Universität Bremen berada di kota Bremen, Jerman. Universitas ini berdiri pada tahun 1971 sehingga usianya masih kurang dari 50 tahun. Namun, secara umum, dalam ranking QS Top 50 Under 50 2016-2017, Universität Bremen berada pada posisi 51-60 besar dunia. Diantara Universitas di Jerman, Universität Bremen berada pada posisi ke dua setelah University Ulm (http://www.topuniversities.com/university-rankings/top-50-under-50/2016). Secara usia boleh muda, namun secara prestasi harus terus bersaing dengan kampus-kampus yang lebih tua.
Secara akademis, kampus ini didukung oleh sekitar 1381 orang tenaga pengajar dengan 290 orang profesor. Tercatat pula sebanyak 180 orang tenaga pengajar merupakan merupakan tenaga pengajar internasional. Pada tahun 2016, tercatat lebih dari 19 ribu mahasiswa yang teregistrasi di universitas ini dalam berbagai bidang studi dan jenjang pendidikan.
Porsi jumlah undergraduate student memang paling tinggi, yakni mencapai 72% sedangkan sisanya merupakan postgraduate student. Menariknya, sekitar 10% dari populasi mahasiswa di kampus ini adalah mahasiswa internasional sebagai postgraduate studentyang mencapai 47%, sedangkan selebihnya adalah undergraduate student. Dalam hal ini, dapat pula dikatakan bahwa proses internasionalisasi kampus pun sedang terjadi di Universität Bremen.
Berbagai strategi internasionalisasi ini dicanangkan oleh pihak universitas, salahsatunya adalah dengan adanya departemen khusus untuk tiap fakultas untuk menyukseskan tujuan internasionalisasi kampus. Selain itu, fungsi International Office juga terlihat sangat membantu bagi mahasiswa asing pada saat memulai, sedang melaksanakan, hingga pada masa akhir pendidikan di universitas ini. Mulai dari penyambutan, bantuan pencarian akomodasi, bantuan advokasi, hingga membantu permasalahan alumni.
Sejak tahun 2012, the University of Bremen menyandang gelar ‘University of Excellence’, sebuah penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Jerman sebagai apresiasi atas pencapaian riset yang cukup baik. Hal tersebut merupakan pengakuan atas beberapa langkah atau strategi riset yang dijalankan oleh universitas selama beberapa tahun ke belakang.
Konsep riset multidisiplin, research-based learning dalam sebuah proyek, serta komitmen sosial, yang diterapkan ternyata mampu mendorong universitas ini menuju universitas modern.
Ada 6 konsentrasi riset dalam universitas ini, yang juga dikenal sebagai area riset yang menarik, diantaranya adalah Ocean and Climate Science, Material Science, Information-Cognition-Communication, Social Sciences, Health Sciences, dan Logistics. Fokus riset dan keunggulan tersebut terjabarkan dalam institut-institut, program studi, serta jenjang pendidikan yang ada di dalam universitas ini. Sudah menjadi lumrah bahwa seorang mahasiswa doktoral mendapatkan bimbingan dan melakukan riset di sebuah institut yang terafiliasi dengan universitas, demikian pula dengan program master pada sebuah program studi di universitas ini bisa melakukan riset untuk thesisnya diinstitut-institut tersebut.
Ada 12 fakultas pendukung di universitas ini, antara lain:
Physics / Electrical Engineering
Biologi/Chemistry
Mathematics/Computer Sciences
Production Engineering
Geosciences
Law
Business Studies
Social Sciences
Cultural Studies
Languange and Literaty study
Human and Health Sciences
Pedagogy and Educational Sciences
Masing-masing fakultas memiliki keunggulan masing-masing. Akan tetapi, dengan berbagai fasilitas pendukung riset yang baik, bidang natural science secara umum berhasil menempati ranking 292 dunia pada tahun 2015. Secara khusus, keunggulan yang cukup menonjol terlihat pada bidang Earth and Marine Science, hal ini ditujukan dengan peringkat 51 dunia terbaik di tahun 2016. Sedangkan untuk di Jerman sendiri, khusus untuk bidang ini berada pada posisi ke dua teratas mengungguli universitas lain seperti Christian-Albrechts-University zu Kiel, Universität Hamburg, hingga Universität Postdam (http://www.topuniversities.com/university-rankings/university-subject-rankings/2016/earth-marine-sciences).
Keunggulan terebut diindikasikan oleh jumlah dan kualitas publikasi serta reputasi akademik yang sangat baik pula. Tidak mengherankan memang, hal ini disebabkan oleh adanya infrastruktur dalam bidang Earth and Marine Science ini yang sangat baik.
Universitas Bremen merupakan satu dari 3 lokasi di dunia selain Jepang dan USA yang mempunyai tempat penyimpanan sedimen dasar laut yang cukup besar dan selalu dijadikan rujukan oleh para peneliti dunia untuk menyimpan dan menggunakan jasa penyimpanan sampel sediment tersebut. Selain itu, infrastruktur penunjang eksplorasi kelautan dan geologi di universitas ini merupakan yang terbaik di Jerman, sehingga sering melakukan kerjasama dengan universitas lain di Jerman dan dengan universitas dari negara lain.
Bagi mahasiswa tingkat doktoral di Universität Bremen bisa bergabung dengan institut-institut yang berafiliasi dengan universitas ini. Sedangkan untuk jenjang master, ada beberapa program studi internasional yang ada hampir di setiap fakultas (http://www.unibremen.de/international/internationaler-campus/internationale-studienangebote/international-programs.html), diantaranya adalah:
Biochemistry and Molecular Biology
Transnational Law
Communication and Information technology
Digital Media
Ecology
Environmental Physics
Information and Automation Engineering
International Relation: Global Governance and Social Theory
ISATEC, International Studies in Aquatic Tropical Ecology
Materials Chemistry and Mineralogy
Marine Biology
Erasmus Mundus in Marine Biodiversity and Conservation
Marine Geosciences
Neurosciences
Profil Universität Bremen di atas tentu saja memberikan sebuah keyakinan akan kemampuan kampus ini sebagai kampus yang ramah, akomodatif, serta berkualitas bagi mahasiswa internasional. Keberagaman bidang kajian serta kekuatan riset di universitas ini mampu memberikan sisi positif bagi mahasiswa international yang akan menuntut ilmu di sini.
