochemistry and Molecular Biology
  2. Transnational Law
  1. Communication and Information technology
  2. Digital Media
  3. Ecology
  4. Environmental Physics
  5. Information and Automation Engineering
  6. International Relation: Global Governance and Social Theory
  7. ISATEC, International Studies in Aquatic Tropical Ecology
  8. Materials Chemistry and Mineralogy
  9. Marine Biology
  10. Erasmus Mundus in Marine Biodiversity and Conservation
  11. Marine Geosciences
  12. Neurosciences

Profil Universität Bremen di atas tentu saja memberikan sebuah keyakinan akan kemampuan kampus ini sebagai kampus yang ramah, akomodatif, serta berkualitas bagi mahasiswa internasional. Keberagaman bidang kajian serta kekuatan riset di universitas ini mampu memberikan sisi positif bagi mahasiswa international yang akan menuntut ilmu di sini.

 

Kontributor: oleh: M.Yusuf Awaluddin, S3, The University of Bremen

What My German Friends Think about Indonesia

DSCG7332Pagi ini saya berjalan-jalan sepanjang sungai kecil di daerah Kreuzberg Berlin, tepatnya di daerah Paul Lincke Ufer, bersama dua orang teman saya yang lahir dan tumbuh besar di Berlin. Kami duduk di pinggiran sungai sambil melihat bebek-bebek berenang di sungai. Kemudian saya bertanya,

“Kok kalian senang sekali sih lihat bebek, padahal ini kalau di Indonesia udah digoreng, trus dimakan pakai sambel di pinggir jalan.”

Walaupun lima menit kemudian saya harus menjawab pertanyaan tentang apa itu sambel, kenapa harus digoreng dan apa itu lalapan, kami kemudian ngobrol tentang Indonesia.

“Di negara kamu, pasti banyak sungai ya, banyak bebek dan ayam juga?“

“Iya dong, Indonesia sungai nya banyak sekali trus lebar-lebar, yang kaya gini mah ngga ada apa-apanya, sungai kita besar-besar sampai kalau mau nyebrang harus pakai kapal atau ada jembatan semacam highway”. Lalu saya menunjukkan foto Sungai Musi.

Lalu saya impulsif menunjukkan banyak foto Indonesia lain, tentu saya menyembunyikan foto-foto yang otomatis muncul di google seperti foto demo, foto banjir dan macet.

“Saya tahun lalu ke Indonesia selama sebulan, jalan-jalan dari Jawa ke Bali, bagus banget, tapi waktu mau menyebrang ke Bali saya naik kapal. Saya lihat semua sampah kapal dari penumpang dibuang ke sungai oleh petugas kebersihan, padahal saya dan teman-teman dari Eropa lainnya sibuk memungut sampah berserakan di kapal”

…“Haha, yah gitu deh“ kata saya.

“Terus saya waktu ke Bali pergi ke private island, tidak ada orang sih tapi penuh dengan sampah plastic.“

… “Haha“

“Terus saya makan di pinggir jalan, penjual makanannya langsung buang sampah dan bekas cuci piring ke sungai! Di depan semua orang! Dan tidak ada yang menegur, malah setiap saya ngapain aja diteriakin mister-mister, teman saya yang perempuan juga diteriakin mister-mister

“Hehe“

“Terus saya pergi ke Borneo untuk lihat hutan Indonesia, nggak tahu bagaimana harus diceritakan, sedih sekali melihat hutannya sudah hampir habis“

“haha“ itu haha saya yang terahir sebelum saya mempromosikan bagaimana Indonesia begitu cantik dan tentang budaya Indonesia dan berusaha (lagi) untuk menunjukkan bahwa Indonesia tidak seterbelakang itu dan kami, anak-anak muda, tidak se-ignorant itu untuk mampu acuh terhadap apa yang terjadi dengan negara kami.

“Suatu saat pasti kalian bisa menyelamatkan bebek-bebek di Indonesia biar tidak kalah dari sampah di sungai“

„…dan menyelamatkan hewan-hewan lain di hutan agar mereka tetap punya rumah“

Saya hanya bisa diam dan tersenyum.

“Well, long way to go but we definiitely will reach that point”, kata saya sambil mengajak mereka untuk beranjak dari pinggiran sungai, makan waffle ditengah angin winter yang membuat semakin rindu bebek goreng di pinggir jalan.

DSCG7328DSCG7331

 

 

 

 

 

 

Kontributor: Galuh A. LPDP PK38 (Master Student Urban Management at Technische Universität Berlin)

Silaturahim Formal Jerman Hamburg – Kiel – Lübeck

Pada tanggal 28 – 30 Desember 2016 , Formal Jerman mengadakan pertemuan dalam rangka silaturahim yang bertempat di 3 kota bagian utara Jerman yaitu Hamburg, Kiel dan Lübeck. Silaturahim ini bertujuan untuk mengakrabkan diri serta saling mengenal diantara anggota Formal Jerman. Jumlah anggota Formal Jerman yang hadir pada silaturahim HKL adalah berkisar 50 orang

Hari pertama yaitu tanggal 28 Desember 2016, bertempat di Aula Studentenwohnheim Professor-Hallermann-Haus (PHH) dengan agenda sesi perkenalan anggota Formal Jerman yang sudah hadir pada saat itu

 

hamburg luebeck kiel

 

Hari kedua yaitu tanggal 29 Desember 2016, kali ini agenda dilakukan di Kota Hamburg – sekitar 97 km selatan Kiel. Anggota Formal Jerman lain pun berdatangan pada pagi ini dan berkumpul di Hamburg Hauptbahnhof.

Kemudian Hamburg city tour dimulai dari Hafencity, kali ini dipandu oleh tuan rumah – Desak Putu Okta Veanti (satu-satunya awardee di Hamburg). Disini, kami memulai tour dengan menggunakan kapal di sekitar Hamburg Hafen. Seperti diketahui Hamburg merupakan salah satu pelabuhan terbesar di dunia.

 

 

hamburg kiel

hamburg

Perjalanan dilanjutkan dengan makan siang (sudah agak telat) di Restaurant Jawa. Makanan Indonesia bisa ditemukan disini loh!

hamburg kiel

 

Kemudian pada malam hari, rombongan berkumpul di Aula KJRI Hamburg untuk tukar kado. Dalam tukar kado ini diselipkan games sehingga tukar kado tidak hanya tukar kado, tapi tukar kado yang cukup menegangkan. Hehe

 

15896296_10211833001045305_6037545875402065341_o

 

Hari ketiga

Hari ketiga yaitu tanggal 30 Desember 2016, agenda kali ini rombongan menuju Lübeck – Kota di sebelah tenggara kota Kiel yang berjarak sekitar 88 km dan ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam dengan kereta. Rombongan sampai di Lübeck Hauptbahnhof dan telah disambut oleh tuan rumah – Maulana Ikhsan

luebeck

 

Lübeck city tour kali ini diawali dari Lübeck Holstentor, sebuah gerbang yang membatasi pusat kota lama Hanseatic City. Gerbang ini didominasi oleh batu bata merah dan cenderung miring bila dilihat dari jarak jauh menandakan bangunan ini dibangun sejak abad pertengahan.

luebeck

Kemudian, Karena waktu menunjukkan waktu sholat Jumat, para kaum adam yang melaksanakan sholat Jumat pergi bersama tuan rumah untuk sholat selama kurang lebih 30 menit. Kemudian setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan makan siang di Nordsee. Perjalanan menuju makan siang juga cukup menarik Karena rombongan melewati bangunan-bangunan klasik khas Jerman.

 

Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan mengelilingi kota Lübeck. Rombongan menuju Europäisches Museum dan mengelilingi beberapa bangunan klasik seperti gereja St Mary dan Weihnachtmarkt

Sekitar pukul 18.00 rombongan menuju Hauptbahnhof untuk kembali ke Kiel dan kota masing-masing.

Di Kiel, penyerahan spanduk tuan rumah dilakukan dari Dresden yang diwakili oleh Aji Pratama Rendragraha- selaku tuan rumah Muktamar III kepada Kiel yang diwakili oleh ketua panitia lokal Silaturahim Hamburg – Kiel – Lübeck Avianto Nugroho.