Kontributor: oleh: M.Yusuf Awaluddin, S3, The University of Bremen
Pagi ini saya berjalan-jalan sepanjang sungai kecil di daerah Kreuzberg Berlin, tepatnya di daerah Paul Lincke Ufer, bersama dua orang teman saya yang lahir dan tumbuh besar di Berlin. Kami duduk di pinggiran sungai sambil melihat bebek-bebek berenang di sungai. Kemudian saya bertanya,
“Kok kalian senang sekali sih lihat bebek, padahal ini kalau di Indonesia udah digoreng, trus dimakan pakai sambel di pinggir jalan.”
Walaupun lima menit kemudian saya harus menjawab pertanyaan tentang apa itu sambel, kenapa harus digoreng dan apa itu lalapan, kami kemudian ngobrol tentang Indonesia.
“Di negara kamu, pasti banyak sungai ya, banyak bebek dan ayam juga?“
“Iya dong, Indonesia sungai nya banyak sekali trus lebar-lebar, yang kaya gini mah ngga ada apa-apanya, sungai kita besar-besar sampai kalau mau nyebrang harus pakai kapal atau ada jembatan semacam highway”. Lalu saya menunjukkan foto Sungai Musi.
Lalu saya impulsif menunjukkan banyak foto Indonesia lain, tentu saya menyembunyikan foto-foto yang otomatis muncul di google seperti foto demo, foto banjir dan macet.
“Saya tahun lalu ke Indonesia selama sebulan, jalan-jalan dari Jawa ke Bali, bagus banget, tapi waktu mau menyebrang ke Bali saya naik kapal. Saya lihat semua sampah kapal dari penumpang dibuang ke sungai oleh petugas kebersihan, padahal saya dan teman-teman dari Eropa lainnya sibuk memungut sampah berserakan di kapal”
…“Haha, yah gitu deh“ kata saya.
“Terus saya waktu ke Bali pergi ke private island, tidak ada orang sih tapi penuh dengan sampah plastic.“
… “Haha“
“Terus saya makan di pinggir jalan, penjual makanannya langsung buang sampah dan bekas cuci piring ke sungai! Di depan semua orang! Dan tidak ada yang menegur, malah setiap saya ngapain aja diteriakin mister-mister, teman saya yang perempuan juga diteriakin mister-mister“
“Hehe“
“Terus saya pergi ke Borneo untuk lihat hutan Indonesia, nggak tahu bagaimana harus diceritakan, sedih sekali melihat hutannya sudah hampir habis“
“haha“ itu haha saya yang terahir sebelum saya mempromosikan bagaimana Indonesia begitu cantik dan tentang budaya Indonesia dan berusaha (lagi) untuk menunjukkan bahwa Indonesia tidak seterbelakang itu dan kami, anak-anak muda, tidak se-ignorant itu untuk mampu acuh terhadap apa yang terjadi dengan negara kami.
“Suatu saat pasti kalian bisa menyelamatkan bebek-bebek di Indonesia biar tidak kalah dari sampah di sungai“
„…dan menyelamatkan hewan-hewan lain di hutan agar mereka tetap punya rumah“
Saya hanya bisa diam dan tersenyum.
“Well, long way to go but we definiitely will reach that point”, kata saya sambil mengajak mereka untuk beranjak dari pinggiran sungai, makan waffle ditengah angin winter yang membuat semakin rindu bebek goreng di pinggir jalan.
Setelah sebelumnya di Part 1saya berbagi pengalaman tentang proses perjalanan menuju studi di Jerman secara umum, di bagian ini saya akan membahas khusus bagaimana proses saya bisa mendapatkan LoA dari program The Bonn International Graduate School – Oriental and Asian Studies (BIGS-OAS).
Sesudah kesulitan, ada kemudahan. Alhamdulillah, saya merasakan betul makna dari perjuangan mendapatkan LoA di kampus Jerman (karena sudah ditolak berkali-kali). Setelah mendapat kepastian penolakan dari Hamburg University di bulan April, saya mulai merevisi proposal riset saya, sambil mendaftar ke program yang ada di Bonn University.
Kenapa Bonn University? Karena setelah meng-googling, saya menemukan kecocokan antara program yang ditawarkan, kesesuaian minat saya, serta deadline aplikasinya di bulan Juni (banyak kampus lain yang sudah terlewat pendaftarannya yang mostly akhir/ awal tahun). –> hikmah dari pengalaman saya, kalau bisa, saat mencari LoA sebaiknya langsung daftar ke beberapa program/ kampus sekaligus. Kalau saya, tipenya satu per satu apply-nya. Kalau gagal, baru lanjut ke pencarian berikutnya. Ini agak berbahaya kalau waktunya mepet ^^”.
Saat browsing di website Bonn University, saya temukan 2 program doktoral yang sesuai dengan minat riset saya terkait Asian Studies yaitu di Program ZEF dan BIGS – OAS. Mengingat batas waktu penyerahan LoA ke LPDP yang semakin mepet (6 months remaining), maka saya pun harus berkejaran dengan waktu. Terlebih, ada rezeki tak disangka-sangka di tengah perjuangan saya mencari LoA, yang menyebabkan saya harus menunda keberangkatan studi ke Jerman ke tahun 2017. Saya merasa rezeki yang saya (dan suami) dapatkan ini jauh lebih prioritas, daripada memaksakan berangkat studi ke Jerman dalam waktu dekat.
Maka, sembari mempersiapkan aplikasi ke Bonn University, saya pun mencoba menghubungi CS LPDP terkait kemungkinan defer (penundaan) studi karena alasan kehamilan dan melahirkan. Juga kemungkinan dari program doktoral yang hendak saya daftar untuk memberikan LoA lebih awal (mid 2016) walaupun saya baru bisa intake kuliah mid 2017.
Alhamdulillah, saya mendapat sinyal positif dari CS LPDP dengan syarat saya tetap harus menyerahkan LoA sebelum batas waktu berakhir (Desember 2016), serta adanya persetujuan dari kampus yang saya apply untuk penundaan studi ke intake 2017.
Dan kemudahan lainnya saya dapatkan pula dari BIGS-OAS dan ZEF. Setelah saya mengirim email tentang kondisi saya, ZEF merespon dengan positif. Mereka meminta saya untuk segera memasukkan aplikasi saya, walaupun kemungkinan proses seleksi sampai tahap pengumuman memakan waktu sampai 3 bulan (padahal belum tentu keterima juga XD). Hal ini terjadi karena mereka perlu waktu untuk menyeleksi berkas saya, serta mencari profesor yang bersedia dan available untuk menjadi supervisor saya di tahun 2017.
Adapun sinyal yang lebih positif saya dapatkan dari BIGS-OAS. Saya mendapat banyak bantuan dan kemudahan terkait kondisi saya di atas. Saya pun diminta untuk segera mengirimkan ringkasan proposal riset, dan kemudian menyusulkan aplikasi lengkapnya. Akhirnya, saya memilih untuk mendaftar ke BIGS-OAS dibandingkan ZEF karena pertimbangan waktu dan chance mendapatkan LoA (*pragmatis mode).
Oya, perlu menjadi catatan bahwa di program ZEF dan BIGS OAS, aplikan tidak perlu mengontak dan mendapatkan profesor terlebih dahulu. Justru dari program-lah yang akan mencarikan profesor yang sesuai dengan tema riset kita. Jadi, beda program studi, bisa beda case ya. Bisa jadi di program doktoral lainnya, mereka meminta dapat persetujuan profesor dulu baru kemudian berkas aplikasi lain menyusul.
==========================================
Berikut ini beberapa syarat dokumen yang harus saya lengkapi untuk aplikasi ke BIGS-OAS:
The application package must include the following documents:
a completed application form*
an outline of the proposed doctoral project
a curriculum vitae
two letters of recommendation
copies of all degrees received
a copy of the B.A. or M.A. thesis (or an equivalent final paper)
evidence of proficiency in the major source or field language relevant to source analysis or the dissertation project.
proof of proficiency in German or English (not applicable, if applicants are native speakers of German or/and English or if applicants have graduated from an German/English speaking university)
The application deadline is June 15 of any year. (Later applications may also be accepted.)
Please submit your application package as ONE PDF document via email.
Application requirements:
Applicants must hold a M.A. or equivalent with an above-average grade of „very good“ in a relevant doctoral studies discipline of BIGS-OAS from a German university or an equivalent degree from a foreign university (more information). The admission to the graduate program expects participants to have advanced German or English language proficiency (more information).
Proposed doctoral project:
Applicants are expected to conduct an outline of their proposed doctoral project on a maximum of six pages. Apart from a description of topics, the abstract should include the contribution to existing research, use of theoretical and methodological concepts, and also a preliminary working plan. Moreover, applicants must show evidence of proficiency in the major source or field language relevant to their dissertation project.
The outline proposed by the applicant will be considered as preliminary thoughts for possible doctoral projects. As a rule, participants do not join the program with a finished project plan, instead the first year of studies is designed for participants to formulate an adequate topic with researchers and/or scholars. Therefore the working title chosen at the beginning of the doctoral program can be changed after the first year.
Selection process:
The executive committee of BIGS-OAS selects the participants. Experts (a member of the subject or field from the university) can serve as a consultant during the selection process. An important decision criterion is the applicant’s academic qualification. Promising applicants will be contacted for a personal interview which takes place in August. These interviews can also be held in form of a telephone interview. All applicants will be notified by the end of August.
===========================
Setelah berjibaku merombak proposal (ini yang paling sulit) dan memenuhi semua persyaratan, saya pun kemudian mengirimkan aplikasi saya pada 1 Juli 2016. Beruntung, late application benar-benar masih bisa dipertimbangkan. Mungkin karena saya mendaftarnya untuk intake 2017 yaaa (?). hehehe…
Dan Alhamdulillah, setelah 20 hari aplikasi saya masuk, saya mendapatkan email pengumuman penerimaan di program BIGS – OAS, dan saya mendapatkan profesor, yang seorang etnolog dan ahli Indonesia. Beliau bersedia menjadi pembimbing saya di tahun 2017 nanti (*Alhamdulillah yaa Allah, sujud syukur TT___TT).
Dan sebulan kemudian (sekitar pertengahan Agustus 2016), saya pun resmi mendapat LoA pada program BIGS-OAS dan surat keterangan supervisi Profesor. Proses mendapatkan LoA ini pun setelah melalui serangkaian revisi agar sesuai dengan ketentuan dari LPDP dan aplikasi VISA Jerman (nanti) . *Alhamdulillah, terima kasih banyak untuk koordinator programnya yang sudah sabar dan berbaik hati membantu walaupun di Jerman lagi libur musim panas.
Setelah mendapatkan LoA ini, bukan berarti perjuangan sudah selesai. Masih banyak hal administratif dan birokrasi lainnya yang harus disiapkan. Jalan menuju Jerman masih panjang. Namun, semoga dimudahkan dan dilancarkan prosesnya hingga hari H keberangkatan dan mulai studi di Bonn nanti. aamiin….
PS: Intinya, saat proses mencari LoA teruslah berjuang dan rajin-rajin berkomunikasi dengan program koordinatornya. Sesudah kesulitan, selalu ada kemudahan. Selamat berjuang, para pencari ilmu :)!
“In life, many things don’t go according to plan. If you fall, get back up. If you stumble, regain your balance. Never give up!” – Unknown
Perkenalkan, saya Retno Widyastuti yang akrab disapa Chiku. Saya adalah alumni Ilmu Hubungan Internasional UGM, Kajian Wilayah Jepang UI dan Asia Pacific Studies NCCU Taiwan. Alhamdulillah, pada Desember 2015 saya dinyatakan lolos seleksi tahap akhir beasiswa Doktoral Luar Negeri LPDP Batch IV 2015. Saat ikut seleksi beasiswa LPDP, saya belum mendapat LoA sehingga saya perlu berkejaran dengan batas waktu 1 tahun untuk diterima tanpa syarat (unconditional acceptance) di salah satu Universitas di Jerman, yang menjadi negara tujuan saya.
Mengapa Jerman? Negara ini mungkin terlihat anti-mainstream untuk para mahasiswa Indonesia yang berlatarbelakangkan ilmu Sosial Politik, apalagi dengan fokus kajian Kawasan Asia seperti saya. Jujur, sebelumnya saya tidak terpikir untuk melanjutkan di negara ini. Namun, jalan hidup saya; berjumpa dengan laki-laki yang menjadi suami saya dan rencana bersama menuntut ilmu di Jerman, membawa saya pada pilihan ini. Alhamdulillah, setelah saya pelajari dan telusuri lebih lanjut terkait kampus-kampus di Jerman dan perkembangan kajian Asianya, saya pun berangsur mulai ‘berdamai’ dengan diri sendiri dan perlahan-lahan menyukainya.
Proses dan perjalanan saya dalam berburu LoA (yang akhirnya berlabuh di Bonn International Graduate School – Oriental and Asian Studies BIGS – OAS, Bonn University) tidaklah mulus. Selama tujuh bulan, berbagai penolakan saya hadapi: 3 program doktoral di 3 universitas (Freie Univ, Humboldt Univ dan Hamburg Univ) dan 2 profesor (karena alasan birokrasi dan masa pensiun).