Semoga perjalanan ini dapat memberikan kesan yang baik dan juga sesama anggota Formal Jerman saling mengenal satu sama lain sehingga komunikasi antar sesama awardee LPDP di Jerman selalu terjaga. Bagi yang belum ikut, ikut nanti di Muktamar dan Silaturahim berikutnya yaa. Auf Wiedersehen

hamburg

 

ditulis oleh Oktiani Putri

Menyelami Keunggulan Riset Bidang Kelautan di Jerman

Tak kurang dari 70% Bumi yang kita tinggali ini adalah lautan. Kita pun mengenal beberapa samudera besar seperti Samudera Pasifik, Samudera Atlantik, dan Samudera Hindia. Lautan ini pun melintang dari kutub utara hingga kutub selatan. Sehingga dengan cakupan yang luas tersebut lautan mempunyai peran yang cukup strategis bagi manusia khususnya, termasuk penelitian-penelitian yang dilakukan untuk menyingkap peran dan misteri dalam bidang kelautan ini.

Sebagai salah satu negara di Eropa yang berbatasan langsung dengan laut, Jerman memiliki fokus riset yang kuat dalam bidang kelautan. Walaupun secara luas batas lautnya tidak seluas negara kepulauan Indonesia atau negara Eropa seperti Inggris, Spanyol atau Portugal, namun Jerman memiliki sebuah konsorsium riset yang sangat kuat dalam bidang kelautan tersebut. Konsorsium ini bernama German Marine Research Consortium (KDM). Tidak mengherankan pula apabila anggota konsorsium tersebut merupakan institusi riset atau universitas yang berada di bagian utara Jerman yang notabene secara jarak relatif lebih dekat dengan laut.

Kalau dilihat secara geografis, memang hanya bagian utara Jerman saja yang berbatasan langsung baik dengan laut. Tapi jangan terlalu berharap bisa berenang di pantai dengan nyaman kalau tidak kuat dengan suhu permukaan laut yang relatif lebih dingin apabila kita bandingkan dengan pantai-pantai di Indonesia, jelas laah. Saya pernah mencoba berenang di tepian pantai Laut Utara pada saat musim panas, tetap saja gak kuat dengan dinginnya permukaan air, teringat hangatnya pantai di Karimun Jawa, pantai di Pulau Pramuka, atau bahkan pantai Pangandaran. Ah sudahlah, masih banyak juga pantai indah lainnya di Indonsia yang tidak dapat saya rinci lebih jauh biar tidak baper.

img_6008
Pantai di Utara Jerman yang Kerap menjadi Ajang Festival Kemaritiman.

Kembali ke masalah konsorsium bidang kelautan di Jerman. Tak kurang dari 16 institusi telah bergabung dengan konsorsium ini, berikut rinciannya:

  1. Alfred Wegener Institute Helmholtz Centre for Polar and Marine Research (AWI) Bremerhaven.
  2. Center for Earth System Research and Sustainability (CEN) Hamburg
  3. Department of Maritime Systems, Interdisciplinary Faculty, University of Rostock
  4. German Oceanographic Museum, Stralsund
  5. Senckenberg Research Institute, Wilhelmshaven
  6. GEOMAR Helmholtz Centre for Ocean Research Kiel
  7. Helmholtz-Zentrum Geesthacht, Centre for Materials and Coastal Research
  8. Institute for Chemistry and Biology of the Marine Environment, University of Oldenburg
  9. Baltic Sea Research Institute Warnemünde (IOW)
  10. Jacobs University Bremen – School of Engineering and Sciences
  11. Kiel Marine Science – Centre for Interdisciplinary Marine Science, Kiel University
  12. MARUM – Center for Marine Environmental Sciences, University of Bremen
  13. Max Planck Institute for Meteorology (MPI), Hamburg
  14. Max Planck Institute for Marine Microbiology (MPI), Bremen
  15. Thünen Institutes, Aquatic Resources
  16. ZMT- Leibniz Centre for Tropical Marine Ecology, Bremen

Konsorsium tersebut melingkupi berbagai bidang terkait dengan kelautan, mulai topik riset dari sisi atmospherik nya, pesisir pantai, hingga kedalaman lautan. Bidang serta fokusnya pun berbeda-beda, mulai dari kondisi fisik lingkungan laut, organisme laut, hingga masalah sosial. Lokasi risetnya pun beragam, mulai dari kutub utara, perairan utara Jerman, hingga ke daerah tropis yang sangat jauh dari Jerman. Tentu saja alasannya tidak hanya melulu eksistensi dalam keunggulan riset para peneliti Jerman dalam percaturan riset kelautan di dunia. Tetapi juga bentuk peningkatan kapasitas dan transfer ilmu pengetahuan dengan negara lainnya termasuk negara di daerah tropis. Salah satu insitusi yang fokus ke daerah tropis adalah ZMT-Bremen dengan topik ekologi laut serta topik multidisiplin lainnya.

img_69881
MARUM adalah salah satu institusi dalam konsorsium

Sementara itu, ada contoh lainnya yaitu dalam bidang paleoceanografi dan paleoclimate, bidang-bidang ini mempunyai topik penelitian tentang iklim dan kondisi laut purba dimana tentu saja peralatan ukur modern belum hadir. Ternyata daerah tropis memiliki peran yang cukup sentral dalam perubahan iklim saat jaman purba, sehingga menarik para peneliti Jerman untuk melakukan riset di daerah ini. Hasil penelusuran penulis menunjukkan sebanyak 26% riset mengenai hal tersebut dilakukan oleh peneliti yang berafiliasi dengan institusi Jerman, dan sebagian besar berasal dari konsorsium ini, seperti MARUM dan GEOMAR. Jumlah tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan tingginya minat para peneliti Amerika Serikat dalam bidang dan lokasi yang sama dengan jumlah lebih dari 50% sejak tahun 1970-an.

Semangat kolaborasi antar institusi dalam konsorsium ini maupun dengan institusi internasional lainnya menunjukkan arti pentingnya kerjasama dalam sebuah riset kelautan dalam menjawab tantangan masa depan. Terhitung beberapa lembaga riset internasional lainnya menjadi partner dari konsorsium ini seperti national Oceanographyc Centre (NOC), Southamton, UK., University of Bergen, Norwegia, IFREMER Prancis, dan CIIMAR, Portugal. Selain itu, dengan kolaborasi ini akan memperkuat daya tawar konsorsium termasuk insitusi anggotanya saat berhadapan dengan pemerintah, lembaga donor dan publik.

Peningkatan kesadaran publik akan arti pentinya bidang kelautan juga disadari oleh konsorsium ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam mendukung riset yang mereka lakukan. Sehingga tak jarang institusi anggota konsorsium ini melakukan pendekatan kepada publik di Jerman melalui beberapa kegiatan seperti, pameran riset, seminar publik, open ship, dll. Hal tersebut tentu saja salah satu bagian dari pertanggungjawaban mereka kepada para pembayar pajak.

Sedangkan bagi para calon mahasiswa master ataupun doktor, bahkan para peneliti muda dalam bidang kelautan, konsorsium ini bisa menjadi petunjuk awal untuk mencari supervisor atau topik yang tepat untuk melakukan kerjasama riset dengan lembaga partner dalam konsorsium. Para calon mahasiswa dapat menelusuri lebih lanjut profil masing-masing instusi yang sesuai dengan minatnya, dan bisa melakukan kontak secara pribadi dengan supervisor potensialnya. Tak jarang pula konsorsium ini sendiri mempunyai proyek besar yang melibatkan institusi anggotanya.

Sesaat lamunan saya pun kembali tertuju ke sebuah negara kepulauan terbesar di daerah tropis sana. Luasnya lautan yang dimiliki Indonesia tentu saja membutuhkan perhatian yang sangat besar. Semangat kolaborasi dari berbagai institusi terkait di dalam negeri serta peran pemerintah yang kuat untuk mendorong akselerasi dalam bidang ini. Berharap secara positif bahwa proses itu sedang berlangsung. Semoga kita bisa mengambil bagian dan turut berkontribusi di dalamnya.

M.Yusuf Awaluddin

S3, MARUM, Bremen Universität

Mengintip Keindahan Dunia dari Balik Kacamata dan Memilih Optik di Jerman

Mata adalah jendela dunia yang kita butuhkan untuk melihat keindahan dunia. Apa jadinya kalau kita mempunyai masalah dengan penglihatan kita, tentu akan membatasi aktifitas kita. Apalagi untuk para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, akan sangat menyulitkan apabila kita tidak dapat melihat penjelasan presentasi dosen di depan kelas, sulit membaca referensi kuliah, atau terhambat untuk menyelesaikan tugas. Beruntungnya, kacamata tercipta untuk menolong orang-orang yang membutuhkan dalam kesehariannya, terlepas dari berbagai masalah mata yang memang jenisnya banyak sekali.