Tentu, berat rasanya untuk bangkit kembali setelah terpuruk dari penolakan. Tapi, di situlah pentingnya semangat pantang menyerah dan juga dukungan serta doa dari orang-orang terdekat kita. Juga, bagaimana kita BELAJAR mengambil HIKMAH dari proses dan penolakan ini.
Saya pun berdiskusi dengan suami, dan menganalisa kira-kira apa yang menjadi alasan penolakan tersebut (terutama dari structured doctoral program). Kemudian, saya pun mengatur ulang strategi aplikasi saya. Berikut ini beberapa catatan pembelajaran aplikasi saya yang (semoga) bisa menjadi gambaran bagi rekan-rekan sekalian:
Buatlah Daftar Universitas dan Program Studi yang Sesuai dengan Minat Studi dan Bidang Riset
Idealnya, kita punya daftar lebih dari satu kampus dan prodi tujuan studi. Ini penting supaya kita selalu punya pilihan dan back-up plan jika terjadi penolakan. Salah satu cara mencari daftar kampus dan prodinya adalah dengan search engine yang disediakan oleh beberapa lembaga pendidikan Jerman:
Buatlah Daftar Nama Professor yang Ahli di Bidang Riset Kita
Untuk daftar nama professor ini, diperlukan in case kalau prodi yang kita ingin apply, mewajibkan adanya approval dari professor terlebih dahulu. Untuk yang ini, saya coba googling dengan kata kunci yang sesuai dengan minat studi dan riset. Misalnya: List of Southeast Asian Studies Professor in Germany. Alhamdulillah, saya mendapat data yang diinginkan dari link ini; http://goo.gl/gjMWmm . Selain mendapat daftar nama professornya, saya juga bisa mengetahui kekhususan minat riset, asal universitas, fakultas dan bahkan link profil mereka di website.
Buatlah Proposal Riset/ Disertasi dengan Realistis
Maksud perlu ‘realistis’ di sini adalah jangan terlalu idealis, namun tetap sesuai dengan minat kita. Proposal riset saya untuk 3 program sebelumnya, dirasa suami dan ayah saya kurang realistis karena terlalu jauh dari kepentingan dan fokus penelitian di program studi/ fakultas atau minat riset profesornya serta kepentingan Indonesia (*nasionalisme muncul).
Saya dinilai terlalu idealis, karena memaksakan apa yang saya mau teliti tanpa melihat ‘kenyataan’ tersebut. Setelah dijedotkan dengan penolakan sebanyak tiga kali, akhirnya saya ‘sadar’ dan merombak total proposal riset saya dan mencoba lebih realistis dengan lebih mempertimbangkan fokus penelitian di jurusan dan minat Profesor ^___^”
Maka, untuk memastikan proposal kita “realistis” atau tidak, mintalah pendapat dan masukan dari orang-orang dekat yang kamu akui kapasitas atau paham tentang risetmu.
Cek Website, Baca dan Catat Hal-hal Detail di Web Program Studi dan atau Universitas
Kadangkala, saking semangatnya kita dalam apply kampus, kita terlupakan dengan hal-hal detail yang penting. Dari pengalaman saya, saya harus berkali-kali membaca SEMUA isi website program studi yang saya inginkan supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Sangat rugi jika kita tertolak karena simply urusan administratif.
Siapkan Kelengkapan Aplikasi dan Proposal Riset Jauh-jauh Hari
Mungkin banyak dari kita yang memegang prinsip SKS (sistem kebut semalam) atau semakin mepet, semakin kreatif (*termasuk saya :p). Namun, dari pengalaman saya, prinsip mepet harus dibuang jauh-jauh, karena banyak printilan (hal-hal kecil) yang jika luput kita siapkan, itu berdampak pada timeline yang kita buat (terutama untuk hal-hal birokratis yang jika tahap 1 belum terselesaikan, maka tahap 2 tidak akan bisa dilakukan). Misalnya: rekomendasi dari dosen/ supervisor/ pembimbing kita.
Adapun untuk proposal riset, kumpulkan bahan materi dan bacaan yang relevan dengan minat studi dan risetmu sejak lama. Jangan hanya dikumpulkan, tapi harus dicicil untuk dibaca dan diolah menjadi sebuah proposal yang realistis.
Jangan Pernah Patah Semangat oleh Penolakan
Untuk kita yang terbiasa ‘berhasil’ atau jarang menerima penolakan, maka berhati-hatilah ketika menghadapinya. Karena itu akan membuatmu semakin rentan patah semangat dan patah hati, bahkan nangis berhari-hari (*lebay). Bangkitkan dan tegakkan kembali semangat, luruskan niat, dan lihat kembali tujuan kita melanjutkan studi.
Selain motivasi internal (dari dalam diri), perlu juga motivasi external yang berasal dari orang-orang dekat yang kita percayai. Mereka akan sangat membantu kita untuk kembali ke jalan perjuangan, dan membantu dalam mengevaluasi kegagalan/ penolakan yang kita hadapi.
Hindari Asumsi, Buktikan dengan Fakta
Seringkali dalam menjalani proses, otak kita dipenuhi dengan asumsi-asumsi. “Oh, mungkin gini, oh kayaknya gitu deh”, tapi tanpa bukti atau fakta yang jelas sumbernya dari mana. Maka dari itu, Jika ada hal yang masih tidak jelas/ asumsi, jangan ragu untuk mengontak CP dari program studi yang ingin kita daftar atau bertanya pada orang/ pihak yang tepat dalam memberikan jawaban yang jelas.
Dalam perjalanan, saya seringkali dihantui asumsi dan berprasangka buruk. Alhamdulillah, saya diingatkan oleh suami saya untuk membuktikan asumsi saya dengan bertanya. Misal: saya merasa tidak enak hati meminta rekomendasi dari Prof pembimbing saya saat kuliah S2. Saya berasumsi bahwa beliau sedang sibuk, dan sebal dengan saya yang sering merepotkan. Tapi, setelah saya berani bertanya, ternyata respon yang diberikan jauh dari asumsi saya. Prof. Pembimbing saya dengan sangat senang hati direpoti dan memberikan rekomendasinya.
Prinsipnya, malu bertanya, sesat di jalan! (*tapi jangan kebanyakan nanya-nanya juga kalau belum baca detail ^^”)
***
Sementara, itu dulu cerita dan pengalaman yang bisa saya bagi. Untuk tulisan lebih detail terkait proses teknis mendapatkan LoA dari program BIGS-OAS Bonn University, akan saya sampaikan kemudian. Selamat berjuang, wahai pencari ilmu J
——————–
Kontributor : Retno Widyastuti
Kandidat Mahasiswa Program Doktoral, Bonn University
TU Clausthal didirikan pada tahun 1673 sedangkan Institute of Petroleum Engineering didirikan pada tahun 1943 (website: https://www.ite.tu-clausthal.de/de/about-us/history/). Terdapat tiga program studi master yang ditawarkan dalam Bahasa Inggris atau program Internasional, yaitu Teknik Perminyakan (Petroleum Engineering dengan 2 pilihan spesialisasi: Reservoir Management dan Drilling/Production), Teknik Pertambangan (Mining Engineering), dan Teknik Panas Bumi (Geothermal Engineering). Sepanjang yang saya tahu, terdapat dua universitas di Jerman yang menawarkan program studi Petroleum Engineering, yaitu TU Clausthal dan TU Bergakademie Freiberg, namun hanya TU Clausthal yang menawarkan program S2 dalam Bahasa Inggris. Sedangkan TU Freiberg menawarkan program studi Petroleum Engineering dalam Bahasa Jerman dan dengan sistem gelar Dipl. Ing.
Untuk teman-teman yang ingin berkuliah di TU Clausthal Jerman, program studi master Petroleum Engineering, tidak diwajibkan dapat berbahasa Jerman (syarat dan ketentuan berlaku, mohon mengecek website: https://www.ite.tu-clausthal.de/en/studies/degree-programmes/master-of-science-petroleum-engineering/application-documents/), namun untuk syarat kelulusan program master, diwajibkan untuk lulus program belajar Bahasa Jerman dengan level A.1. Namun, sangat direkomendasikan agar teman-teman menguasai Bahasa Jerman, minimal tingkat dasar, karena di kota Clausthal, tidak banyak orang yang dapat berbicara dalam Bahasa Inggris.
Program master petroleum engineering di TU Clausthal ditempuh selama 4 semester atau 2 tahun. Secara umum, dalam program studi master Reservoir Management kita akan mempelajari: communication skills, advanced reservoir mechanics, advanced production and well planning, data acquisition and evaluation, reservoir modelling and simulation, enhanced hydrocarbon recovery, economics and law, seminar, project management, group project, dan master thesis. Sedangkan dalam program studi Drilling/Production kita akan mempelajari: communication skills, advanced reservoir mechanics, advanced production and well planning, advanced drilling and completion, directional drilling and well logging, production, management, economics and laws, seminar, dan master thesis. Untuk informasi yang lebih lengkap, teman-teman dapat mengakses websitehttps://www.ite.tu-clausthal.de/en/.
Secara umum, terdapat beberapa perbedaan mencolok antara perkuliahan di TU Clausthal (Jerman) dan di Indonesia. Berikut saya menyebutkan sebagian:
Suasana perkuliahan disini dapat dikatakan lebih bebas dibandingkan dengan di Indonesia. Disini, misalnya pada saat musim panas, banyak mahasiswa akan mengenakan pakaian casual celana pendek.
Selain itu, tidak terdapat presensi dalam setiap kuliah (kebanyakan). Setiap mahasiswa bebas untuk hadir atau tidak hadir dalam perkuliahan.
Tidak ada ujian tengah semester, yang ada hanyalah ujjian akhir semester. Ujian lisan adalah tipe ujian yang biasa dilakukan di universitas di Jerman selain ujian tertulis.
Di TU Clausthal, setiap mahasiswa diwajibkan untuk mendaftar ujian jika hendak mengikuti ujian mata kuliah tertentu. Dengan mendaftar mata kuliah tertentu, tidak berarti kita mendaftar ujian. Dengan kata lain, proses mendaftar ujian berbeda dengan mendaftar mata kuliah (misalnya jika dibandingkan sistem kartu rencana studi (KRS) di Indonesia).
Sistem nilai di Jerman menggunakan skala 1-5 dimana 1 adalah sangat baik dan 5 berarti gagal. Sepanjang yang saya tahu, belum ada acuan resmi sistem konversi nilai dari sistem Jerman ke sistem nilai di Indonesia. Teman-teman dapat menggunakan salah satu alternatif sistem konversi dalam website: http://www.foreigncredits.com/Resources/GPA-Calculator/, bila hendak mengkonversi nilai dari sistem nilai yang berlaku di Jerman ke sistem nilai yang berlaku di Indonesia.
Kita perlu berhati-hati bila gagal dalam satu ujian, karena setiap mahasiswa hanya diperkenankan untuk mengulang 3x untuk setiap ujian mata kuliah tertentu, bila tidak berhasil lulus dalam mata kuliah tertentu, maka mahasiswa tersebut akan dikeluarkan (Dropped Out). Sedangkan untuk masa studi, mahasiswa program S2 diberikan waktu maksimum 8 semester (4 tahun) dan mahasiswa program S1 diberikan waktu maksimum 12 semester (6 tahun), untuk menyelesaikan masing-masing program.
Biaya perkuliahan di Jerman tergolong sangat murah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Saya hanya dikenakan tuition fee sekitar 181-183 Euro per semester. Tuition fee ini biasanya ditujukan untuk Studentenwerk, student parlement (kegiatan mahasiswa), dan lain sebagianya.
Pada saat pertama kali sampai di Clausthal, calon mahasiswa baru diharuskan mendaftar (registrasi) di bagian tata usaha kampus untuk mendapatkan immatrikulationsbescheinigung (bukti registrasi). Data ini akan digunakan untuk mendaftar atau melaporkan diri di Rathaus. Bukti immatrikulationsbescheinigung dan surat pernyataan dari Rathaus akan digunakan untuk mendapatkan ijin tinggal (residence permit). Ijin tinggal ini diajukan pada saat mendekati masa 3 bulan ijin visa kita akan habis. Ijin tinggal tersebut dapat diurus di Goslar (untuk kota Clausthal-Zellerfeld, website: https://www.landkreis-goslar.de/).
Saya tinggal di asrama mahsiswa atau biasa disebut student wohnheim (dikelola oleh Studentenwerk). Kita dapat memesan kamar di asrama mahasiswa TU Clausthal sebelum kita berangkat ke Jerman atau bisa juga pada saat kita sampai di Clausthal. Saya sendiri memesan kamar asrama sebelum berangkat ke Jerman. Biasanya untuk memesan kamar, diberlakukan sistem tunggu (waiting list) karena banyak mahasiswa yang meminati kamar di asrama mahsiswa, sedangkan jumlah kamar tidak sebanyak jumlah mahasiswa. Teman-teman dapat mencari informasi lebih lengkap di website: http://www.stw-on.de/clausthal.