Bagi kita yang sudah menggunakan kacamata sejak dari Indonesia, tentu tidak akan terlalu menjadi masalah. Kita sudah mempunyai langganan optik untuk kacamata kita dan sudah tahu apa yang harus kita lakukan dan yang kita butuhkan. Namun bagaimana bagi kita yang membutuhkan kacamata setelah berada di Jerman untuk kali pertama, atau bagaimana jika kita harus mengganti kacamata lawas yang kita punya? Tak perlu khawatir, ada banyak optik di Jerman dan tinggal datang saja ke optik terdekat di kota Anda. Walaupun tentu saja tidak sesederhana itu juga, informasi dan rekomendasi terkait optik yang bagus tentu saja dibutuhkan. Tulisan ini coba mengulas pengalaman kami dalam memilih optik favorit di Jerman.

Kami sekeluarga, dengan dua orang anak, membutuhkan dan menggunakan kacamata selama di Jerman ini dengan permasalahannya masing-masing. Setelah melalui penelusuran informasi, rekomendasi dan mencoba beberapa optik di kota kami, pilihan dijatuhkan kepada Optik Fielmann (bukan iklan loh ya..). Ada beberapa alasan yang mendasarinya, diantaranya adalah :

  1. Mempunyai jaringan yang luas di kota-kota di Jerman.

Coba saja tengok sambil jalan-jalan pusat kota Anda di Jerman, kalau masih belum yakin juga, coba cek dulu di websitenya www.fielmann.de. Tentu dengan jaringan yang luas ini akan memudahkan kita untuk memperoleh atau untuk memperbaiki kacamata kita.

  1. Bahasa Inggris

Apabila merasa mempunyai keterbatasan dalam bahasa Jerman, tidak perlu khawatir juga, mereka mampunyai staf yang biasanya bisa berbahasa Inggris. Teringat seorang kawan yang sampai merequest staf yang bisa berbahasa Inggris saat kunjungan pertamanya ke optik ini.

  1. Pilihan kacamata yang beragam

Mereka mempunyai variasi yang sangat banyak, mulai dari frame kacamata yang paling mahal dengan merek terkenal hingga frame yang gratis saja, atau dikenal dengan nama „null tarif“ dalam istilah mereka. Seperti juga di optik Indonesia, saat membeli kacamata, harga final adalah kombinasi antara harga lensa dengan harga frame. Harga lensa tergantung resep kacamata kita yang diberikan oleh dokter atau hasil pemeriksaan di optik. Pilihan produsen lensa pun turut mempengaruhi harga final lensa yang akan kita pesan. Sedangkan untuk frame, kita bisa memilih sesuai keinginan dan budjet kita. Frame dengan istilah „Null tarif“ pun tidak kalah keren dan berkualitas jika dibandingkan dengan frame bermerek dan berbayar lainnya. Saya dan beberapa kawan lainnya pun memilih tipe ini dan sejauh ini tetep oke kok.

  1. Staf yang profesional

Ada satu hal yang menarik kalau kita melihat pegawai-pegawai di optik ini; semuanya memakai kacamata! Mungkin ini salah satu syarat penerimaan pegawainya, entahlah. Terlihat keren,elegan dan cantik tentunya, petugasnya masih muda-muda dan berganti-ganti kalau di optik langganan kami. Uups, kembali ke laptop.

Kita bebas memilih frame yang kita mau, namun kalau kita bingung dengan banyaknya frame yang berjejer, bisa kok kita minta petugasnya untuk mencarikan frame yang cocok buat kita. Kalau tertarik dengan „Null tarif“ tinggal sampaikan juga, dan kita tinggal duduk manis. Setelah mendapatkan frame yang cocok, baru kita memilih lensa yang sesuai dengan resep yang kita miliki dengan bantuan petugas tadi. Tak perlu lama, apabila sudah deal dan diukur urusan teknisnya, kita akan diberikan tanda bukti untuk mengambil kacamatanya apabila sudah selesai. Biasanya pesanan diselesaikan dalam waktu maksimal 2 minggu, dan diinformasikan melalui SMS.

  1. Bengkel perbaikan

Apabila ada masalah dengan kacamata kita, tak perlu ragu untuk kembali ke optik dan meminta perbaikan kacamata. Mereka menyediakan booth khusus untuk pebaikan ini dan dilayani oleh staf mereka. Sebetulnya sih tidak apa-apa juga kalau kita tidak beli kacamatanya tidak di optik ini, terus minta bantuan untuk diservice di sini, tinggal masuk saja, toh tidak ditanyakan dari mana belinya. Tentu saja hanya perbaikan minor yan bisa dilayani, seperti frame yang bengkok, lensa yang lepas, dll. Kalau lensa pecah tentu Anda harus mengganti baru.

  1. Tawaran Asuransi

Saat bertransaksi biasanya ditawarkan, apakah akan membeli polis tambahan untuk kacamata yang kita beli atau tidak. Harga polisnya sekitar 10 € untuk satu tahun, hasil kerjasama dengan perusahaan asuransi Hanse Merkur. Apabila kacamata tersebut rusak, terjatuh, terinjak, lensa pecah, hilang, atau resepnya berubah, maka dapat dicover oleh asuransi sebesar 70% dari harga finalnya, sedangkan sisanya kita sendiri yang bayar. Hal ini akan sangat bermanfaat terutama bagi kacamata anak-anak, yang biasanya rentan terhadap situasi di atas. Jadi benefit ini bisa dimanfaatkan. Oh iya, saya tidak terlalu yakin kalau asuransi publik akan membayar biaya pembuatan kacamata dewasa. Kalau untuk anak-anakmasih memungkinkan dengan cara reimburse ke perusahaan asuransi publik kita (tapi saya belum pernah mencobanya). Sedangkan untuk asuransi privat, ini juga tergantung polis yang kita pegang, bisa mengcover hingga maksimal limit tertentu. Untuk kasus saya, asuransi privat saya mengcover hingga 100 €, lumayan lah.

  1. Pemeriksaan gratis

Ini juga kelebihan optik ini yang saya suka. Mereka mempunyai alat yang cukup canggih dan tidak kalah dengan klinik privat dokter mata. Sehingga tingkat akurasi kacamata dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai catatan saja, kalau pemeriksaan di optik ini hanya diperuntukan bagi dewasa, sedangkan untuk anak-anak hanya bisa dilakukan oleh dokter mata, dan optik hanya menerima resep jadi saja.

Bila Anda tidak suka dengan kacamata yang Anda dapatkan, tinggal kembalikan saja dalam waktu 2 minggu, dan uang akan dikembalikan. Untuk itu bagi Anda yang mempunyai masalah dengan mata Anda, tak perlu ragu untuk segera mendatangi dokter mata Anda atau optik secara langsung. Tak perlu juga menunggu saat mudik ke Indonesia agar mendapatkan harga miring. Semakin cepat masalah penglihatan Anda terselesaikan, semakin cepat pula keindahan dunia ini akan Anda rasakan.

Penulis : M. Yusuf Awaluddin

-S3 Bremen Universität-

Tips dan Trik Membawa Keluarga Langsung Diawal Perkuliahan ke Jerman

Melanjutkan studi di Jerman memang tidaklah lengkap tanpa keluarga. Berbeda dengan studi di negara ASEAN atau Australia yang relatif dekat, studi di Jerman memiliki jarak tempuh kerinduan yang lebih jauh 😀 . Kebanyakan mahasiswa yang menempuh studi di jerman memang memboyong keluarga mereka setelah 3 sampai 6 bulan setelah mereka menapaki jerman. Hal ini umum dijumpai dan banyak tertulis di blog-blog mahasiswa master maupun doktorand. Namun beberapa bulan itu akan terasa sangat lama dan menyiksa. Terutama bagi pengantin baru (atau yang masih merasa pengantin baru :D) atau keluarga yang baru memiliki anak usia balita, yang sedang lucu-lucunya. Hal itulah yang melatari perjuangan beberapa orang untuk bisa bepergian bersama dari awal. Alhamdulillah, saya dan keluarga (istri dan dua anak saya) diberikan kemudahan untuk bisa berangkat bersama-sama ke Jerman pada bulan agustus 2016. Dalam tulisan ini saya akan berbagi beberapa catatan ketika saya mengurus visa keluarga dari awal.

A. Pastikan anda bisa membawa keluarga berbarengan

Pertama sekali yang harus dilakukan adalah menghubungi Ausländerbehörde (ABH) kota setempat. Ausländerbehörde adalah kantor imigrasi kota. Merekalah yang menentukan apakah kita boleh membawa keluarga langsung atau tidak. Kedutaan hanya menerima berkas saja. Alamat email Ausländerbehörde bisa didapat dengan meng-google „ausländerbehörde (spasi) nama kota“. Biasanya email resmi berdomain resmi dibelakangnya (e.g blablabla(at)luebeck(dot)de atau blablabla (at)hamburg(dot)de) walaupun tidak semuanya seperti itu.

Tanyakan via email kepada ABH apakah kita bisa membawa keluarga langsung ke jerman bersama kita. Tentu dengan memperkenalkan diri dahulu (nama, asal negara, keperluan di jerman (studi), istri dan jumlah anak dan umurnya, dan yang paling penting adalah keuangan kita selama dijerman (besaran beasiswa dll). Setelah itu tanyakan syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk bisa membawa keluarga langsung bersama kita.

Jika ABH menjawab boleh. Maka bukti email tersebut di print untuk dijadikan bukti ketika membuat visa nanti (jika diperlukan—backup document). Jika mereka menjawab tidak, coba lobby ulang dengan pendekatan lain 😀

 

B. Persiapan berkas visa

Selanjutnya adalah mempersiapkan berkas. Mempersiapkan berkas keluarga memang membutuhkan kesabaran serta ketelitian ekstra serta dana yang kadang-kadang ekstra juga. berkas visa kumpul keluarga langsung ini pada dasarnya dipersiapkan seperti layaknya visa family reunion biasa. Ada banyak blog yang menuliskan cara mempersiapkan dokumen visa kumpul keluarga berseliweran di internet. Salah satunya adalah ini :

http://lpdp-jerman.org/mengurus-visa-family-reunion-ke-jerman/

dan ini :

https://mellyloveskitchen.com/2014/11/29/visa-kumpul-keluarga-ke-jerman/

Untuk menghindari pengulangan (Sebenarnya karena males nulis :P) maka saya akan menyoroti hal-hal urgen saja terkait membawa keluarga langsung ini.

Berikut syarat yang pernah saya catatkan untuk membawa istri dan anak :

  1. Passport dan dua lembar fotocopy passport (istri dan anak)

Fotocopy dibagian yang ada keterangan identitas dan tandatangan.

  1. Dua rangkap formulir permohonan

Formulir  permohonan diisi lengkap dengan huruf kapital, soalnya handwriting jerman agak berbeda dengan indonesia.

Untuk waktu keberangkatan bisa diperkirakan saja kapan, tergantung kapan (waktu beasiswa mulai berlaku misalnya).

Untuk alamat di jerman dituliskan alamat sesuai kontrak wohnung (lihat dibawah).

Untuk formulir anak, jangan lupa untuk ditandatangani oleh KEDUA orang tua dibagian yang memerlukan tanda tangan.

  1. Dua paspoto terkini

Pastikan mengikuti aturan paspoto untuk pasport, seperti  80% wajah dsb. Nama pemilik foto dituliskan dibelakang foto untuk menghindari tercecer.

  1. Buku nikah (asli dan fotocopy)

Cara melegalisirnya bisa merujuk pada dua link yang saya tautkan diatas. Pastikan yang anda fotocopy adalah setelah semua terlegalisasi (sudah mencakup terjemahan bahasa jerman dan stempel legalisasi dari kedutaan)

  1. Akte kelahiran anak (asli dan fotocopy)

Akte ini dilegalisasi merujuk pada dua link yang ada diatas. Pastikan yang anda fotocopy adalah setelah semua terlegalisasi (sudah mencakup terjemahan bahasa jerman dan stempel legalisasi dari kedutaan). Akte orang tua tidak perlu dilegalisasi.

  1. Surat keterangan dari pasangan yang tinggal di jerman (asli dan fotocopy)

Surat ini disebut dengan familienzussamenführung. Istri dan anak masing-masing harus dibuatkan surat ini (suratnya sama) dan dirangkap masing-masing dua eksemplar. Pada visa family reunion (dimana keluarga menyusul kemudian) lembaran ini distempel oleh ABH kota setempat. Namun karena kita ingin membawa keluarga diawal, maka hal tersebut tidak diperlukan. Berikut saya lampirkan contoh familienzussamenführung:

——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————

                                                                                                                                                                                       (nama pengaju)

(alamat)

(nomor hape)

(email)

 

Deutsche Botschaft

Jalan MH thamrin I

Jakarta, Indonesien

10310

Tel +62 21 39855000

Jakarta, (tanggal)

Familienzussamenfuehrung

 

Sehr Geehrte Damen Und Herren,

 

Mein Name ist (nama pengaju) und ich interessiere mich fuer eine zussamenfuehrung meiner Familie in Deutschland.

 

Ich begin meine Studie  von (tanggal perkiraan mulai) bis (Tanggal perkiraan selesai)  an der  (nama institusi tempat studi di jerman)  (nama supervisor jika doktorand) in (nama kota), mit dem Angesterben Abschluss (nama gelar akhir jika selesai studi .e.g Doktor rerum Naturalium (Dr.rer.nat)).

 

Ich habe eine stipendium von (nama beasiswa jika ada//dalam bahasa jerman). Dieses Stipendium garantiert mir, dass auch meine Familie warhrend der Zeit meines Studium in (nama kota) im Rahmen einer Familiezussamenfuehrung nach Deutschland kommen kann und in Deutschland finanziell abgesichert ist.

 

Es handeln sich um folgende Personnen:

 

Nachname Vorname Geburstdatum Adresse
Nama belakang istri Nama depan istri Tanggal lahir istri Alamat di indonesia
Nama belakang anak pertama Nama depan anak pertama Tanggal lahir anak pertama Alamat diindonesia
Nama belakang anak kedua Nama depan anak kedua Tanggal lahir anak kedua Alamat di indonesia

 

Wir sind sehr an einer erfolgreichen Beantragung interressiert und mochten daher alle erforderlichen Unterlagen bei der Einreichung  zur Verfuegung stellen.

 

 

Hochachtungsvoll

 

(nama pengaju)

—————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————-
*Yang dicetak miring dan tebal adalah kolom yang harus anda isi sendiri. Tanda kurung dihilangkan

**Nama pengaju adalah nama anda– yang akan menempuh pendidikan di jerman.

 

  1. Sertifikat A1 asli dan fotocopy

Istri saya TIDAK menggunakan sertifikat bahasa apapun.  Syarat ini amatlah berat terutama bagi yang tidak berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Apalagi jika istri anda sedang mengasuh anak kecil yang tidak bisa ditinggal. Berat, karena untuk test saja memerlukan waktu 2-3 hari termasuk perjalanan belum lagi untuk mengambil hasil tes. Bagi kami yang berdomisili nun jauh di ujung sumatera ini, itu artinya tiket pesawat dan hotel seharga jutaan rupiah. Namun mengapa istri saya bisa pergi tanpa A1?

Aturan mengenai kemampuan bahasa jerman dapat dilihat ditautan berikut :

http://www.jakarta.diplo.de/contentblob/3453920/Daten/4652545/H8_id__Deutschkenntnisse.pdf

Dalam poin pengecualian disebutkan kalau pasangan anda bisa tidak memiliki sertifikat bahasa jerman jika memiliki ijazah S1 sehingga bisa bekerja. Atau hanya menemani sementara di Jerman. Dalam hal ini saya mempersiapkan keduanya. Untuk poin pertama yang harus dipersiapkan adalah ijazah S1 istri dan print out Anabin mengenai universitas almamater istri. Apa itu Anabin? Anabin adalah situs untuk melihat apakah institusi kita diakui di jerman atau tidak. Berikut linknya

http://anabin.kmk.org/no_cache/filter/institutionen.html

Buka dibagian „suche“ –cari—search (dibagian atas), masukkan nama negara dan pilih institusi tempat istri atau suami anda bekerja. Nanti akan keluar hasilnya. Jika hasilnya H+ maka institusi tersebut diakui dijerman which is good. Namun jika hasilnya H+/- maka jangan putus asa dulu. Karena itu berarti bisa diakui dan bisa tidak, which mean masih ada kesempatan. Hehehe.