Sebagai mahasiswa Indonesia di TU Clausthal, saya bergabung dengan organisasi perhimpunan pelajar mahsiswa Indonesia (PPI) TU Clausthal. Setiap tahun, PPI TU Clausthal rutin menggelar acara malam budaya Indonesia di kota Clausthal dan berbagai kegiatan lainnya. Selain itu, organisasi PPI berperan sebagai wadah beraktivitas dan menunjang kekeluargaan sesama mahasiswa Indonesia di kota Clausthal. Selain PPI Clausthal, sebagai salah satu penerima beasiswa LPDP, saya terdaftar sebagai anggota Forum Komunikasi Awardee LPDP (Formal Jerman).
Selain PPI TU Clausthal dan Formal, saya juga bergabung dengan organisasi Society of Petroleum Engineers (SPE) student chapter TU Clausthal (website: http://spe.tu-clausthal.de/). Hampir setiap universitas di dunia yang menawarkan program studi teknik perminyakan, memiliki organisasi mahasiswa SPE student chapter. SPE adalah organisasi profesi ahli dan insinyur perminyakan internasional. Terdapat beragam aktivitas dari SPE student chapter Clausthal, mulai dari seminar (mengenai perminyakan dan hal yang berhubungan dengan perminyakan), konferensi, lomba karya ilmiah (student paper contest), dan lain sebagainya. Berikut saya melampirkan beberapa foto kegiatan SPE yang saya ikuti.
Jumlah penduduk di kota ini sekitar 15.000-16.000 (di kota ini terdapat banyak orang tua), sedangkan jumlah mahasiswa di TU Clausthal sekitar 5.000-6.000, jadi bisa dikatakan, sekitar sepertiga penduduk di kota Clausthal adalah mahasiswa. TU Clausthal juga dikenal sebagai salah satu universitas dengan jumlah mahasiswa asing terbanyak di jerman (kurang lebih 30% dari total mahasiswa adalah mahasiswa asing; sebagian besar mahasiswa asing tersebut berasal dari negara China). Kota ini terkenal sejak abad ke-16 karena aktivitas pertambangannya. Namun, pada tahun 1930an, aktivitas pertambangan dihentikan (http://www.clausthal-zellerfeld.de/) dan banyak daerah bekas pertambanganya direhabilitasi menjadi danau-danau dan hutan. Terdapat banyak danau di kota ini dan hutan taman nasional Harz yang cukup terkenal di Jerman. Pada musim dingin, banyak turis akan berkunjung ke kota ini untuk bermain ski dan olahraga musim dingin lainnya. Pada musim panas, banyak orang, termasuk penduduk dan mahasiswa di TU Clausthal, berolahraga di taman nasional Harz, mulai dari sepeda gunung (mountain biking), mendaki (hiking), lari lintas alam (trail running), dan lainnya. Saya sendiri termasuk orang yang menyenangi alam pegunungan. Menurut saya, Clausthal adalah salah satu kota dengan pemandangan alam yang indah di Jerman. Terlebih lagi, udara kota ini juga bersih sehingga nyaman untuk menjadi tempat tinggal.
Salah satu kegiatan yang cukup menarik minat banyak orang, termasuk penduduk Clausthal, adalah mengumpulkan stempel-stempel yang terdapat di pos-pos. Pos-pos tersebut tersebar di daerah Pegunungan Harz atau Taman Nasional Harz. Terdapat 222 stempel dan bila seseorang berhasil mengumpulkan keseluruhan stempel, namanya akan dicatat dalam buku yang berisi daftar nama orang-orang yang berhasil mengumpulkan stempel (bisa dikatakan buku rekor). Sementara itu, apabila seseorang berhasil mengumpulkan sejumlah stempel tertentu (missal 8, 16, 24, dst), akan mendapatkan pin (website: http://www.harzer-wandernadel.de/). Saya dan beberapa teman-teman mahasiswa Indonesia di Clausthal juga turut mengumpulkan stempel di sela-sela kegiatan perkuliahan. Jarak antara satu pos ke pos berikutnya biasanya 3km dan berjauhan satu dengan yang lainya. Biasanya untuk menuju setiap pos, jalan yang ditempuh adalah jalan berbatu/tanah, namun kondisinya sangat baik untuk dilalui sepeda ataupun bila kita ingin berlari/berjalan (hiking). Terdapat polisi hutan (ranger) yang menjaga taman nasional Harz dan sejauh pengalaman saya, tidak ada binatang buas. Saya beberapa kali berjalan/berlari/bersepeda sendirian di beberapa lokasi taman nasional Harz dan menurut saya, kondisinya aman dan lebih baik dari gunung-gunung di Indonesia. Misalnya saja, terdapat banyak petunjuk jalan, sehingga kecil kemungkinan seseorang akan tersesat. Di beberapa lokasi sepanjang jalan setapak, terdapat pos-pos dan juga tempat duduk untuk orang-orang beristirahat melepas lelah saat berjalan/berlari/bersepeda. Selain hutan pinus dan banyak pepohonan hijau, terdapat banyak danau dan pemandangan alam yang indah, termasuk udara yang dapat saya katakan sangat bersih (jumlah kendaraan bermotor yang lalu lalang di kota ini tergolong sedikit bila dibandingkan dengan kota-kota besar di Jerman).
Bagi teman-teman yang menyukai hiking, di kota Clausthal, teman-teman dapat mencoba untuk melakukan hiking ke Brocken, puncak tertinggi di pegunungan Harz. Berikut saya menunjukkan beberapa foto saat saya dan teman-teman PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Clausthal melakukan hiking ke Brocken pada 16 Mei 2016 yang lalu. Bila teman-teman tidak ingin mendaki, namun ingin pergi ke Brocken, dapat menggunakan kereta uap dari Stasiun Wernigerode menuju puncak Brocken.
Halo teman-teman, perkenalkan saya Samuel Zulkhifly Sinaga. Saya berasal dari kota Bandung, Jawa Barat Indonesia. Kali ini saya akan menceritakan sedikit mengenai Institut für Erdöl- und Erdgastechnik (ITE), Technische Universität (TU) Clausthal, atau dalam Bahasa Inggris, Institute of Petroleum Engineering, Clausthal University of Technology (website ITE TU Clausthal: https://www.ite.tu-clausthal.de/de/) dan kota Clausthal. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan master (S2) di bidang Teknk Perminyakan/Petroleum Engineering (spesialisasi Drilling and Production) di universitas ini.