Hasil Anabin ini di print berikut dengan keterangan makna H+, H+/- yang ada dibagian „info“ di link ini

http://anabin.kmk.org/no_cache/filter/institutionen.html

Ijazah S1 (atau S2 atau S3) pasangan anda beserta hasil print Anabin ini akan jadi bukti bahwa istri/suami kita eligible untuk ke jerman tanpa sertifikat A1 bahasa jerman. Ada yang mengatakan syarat ini hanya untuk awardee DAAD. Namun hal tersebut tidak dicantumkan di website. Jadi anda bisa mencobanya.

Kita bisa juga mencoba dengan cara kedua yaitu dengan menyertakan bukti bahwa istri kita hanya mendampingi kita sementara. Saya menggunakan surat „sakti“ dari professor saya yang menyatakan kurang lebih bahwa: saya adalah calon phd student ditempatnya, istri dan anak saya perlu mendampingi saya ikut dalam proses belajar saya and the most important istri dan anak saya HANYA akan menemani saya sampai saya selesai study (cantumkan masa studi dari kapan sampai kapan) dan akan KEMBALI ke indonesia setelah itu. Surat sakti ini terbukti mengantarkan istri saya berhasil ke Jerman barengan dengan saya. Hehehe. FYI, saya menyiapkan juga dokumen pertama (Anabin), namun belum sempat dikeluarkan, karena pihak kedutaan sudah legowo menerima dokumen kedua ini.

Walaupun tidak ada sertifikat A1, saya tetap merekomendasikan pasangan anda untuk belajar bahasa jerman dasar.

 

  1. Bukti tempat tinggal pasangan di jerman

Ini adalah  bagian paling rumit dalam kepengurusan visa menurut saya. Rumit karena kita harus mendapatkan kontrak rumah di Jerman selagi kita berada di Indonesia.

Kenapa rumit, karena kedutaan Jerman/ABH ingin kita punya tempat tinggal dulu di Jerman jika bawa keluarga sebelum mendapatkan visa (which is make sense, gak mungkin juga sekeluarga tidur di mesjid atau di gorong-gorong kan?!), tapi penyewa rumah di Jerman juga ingin kepastian bahwa kita benar-benar pasti akan datang ke Jerman, yaitu berupa bukti visa, karena mereka tidak ingin kehilangan penyewa potensial lain yang ingin menyewa tempat mereka hanya gara-gara orang yang belum nyata wujudnya akan tiba di Jerman. Jadi lingkaran birokrasi ini benar-benar menguras airmata (tsah). Penyewa rumah di Jerman umumnya ingin bertemu tatap muka langsung dengan calon pengontraknya. Saya sangat terbantu oleh professor saya yang begitu baiknya mau bersusah payah mencari wohnung untuk keluarga saya. Terbilang puluhan wohnung sudah dijajaki, ada yang langsung menolak, ada yang php setelah menerima (jadi curcol). Namun impian untuk mendapatkan wohnung selagi kita di Indonesia bukanlah mustahil. Dalam kasus saya, saya membutuhkan waktu kurang lebih 5 bulan untuk bisa mendapatkan wohnung keluarga di jerman.

Cara lain yang bisa dicoba adalah menggunakan teman yang sudah ada di kota tersebut. Tapi teman tersebut harus bisa meyakinkan penyewa bahwa anda benar-benar akan datang ke Jerman. Pada kasus saya, akhirnya saya mendapatkan wohnung dari lobby professor saya kepada temannya yang juga pengusaha real-estate di kota tempat saya studi. Banyak kasus juga dimana orang Indonesia punya kenalan dengan pengusaha real-estate atau kenal dekat dengan penyewa rumah. Ini bisa dicoba. Yang paling penting adalah anda bisa mendapatkan KONTRAK TERTULIS ATAS NAMA ANDA yang tidak mungkin didapat jika anda menumpang sementara dirumah teman atau zwischenmiete.  Pastikan juga besar wohnung sesuai dengan kualifikasi. Kualifikasi besar wohnung ini harus anda tanyakan ke ABH via email. Dan bukti percakapan tersebut di print sebagai back-up document kalau-kalau kedutaan menganggap besar wohnung anda tidak mencukupi syarat.

  1. Bukti kecukupan keuangan

Ini bisa digantikan dengan surat keterangan dari beasiswa anda. Tapi anda harus pastikan anda menanyakan dahulu kepada Ausländerbehörde (lagi) mengenai berapa besaran uang yang harus anda sediakan untuk bisa membawa keluarga ke jerman. Terlebih dahulu ceritakan bahwa anda memiliki beasiswa yang menanggung keluarga (jika ada, contohnya LPDP). Jika jumlah yang di minta oleh ABH ini sesuai dengan budget anda, maka email ABH ini anda print, untuk dijadikan backup ketika membuat visa. Pihak kedutaan terkadang agak skeptis dengan biaya beasiswa, karena dinilai tidak cukup untuk menghidupi keluarga. Namun hal ini akan terbantah jika anda menunjukkan surat dari ABH tersebut. Namun apabila ABH menyebutkan jumlah yang agak kurang rasional bagi kondisi keuangan anda, mungkin anda bisa mempertimbangkan untuk melobi kembali ABH tersebut. Jangan berputus asa 😀

  1. Biaya visa 60 euro per orang

Biaya visa ini dibayarkan dalam rupiah. Jumlahnya seringkali melebihi kurs euro yang umumnya dipakai. Alangkah baiknya jika membawa uang lebih, termasuk pecahan-pecahan sepuluh ribu atau dua puluh ribu. Untuk anak-anak dibawah 12 tahun biayanya hanya 30 euro per orang.

  1. Asuransi perjalanan

Syarat ini tergolong baru. Asuransi perjalanan (bukan asuransi kesehatan saja) biasanya mencakup 90 hari terhitung mulai dari kapan kira-kira kita akan berangkat. Masing-masing sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang akan dibawa dan difotocopy dua rangkap.

 

C. Hal lain yang harus diperhatikan

Sekali lagi yang menentukan anda diterima atau tidak adalah ABH. Kedutaan hanya menyaring berkas saja. Adakalanya kedutaan tidak ingin berkas tersebut dikembalikan karena kurang lengkap, karena itu terkadang seleksi berkas dikedutaan sangat ketat. Tapi hal ini bisa dilalui jika kita membawa dokumen tertulis lengkap (baik dari percakapan email dengan ABH maupun info resmi dari website) sehingga kita punya amunisi yang kuat.

Dokumen yang anda bawa sebaiknya masing masing difotocopy rangkap dua (minimal). Hal ini guna mengantisipasi penundaan di loket kedutaan, secara fotocopy amat sangat jauh dari kedutaan (yang terdekat sih ada, tapi cukup untuk membobol kantong anda :D)

Pasangan anda harus hadir ketika anda mengajukan visa di kedutaan. Karena memerlukan sidik jari untuk kelengkapan dokumen. Anak-anak tidak harus hadir.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, walaupun membawa keluarga merupakan sesuatu yang membahagiakan, pastikan anda memiliki pendamping untuk mengenal lingkungan baru di kota tujuan anda. Karena beradaptasi dengan lingkungan dan bahasa baru tentu tidak mudah. Apalagi yang beradaptasi tidak hanya satu orang tetapi satu keluarga. Pendamping sangat saya anjurkan terutama untuk mereka yang belum pernah ke Jerman sebelumnya.

Dan yang terakhir adalah doa yang kencang. Ada tekanan besar ketika kita mulai membuat list kebutuhan visa keluarga ini. Bahkan saya sempat pesimis melihat banyaknya to-do-list yang harus dikerjakan dan mengingat belum ada trace record tulisan orang yang membawa keluarga diawal (setidaknya setelah saya googling cukup dalam). Karena itu doa yang kencang itu sebuah keniscayaan.

 

Semoga bermanfaat.

Dalam kehangatan keluarga dikota Lübeck yang dingin.

 

Penulis:

Maulana Ikhsan (PhD student in Fraunhofer EMB/Universität zu Lübeck)

Goresan di 60 Hari Pertama Bergabung dalam Grup Riset di Jerman

Disiplin, keselamatan kerja, dan tidak ceroboh merupakan hal-hal penting yang memerlukan usaha kuat untuk bisa diimplementasikan saat kerja di laboratorium di Jerman. Perlu ketenangan ekstra saat bekerja dan catatan-catatan penting agar kekeliruan kerja yang membahayakan diri dan orang lain tidak terjadi.

 

Saat saya melakukan meeting bersama kedua professor saya, Todd Marder dan Udo Radius, ada beberapa quotes yang bagi saya menarik dari beliau:

 

 “It is not a problem in not knowing something, but not wondering is.”

 

“If you say yes, just to make me happy, but it isn’t true, I will be angry.”

 

Todd B. Marder adalah seorang American Professor dengan 15000 sitasi. Beliau memperoleh penghargaan salah satunya dalam bidang main ement (khususnya Boron) pada tahun 2006, dan bidang organometallic pada tahun 2015 dari Royal Chemical Society 2015 (sebuah chair institute dalam bidang inorganic chemistry di Universität Würzburg). Adalah sebuah kenyataan yang bak khayalan tatkala beliaulah yang menjadi dosen pembimbing saya disini dalam melaksanakan riset.

 

Selama dua minggu saya menjalani training khusus mengenai menjalani prosedur atau teknik riset di laboratorium. Kacamata untuk keselamatan kerja di lab adalah salah satu safety tools yang wajib dipakai saat bekerja di dalam lab di Jerman. Mungkin kita di Indonesia belum terbiasa dengan aturan safety tersebut. Namun disini,  kemarahan seorang peneliti senior sempat terdengar dan terlihat tatkala melihat seorang kolega saya yang melepas kacamata safety tersebut saat kerja di lab hingga kata “damn!!” terpekikan.

 

Kasus lain yang saya alami sebagai contoh kedisiplinan dalam kerja lab di Jerman adalah saat seorang teknisi lab melaporkan adanya liquid/cairan pada pada tempat sampah kimia khusus padatan pada milis email anggota lab. Peringatan keras lainnya pun datang pula dari professor saya dengan nada ancaman mengenai sebuah eksperimen yang dilakukan overnight tanpa adanya formulir administrasi yang diisi.

Dari beberapa kejadian yang saya alami tersebut, saya belajar arti kuat mental demi profesionalisme. Alhamdulillah saya belum dan semoga tidak akan termasuk yang melakukan kesalahan-kesalahan yang fatal dalam kegiatan riset di laboratorium. Adanya kesalahan orang lain cukup untuk saya jadikan catatan dan pelajaran bagi saya kedepannya. Softskill profesionalisme benar-benar saya pelajari disini di hari-hari awal saya melakukan riset di Jerman ini.

 

Semoga apa yang saya pelajari di sini, bisa saya implementasikan dengan baik saat pulang membangun tanah air. Aamiin.

 

Catatan 3 Desember 2016.

Yudha P. Budiman

Kota-Kota Kecil Antimainstream Yang Worth to Visit Di Baden-Wuerttemberg

Baden-Wuerttemberg atau disingkat BW merupakan salah satu bundesland di Jerman yg terletak di bagian barat daya negara Jerman. Bundesland ini terkenal memiliki kota-kota besar yang cantik yang menjadi jujugan para turis lokal maupun internasional. Sebut saja Stuttgart yang terkenal dengan museum automotifnya yaitu museum Mercedez-Benz dan museum Porsche. Ada juga Heidelberg, kota tua, besar nan indah dengan universitas yang berdiri pertama kali di Jerman dan juga menjadi jujugan turis internasional karena kastilnya yang megah dan spots tourism lainnya. Ada juga Freiburg yang terkenal dengan Schwarzwald-nya atau disebut juga Black Forest dalam bahasa Inggris. Tak ketinggalan Konstanz. Kota ini memiliki danau besar yang bernama Bodensee dan juga pulau penuh bunga yang tak kalah ciamik dengan Keukenhof di Belanda, yang bernama Mainau Insel.

Nah, selain kota-kota besar di atas, BW juga punya banyak kota-kota lain yang tak kalah cantik dan unik dan tentunya sangat layak untuk dikunjungi di kala senggang. Berikut ini beberapa kota kecil di BW yang telah saya kunjungi, yang memiliki keunikan tersendiri sehingga menjadikan kota tersebut sangat menarik untuk dikunjungi dan antimainstream.

  1. TUEBINGEN

Kota ini merupakan tempat pertama kali asam nukleat diisolasi (promosi dikit boleh lah ya) :p. Kota Tuebingen yang merupakan kota tempat saya saat ini bersemayam berjarak sekitar 30 Km dari Stuttgart. Kota universitas ini terkenal dengan satu spot yang “fotoable” (hahahaha) yang dikenal dengan Neckarbruecke. Belum ke Tuebingen kalo belum berfoto dengan latar belakang Neckarbruecke (wkwkwkw). Ada juga spot tourisms lain, misal Bebenhausen, dll dkk dst lah.. hehe.. liat foto-fto di bawah ini yah… Oh ya, Tuebingen juga terkenal dengan Schokofest yang terbesar di Jerman lo..

1

2 3 4 5

  1. HECHINGEN

Kota kecil dan ayem ini terletak tak jauh dari Tuebingen. Kota ini terkenal dengan kastilnya yang megah bernama Schloss Hohenzollern. Kita bisa masuk ke kastil dengan membayar retribusi kira-kira * Euro untuk pelajar perorang. Kita juga bisa ikut guided tour buat masuk ke dalam kastilnya. Gak ada kata-kata lagi yang bisa menggambarkan megahnya kastil ini, langsung cek fotonya aja ya..

7

8

  1. GENGENBACH

Kota kecil ini masih bagian dari Schwarzwald atau Black Forest. Jadi, kita bisa beli kue black forest yang otentik di sini.. hihi (awas beralkohol). Selain itu arsitektur rumah-rumahnya juga kebanyakan masih kuno dan otentik. Cekidot.

15 16

  1. BRUCHSAL

Bruchsal terletak gak jauh dari Karlsruhe, Cuma 20 menitan naik S-Bahn. Di kota ini kastilnya agak beda dari kota lain di Jerman. Gaya arsitekturnya lebih modern tapi terlihat elegan (tsaah, sok ngerti). Di kastilnya juga ada museum musikautomat lo. Jadi mesin-mesin musik otomatis terdokumentasikan dengan baik di museum ini. Tiket masuk ke kastil dan museum-museumnya Cuma 3 Euro lo buat pelajar.. Murmer!!

17 18 19 20

  1. LICHTENSTEIN

Di kota ini terdapat kastil yang unik dan tiada duanya. Karena ukurannya yg gak besar tapi kecil (sama aje.. wkwk) dan letaknya di ujuang jurang. Untuk mencapai ke kastilnya kita harus mendaki dulu ke bukit-bukitnya. Capek tapi pasti terbayar lunas dengan kecantikan kastilnya…

25 26

  1. MAULBRONN

Maulbronn terkenal dengan area kloster yang bener-bener well preserved sampai-sampai termasuk dalam area yang terlengkap dan terawetkan denga sangat baik menurut UNESCO. Untuk masuk ke area klosternya tidak dipungut biaya alias GRATIIISSS…!!

27 28

 

Dicukupkan dulu ya… Baru segitu doang kota-kota antimainstream yang sudah saya kunjungi dan menurut saya juga layak buat dikunjungi teman-teman pembaca seandainya mampir di BW.

33 34

Selamat menikmati Baden-Wuerttemberg!! 😀

Mohon maaf kalo fotonya jelek, maklum gak hobi fotografi.. hehe

 

Ditulis oleh Arif Luqman
PhD Student Mikrobielle Genetik
AG Götz
Interfakultäres Institut für Mikrobiologie und Infektionsmedizin
Eberhard-Karls Universität Tübingen, Germany

Journey to Germany (Part 2): Proses LoA – Bonn University

Setelah sebelumnya di Part 1 saya berbagi pengalaman tentang proses perjalanan menuju studi di Jerman secara umum, di bagian ini saya akan membahas khusus bagaimana proses saya bisa mendapatkan LoA dari program The Bonn International Graduate School – Oriental and Asian Studies (BIGS-OAS).