TU Clausthal (website TU Clausthal: http://www.tu-clausthal.de/) terletak di kota Clausthal-Zellerferld, Lower Saxony (Niedersachsen), Jerman bagian utara. Kota ini cukup kecil bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Jerman, bahkan dapat dikatakan sangat kecil. Sebenarnya, ada 2 kota yang menyusun kota ini: Clausthal dan Zellerfeld bergabung pada 1924 untuk membentuk unit administratif, namun tetaplah kota terpisah (http://wikipedia.org). Kota ini sangat dikenal karena universitasnya, TU Clausthal. Banyak orang, terutama orang-orang Jerman sendiri, menyebut kota ini sebagai “Siberia-nya Jerman” (Siberia adalah salah satu daerah terdingin di Rusia). Mengapa begitu? Kota ini terletak di tengah-tengah Pegunungan Harz, daerah pegunungan di Jerman Utara dengan rata-rata ketinggian kurang dari 2.000m. Puncak tertinggi pegunungan ini adalah Brocken dengan ketinggian 1.142m.
Karena letak kota ini yang cukup tinggi dibandingkan daerah-daerah lain di Jerman, maka tidak heran kota ini akan terasa sangat dingin pada musim dingin disbanding kota-kota lain di Jerman (pernah mencapai -20oC pada salah satu musim dingin). Pada saat perkenalan mahasiswa baru diawal semester, seringkali Rektor atau Dosen-Dosen di TU Clausthal menyampaikan anekdot lucu: “Selamat datang di TU Clausthal, Clausthal-Zellerferld, satu-satunya universitas (kota) di Jerman yang memiliki 2 kali Winter Semester/Semester musim dingin)”. Bahkan, disaat warga di kota-kota lain di Jerman sudah merasakan musim semi (tidak ada salju), di Clausthal masih terdapat salju. Biasanya mahasiswa disini akan berceloteh: “…..begitulah kalau tinggal di Gunung!”.
Terdapat beberapa rute yang dapat ditempuh untuk menuju TU Clausthal; salah satu informasinya dapat dibaca di website berikut: https://www.ite.tu-clausthal.de/en/about-us/directions-and-maps/. Kota Goslar adalah kota yang akan dilewati bila kita akan pergi menuju ke Clausthal. Sedikit cerita mengenai kota Goslar, kota ini adalah salah satu kota yang dilindungi Unesco, sebuah kota tua di Jerman yang sudah berusia lebih dari 1.000 tahun. Kota ini adalah salah satu kota tujuan wisata di Jerman karena terdapat banyak objek wisata termasuk bangunan tua yang tetap terjaga keasliannya, bahkan tidak terkena dampak kehancuran perang dunia ke-2. Mungkin sudah menjadi kebiasaan warga Jerman untuk tetap menjaga kelestarian bangunan-bangunan tua sehingga kita dapat melihat banyak bangunan tua tersebut hampir di seluruh penjuru Jerman (http://www.kompasiana.com/lafontano/legenda-dari-pegunungan-harz_552fe38e6ea8340c5e8b45ad).
Dari terminal bis Goslar (Goslar ZOB, hanya beberapa meter dari stasiun kereta Goslar), kita menggunakan bis 830 dengan waktu tempuh sekitar 35-65 menit tergantung dari rute bis (jadwal bis setiap jam) menuju Clausthal (turun di halte bis terakhir Kronenplatz). Kota Clausthal tidak memiliki stasiun kereta; stasiun kereta terakhir terdapat di kota Goslar.
Terdapat banyak festival atau kegiatan terkenal di kota ini setiap tahunnya. Salah satunya adalah festival penyihir. Festival ini berkaitan dengan legenda para penyihir di pegunungan Harz. Konon, setiap tanggal 30 April (pergantian musim dingin ke musim semi) para penyihir akan berkumpul di beberapa tempat di pegunungan Harz. Oleh karena itu, pada tanggal ini setiap tahunnya, selalu diadakan festival penyihir dengan nama “Walpurgis Hexenzauber im Harz”.
Salah satu festival lainnya adalah pasar natal atau yang biasa disebut Weihnachtsmarkt. Setiap tahun, selama bulan November-Desember, selalu diadakan pasar natal selama kurang lebih 1 bulan dan berakhir pada tanggal 24 desember di setiap kota di Jerman (berbeda-beda di setiap kota di Jerman). Di pasar natal ini, kita dapat membeli berbagai macam barang kerajinan tangan dan makanan/minuman yang biasanya hanya ada pada pasar natal (jenis barang dan besarnya pasar natal pun berbeda-beda di setiap kota di Jerman).
Herman Hesse, seorang sastrawan Jerman pernah berujar, ”If I could choose my place of birth, I would consider Würzburg”. Sebuah ungkapan yang pasti akan dimaklumi siapapun yang pernah menjejakkan kakinya di kota kecil ini, termasuk kami yang mengujunginya beberapa waktu lalu.
Terletak di dekat Frankfurt Am Main dan Nürnberg, Würzburg menyuguhkan pemandangan perkebunan anggur sebagai latar belakang kota kecil di tepi aliran sungai Main tersebut. Sebagai bagian dari negara bagian Bavaria, kota seluas 87.6 km persegi ini, memiliki pesona sejarah yang terserak di setiap sisinya.
Tak berapa jauh dari Stasiun Utamanya, kita bisa menemui Würzburg Residence, istana yang dahulu diperuntukan sebagai guest house bagi tamu kerajaan lengkap dengan taman yang cantik dan apik. Bagi pecinta karya arsitektur bernuansa Baroque, tempat ini pasti akan memuaskan hati dan mata Anda. Sementara, Istana utama yang dikenal dengan nama Festung Marienberg terletak di atas bukit yang dikelilingi pohon-pohon anggur. Meski cukup jauh, namun Anda tidak perlu khawatir, karena pemerintah kota menyediakan bus yang akan menghantarkan para wisatawan hingga ke gerbang istana.
Jalur lain menuju Istana Marienberg yang juga sering ditemput peziarah kota yang menyukai tantangan adalah melewati jembatan tua. Di atas jembatan yang juga merupakan salah satu destinasi wisata Würzburg biasanya para wisatawan menikmati pesona kota, sungai Main sambil meneguk anggur putih yang memang menjadi komoditi unggulan kota ini.