Sesudah kesulitan, ada kemudahan. Alhamdulillah, saya merasakan betul makna dari perjuangan mendapatkan LoA di kampus Jerman (karena sudah ditolak berkali-kali). Setelah mendapat kepastian penolakan dari Hamburg University di bulan April, saya mulai merevisi proposal riset saya, sambil mendaftar ke program yang ada di Bonn University.

Kenapa Bonn University? Karena setelah meng-googling, saya menemukan kecocokan antara program yang ditawarkan, kesesuaian minat saya, serta deadline aplikasinya di bulan Juni (banyak kampus lain yang sudah terlewat pendaftarannya yang mostly akhir/ awal tahun). –> hikmah dari pengalaman saya, kalau bisa, saat mencari LoA sebaiknya langsung daftar ke beberapa program/ kampus sekaligus. Kalau saya, tipenya satu per satu apply-nya. Kalau gagal, baru lanjut ke pencarian berikutnya. Ini agak berbahaya kalau waktunya mepet ^^”.

Saat browsing di website Bonn University, saya temukan 2 program doktoral yang sesuai dengan minat riset saya terkait Asian Studies yaitu di Program ZEF dan BIGS – OAS.  Mengingat batas waktu penyerahan LoA ke LPDP yang semakin mepet (6 months remaining), maka saya pun harus berkejaran dengan waktu. Terlebih, ada rezeki tak disangka-sangka di tengah perjuangan saya mencari LoA, yang menyebabkan saya harus menunda keberangkatan studi ke Jerman ke tahun 2017.  Saya merasa rezeki yang saya (dan suami) dapatkan ini jauh lebih prioritas, daripada memaksakan berangkat studi ke Jerman dalam waktu dekat.

Maka, sembari mempersiapkan aplikasi ke Bonn University, saya pun mencoba menghubungi CS LPDP terkait kemungkinan defer (penundaan) studi karena alasan kehamilan dan melahirkan. Juga kemungkinan dari program doktoral yang hendak saya daftar untuk memberikan LoA lebih awal (mid 2016) walaupun saya baru bisa intake kuliah mid 2017.

Alhamdulillah, saya mendapat sinyal positif dari CS LPDP dengan syarat saya tetap harus menyerahkan LoA sebelum batas waktu berakhir (Desember 2016), serta adanya persetujuan dari kampus yang saya apply untuk penundaan studi ke intake 2017.

Dan kemudahan lainnya saya dapatkan pula dari BIGS-OAS dan ZEF. Setelah saya mengirim email tentang kondisi saya, ZEF merespon dengan positif. Mereka meminta saya untuk segera memasukkan aplikasi saya, walaupun kemungkinan proses seleksi sampai tahap pengumuman memakan waktu sampai 3 bulan (padahal belum tentu keterima juga XD). Hal ini terjadi karena mereka perlu waktu untuk  menyeleksi berkas saya, serta mencari profesor yang bersedia dan available untuk menjadi supervisor saya di tahun 2017.

Adapun sinyal yang lebih positif saya dapatkan dari BIGS-OAS. Saya mendapat banyak bantuan dan kemudahan terkait kondisi saya di atas. Saya pun diminta untuk segera mengirimkan ringkasan proposal riset, dan kemudian menyusulkan aplikasi lengkapnya. Akhirnya, saya memilih untuk mendaftar ke BIGS-OAS dibandingkan ZEF karena pertimbangan waktu dan chance mendapatkan LoA (*pragmatis mode).

Oya, perlu menjadi catatan bahwa di program ZEF dan BIGS OAS, aplikan tidak perlu mengontak dan mendapatkan profesor terlebih dahulu. Justru dari program-lah yang akan mencarikan profesor yang sesuai dengan tema riset kita. Jadi, beda program studi, bisa beda case ya. Bisa jadi di program doktoral lainnya, mereka meminta dapat persetujuan profesor dulu baru kemudian berkas aplikasi lain menyusul.

==========================================

Berikut ini beberapa syarat dokumen yang harus saya lengkapi untuk aplikasi ke BIGS-OAS:

The application package must include the following documents:

  • a completed application form*
  • an outline of the proposed doctoral project
  • a curriculum vitae
  • two letters of recommendation
  • copies of all degrees received
  • a copy of the B.A. or M.A. thesis (or an equivalent final paper)
  • evidence of proficiency in the major source or field language relevant to source analysis or the dissertation project.
  • proof of proficiency in German or English (not applicable, if applicants are native speakers of German or/and English or if applicants have graduated from an German/English speaking university)
  • The application deadline is June 15 of any year. (Later applications may also be accepted.)
  • Please submit your application package as ONE PDF document via email.

Application requirements:

Applicants must hold a M.A. or equivalent with an above-average grade of „very good“ in a relevant doctoral studies discipline of BIGS-OAS from a German university or an equivalent degree from a foreign university (more information). The admission to the graduate program expects participants to have advanced German or English language proficiency (more information).

Proposed doctoral project:

Applicants are expected to conduct an outline of their proposed doctoral project on a maximum of six pages. Apart from a description of topics, the abstract should include the contribution to existing research, use of theoretical and methodological concepts, and also a preliminary working plan. Moreover, applicants must show evidence of proficiency in the major source or field language relevant to their dissertation project.

The outline proposed by the applicant will be considered as preliminary thoughts for possible doctoral projects. As a rule, participants do not join the program with a finished project plan, instead the first year of studies is designed for participants to formulate an adequate topic with researchers and/or scholars. Therefore the working title chosen at the beginning of the doctoral program can be changed after the first year.

Selection process:

The executive committee of BIGS-OAS selects the participants. Experts (a member of the subject or field from the university) can serve as a consultant during the selection process. An important decision criterion is the applicant’s academic qualification. Promising applicants will be contacted for a personal interview which takes place in August. These interviews can also be held in form of a telephone interview. All applicants will be notified by the end of August.

===========================

Setelah berjibaku merombak proposal (ini yang paling sulit) dan memenuhi semua persyaratan, saya pun kemudian mengirimkan aplikasi saya pada 1 Juli 2016. Beruntung, late application benar-benar masih bisa dipertimbangkan. Mungkin karena saya mendaftarnya untuk intake 2017 yaaa (?). hehehe…

Dan Alhamdulillah, setelah 20 hari aplikasi saya masuk, saya mendapatkan email pengumuman penerimaan di program BIGS – OAS, dan saya mendapatkan profesor, yang seorang etnolog dan ahli Indonesia. Beliau bersedia menjadi pembimbing saya di tahun 2017 nanti (*Alhamdulillah yaa Allah, sujud syukur TT___TT).

Dan sebulan kemudian (sekitar pertengahan Agustus 2016), saya pun resmi mendapat LoA pada program BIGS-OAS dan surat keterangan supervisi Profesor. Proses mendapatkan LoA ini pun setelah melalui serangkaian revisi agar sesuai dengan ketentuan dari LPDP dan aplikasi VISA Jerman (nanti) . *Alhamdulillah, terima kasih banyak untuk koordinator programnya yang sudah sabar dan berbaik hati membantu walaupun di Jerman lagi libur musim panas.

 

Setelah mendapatkan LoA ini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Masih banyak hal administratif dan birokrasi lainnya yang harus disiapkan. Jalan menuju Jerman masih panjang. Namun, semoga dimudahkan dan dilancarkan prosesnya hingga hari H keberangkatan dan mulai studi di Bonn nanti. aamiin….

PS: Intinya, saat proses mencari LoA teruslah berjuang  dan rajin-rajin berkomunikasi dengan program koordinatornya. Sesudah kesulitan, selalu ada kemudahan. Selamat berjuang, para pencari ilmu :)!

 

*Retno Widyastuti

Awardee LPDP Doctoral Program Batch IV 2015

PK – 54 Sandya Caraka

BIGS – OAS Bonn University, Jerman

artikel ini bisa diakses juga https://chikupunya.wordpress.com/

Journey to Study in Germany: Jalan Menuju BIGS – OAS Bonn University (Part 1)

 

“In life, many things don’t go according to plan. If you fall, get back up. If you stumble, regain your balance. Never give up!” – Unknown

Perkenalkan, saya Retno Widyastuti yang akrab disapa Chiku. Saya adalah alumni Ilmu Hubungan Internasional UGM, Kajian Wilayah Jepang UI dan Asia Pacific Studies NCCU Taiwan. Alhamdulillah, pada Desember 2015 saya dinyatakan lolos seleksi tahap akhir beasiswa Doktoral Luar Negeri LPDP Batch IV 2015. Saat ikut seleksi beasiswa LPDP, saya belum mendapat LoA sehingga saya perlu berkejaran dengan batas waktu 1 tahun untuk diterima tanpa syarat (unconditional acceptance) di salah satu Universitas di Jerman, yang menjadi negara tujuan saya.

Mengapa Jerman? Negara ini mungkin terlihat anti-mainstream untuk para mahasiswa Indonesia yang berlatarbelakangkan ilmu Sosial Politik, apalagi dengan fokus kajian Kawasan Asia seperti saya. Jujur, sebelumnya saya tidak terpikir untuk melanjutkan di negara ini. Namun, jalan hidup saya; berjumpa dengan laki-laki yang menjadi suami saya dan rencana bersama menuntut ilmu di Jerman, membawa saya pada pilihan ini. Alhamdulillah, setelah saya pelajari dan telusuri lebih lanjut terkait kampus-kampus di Jerman dan perkembangan kajian Asianya, saya pun berangsur mulai ‘berdamai’ dengan diri sendiri dan perlahan-lahan menyukainya.

Proses dan perjalanan saya dalam berburu LoA (yang akhirnya berlabuh di Bonn International Graduate School – Oriental and Asian Studies BIGS – OAS, Bonn University) tidaklah mulus. Selama tujuh bulan, berbagai penolakan saya hadapi: 3 program doktoral di 3 universitas (Freie Univ, Humboldt Univ dan Hamburg Univ) dan 2 profesor (karena alasan birokrasi dan masa pensiun).

Tentu, berat rasanya untuk bangkit kembali setelah terpuruk dari penolakan. Tapi, di situlah pentingnya semangat pantang menyerah dan juga dukungan serta doa dari orang-orang terdekat kita. Juga, bagaimana kita BELAJAR mengambil HIKMAH dari proses dan penolakan ini.

Saya pun berdiskusi dengan suami, dan menganalisa kira-kira apa yang menjadi alasan penolakan tersebut (terutama dari structured doctoral program). Kemudian, saya pun mengatur ulang strategi aplikasi saya. Berikut ini beberapa catatan pembelajaran aplikasi saya yang (semoga) bisa menjadi gambaran bagi rekan-rekan sekalian:

  1. Buatlah Daftar Universitas dan Program Studi yang Sesuai dengan Minat Studi dan Bidang Riset

Idealnya, kita punya daftar lebih dari satu kampus dan prodi tujuan studi. Ini penting supaya kita selalu punya pilihan dan back-up plan jika terjadi penolakan. Salah satu cara mencari daftar kampus dan prodinya adalah dengan search engine yang disediakan oleh beberapa lembaga pendidikan Jerman:

 

  1. Buatlah Daftar Nama Professor yang Ahli di Bidang Riset Kita

Untuk daftar nama professor ini, diperlukan in case kalau prodi yang kita ingin apply, mewajibkan adanya approval dari professor terlebih dahulu. Untuk yang ini, saya coba googling dengan kata kunci yang sesuai dengan minat studi dan riset. Misalnya: List of Southeast Asian Studies Professor in Germany. Alhamdulillah, saya mendapat data yang diinginkan dari link ini; http://goo.gl/gjMWmm . Selain mendapat daftar nama professornya, saya juga bisa mengetahui kekhususan minat riset, asal universitas, fakultas dan bahkan link profil mereka di website.

  1. Buatlah Proposal Riset/ Disertasi dengan Realistis

Maksud perlu ‘realistis’ di sini adalah jangan terlalu idealis, namun tetap sesuai dengan minat kita. Proposal riset saya untuk 3 program sebelumnya, dirasa suami dan ayah saya kurang realistis karena terlalu jauh dari kepentingan dan fokus penelitian di program studi/ fakultas atau minat riset profesornya serta kepentingan Indonesia (*nasionalisme muncul).

Saya dinilai terlalu idealis, karena memaksakan apa yang saya mau teliti tanpa melihat ‘kenyataan’ tersebut. Setelah dijedotkan dengan penolakan sebanyak tiga kali, akhirnya saya ‘sadar’ dan merombak total proposal riset saya dan mencoba lebih realistis dengan lebih mempertimbangkan fokus penelitian di jurusan dan minat Profesor ^___^”

Maka, untuk memastikan proposal kita “realistis” atau tidak, mintalah pendapat dan masukan dari orang-orang dekat yang kamu akui kapasitas atau paham tentang risetmu.

  1. Cek Website, Baca dan Catat Hal-hal Detail di Web Program Studi dan atau Universitas

Kadangkala, saking semangatnya kita dalam apply kampus, kita terlupakan dengan hal-hal detail yang penting. Dari pengalaman saya, saya harus berkali-kali membaca SEMUA isi website program studi yang saya inginkan supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Sangat rugi jika kita tertolak karena simply urusan administratif.

  1. Siapkan Kelengkapan Aplikasi dan Proposal Riset Jauh-jauh Hari

Mungkin banyak dari kita yang memegang prinsip SKS (sistem kebut semalam) atau semakin mepet, semakin kreatif (*termasuk saya :p). Namun, dari pengalaman saya, prinsip mepet harus dibuang jauh-jauh, karena banyak printilan (hal-hal kecil) yang jika luput kita siapkan, itu berdampak pada timeline yang kita buat (terutama untuk hal-hal birokratis yang jika tahap 1 belum terselesaikan, maka tahap 2 tidak akan bisa dilakukan). Misalnya: rekomendasi dari dosen/ supervisor/ pembimbing kita.

Adapun untuk proposal riset, kumpulkan bahan materi dan bacaan yang relevan dengan minat studi dan risetmu sejak lama. Jangan hanya dikumpulkan, tapi harus dicicil untuk dibaca dan diolah menjadi sebuah proposal yang realistis.

  1. Jangan Pernah Patah Semangat oleh Penolakan

Untuk kita yang terbiasa ‘berhasil’ atau jarang menerima penolakan, maka berhati-hatilah ketika menghadapinya. Karena itu akan membuatmu semakin rentan patah semangat dan patah hati, bahkan nangis berhari-hari (*lebay). Bangkitkan dan tegakkan kembali semangat, luruskan niat, dan lihat kembali tujuan kita melanjutkan studi.

Selain motivasi internal (dari dalam diri), perlu juga motivasi external yang berasal dari orang-orang dekat yang kita percayai. Mereka akan sangat membantu kita untuk kembali ke jalan perjuangan, dan membantu dalam mengevaluasi kegagalan/ penolakan yang kita hadapi.

  1. Hindari Asumsi, Buktikan dengan Fakta

Seringkali dalam menjalani proses, otak kita dipenuhi dengan asumsi-asumsi. “Oh, mungkin gini, oh kayaknya gitu deh”, tapi tanpa bukti atau fakta yang jelas sumbernya dari mana. Maka dari itu, Jika ada hal yang masih tidak jelas/ asumsi, jangan ragu untuk mengontak CP dari program studi yang ingin kita daftar atau bertanya pada orang/ pihak yang tepat dalam memberikan jawaban yang jelas.

Dalam perjalanan, saya seringkali dihantui asumsi dan berprasangka buruk. Alhamdulillah, saya diingatkan oleh suami saya untuk membuktikan asumsi saya dengan bertanya. Misal: saya merasa tidak enak hati meminta rekomendasi dari Prof pembimbing saya saat kuliah S2. Saya berasumsi bahwa beliau sedang sibuk, dan sebal dengan saya yang sering merepotkan. Tapi, setelah saya berani bertanya, ternyata respon yang diberikan jauh dari asumsi saya. Prof. Pembimbing saya dengan sangat senang hati direpoti dan memberikan rekomendasinya.

Prinsipnya, malu bertanya, sesat di jalan! (*tapi jangan kebanyakan nanya-nanya juga kalau belum baca detail ^^”)

***

Sementara, itu dulu cerita dan pengalaman yang bisa saya bagi. Untuk tulisan lebih detail terkait proses teknis mendapatkan LoA dari program BIGS-OAS Bonn University, akan saya sampaikan kemudian. Selamat berjuang, wahai pencari ilmu J

——————–

Kontributor : Retno Widyastuti

Kandidat Mahasiswa Program Doktoral, Bonn University

Blog: http://chikupunya.wordpress.com