Selain beragam bangunan tua khas Eropa yang sarat sejarah, Würzburg juga menjadi saksi penemuan penting dari ilmuwan ternama yang hingga kini masih digunakan khususnya dalam bidang kedokteran. Ya, hanya sekitar 100 meter dari Stasiun Utama kita akan menemukan laboratorium yang dahulu digunakan Wilhelm C. Rӧntgen untuk beragam eksperimen, termasuk Rontgen yang melegenda itu.
Demikian ulasan singkat saya tentang kota cantik ini. Banyak hal lain tentang Würzburg yang tidak mampu diwakili oleh tulisan singkat ini. Datangi, jelajahi dan bersiap jatuh hati dengan pesonanya!
Aachen merupakan kota kecil di negara bagian North Rhine Westphalia/Nordrhein-Westfälischen (NRW) yang terletak di bagian paling barat dari negara Jerman. Kota ini berbatasan langsung dengan Belanda dan Belgia. Dalam Bahasa Belanda Aachen dibaca Aken sedangkan orang Perancis menyebutnya Aix-la-Chapelle. Jangan heran ketika anda membaca peta ataupun petunjuk yang tertera di beberapa tempat di sini dengan tulisan Aken ataupun Aix-la-Chapelle, itu maknanya sama yaitu Aachen. Kata Aachen itu sendiri berasal dari kata „Aach“ berarti „sungai“ yang dalam bahasa latin yaitu Aquae, artinya sumber mata air.
Kota Aachen mulai familiar di Indonesia setelah hadirnya film Habibie dan Ainun di akhir tahun 2012 yang mengangkat kisah nyata dari Bapak Prof. B. J. Habibie dan almarhumah istrinya, Ibu Hasri Ainun Habibie. Yup, mantan presiden Republik Indonesia yang ketiga tersebut pernah menjalankan masa mudanya di Aachen dalam rangka menuntut ilmu di kampus RWTH-Aachen (Rheinisch-Westfaellische Technishce-Hoschschule). Selain itu, kota Aachen juga pernah menjadi tempat dilaksanakannya Muktamar dan Silaturrahim FORMAL-Jerman (Forum Mahasiswa LPDP-Jerman) pada tahun 2015 yang dihadiri oleh para penerima beasiswa LPDP se Jerman. Dan, jauh sebelum itu, kota Aachen sudah terkenal di mata dunia karena sosok Charlemagne (Charles I), yang lebih dikenal sebagai Charles the Great atau Karl der Große (748-814), kaisar bangsa Romawi yang berhasil menyatukan sebagian Eropa Barat. Beliau menjadikan Aachen sebagai pusat pemerintahannya. Beliau juga membangun istana dan katedral di Aachen selama menjabat sebagai Kaisar.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Aachen adalah kota kecil sehingga di sini tidak akan ditemui tram atau kereta listrik yang beroperasi di dalam kota. Kereta dari dan menuju kota lain seperti Cologne, Düsseldorf, dll hanya akan melewati beberapa tempat yaitu stasiun pusat (Hauptbahnhof), Westbahnhof, Aachen Schanz dan Rothe Erde. Sedangkan transportasi di dalam kota Aachen hanya ada bus yang biasanya beroperasi selama 24 jam. Tiket bus dapat dibeli di beberapa terminal bus atau bisa langsung dibeli kepada sopir bus tersebut. Untuk harga tiket bisa dicek di sini. Bagi yang melakukan one day trip, ada baiknya membeli tiket harian (Tages-ticket) karena lebih murah dan lebih praktis.
Napak Tilas Perjuangan Pak Habibie
Meskipun Aachen merupakan kota kecil, akan tetapi ada banyak hal yang dapat dinikmati di sini dan serasa ada suatu keharusan untuk dikunjungi terutama bagi warga Indonesia yang sedang berada di Eropa. Bagi mereka yang mengagumi semangat dan kegigihan pak Habibie dalam menuntut ilmu bisa menapak tilas jejak beliau dengan mengunjungi gedung-gedung kampus RWTH-Aachen. Sebagai informasi, Pak Habibie mendapatkan gelar Diplom-Ingeniur pada tahun 1960 dan langsung bekerja sebagai Research Assistant di Institut für Leichtbau (ILB). Melihat ke dalam gedung ILB yang lokasinya di Wüllnestrasse 7 sembari membayangkan adegan-adegan dalam film Habibie dan Ainun, mengingatkan kita pada perjuangan beliau dalam menyelesaikan pendidikannya. Pada tahun 1962, pak Habibie juga bekerja paruh waktu sebagai penasehat pada perusahaan Talbot yang sedang mengerjakan dua proyek dari Deutsche-Bundesbahn, perusahaan transportasi milik negara Jerman. Melihat kinerja Pak Habibie, Pimpinan Konstruksi Kereta perusahaan kereta api Makosh pernah menawarkan posisinya yang akan pensiun kepada pak Habibie akan tetapi pak Habibie menolak tawaran tersebut. Kemudian, Pak Habibie mendapatkan gelar Dr.-Ing (Doktor der Ingenieur) pada tahun 1965 dengan disertasi berjudul Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der ortophen Kriegscheibe. Dan, setelah meraih gelar doktor, pak Habibie juga ditawarkan untuk melanjutkan risetnya dan mengikuti Habilitation sebagai salah satu syarat menjadi profesor di RWTH-Aachen, tetapi beliau menolak tawaran tersebut. Satu lagi, Boeing dan Airbus sangat tertarik dengan disertasi pak Habibie yang pada saat itu dianggap sangat inovatif, menawarkan beliau untuk bekerja di perusahaan tersebut, dan pak Habibie juga menolak tawaran ini. Pada akhirnya beliau memilih tawaran pekerjaan dari perusahaan Messerschmitt-Bölkow-Blohm yang berlokasi di Hamburg. Di sinilah pak Habibie menghasilkan teori-teori tentang Termodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika (dikenal dengan Habibie-Faktor, Habibie-Theorem & Habibie-Methode).
Elisenbrunnen, Katedral dan Rathaus
Tiga landmark yang paling sering dikunjungi di Aachen adalah Elisenbrunnen, Katedral dan Rathaus (City Hall). Ketiganya berada di pusat kota dan letaknya sangat berdekatan sehingga bisa dijelajahi dengan berjalan Kaki.
Elisenbrunnen (The Elisa Fountain)
Lokasinya yang di pusat kota, tepat di pinggir jalan dan desain bangunan dengan struktur neoklasik yang unik menjadikan Elisenbrunnen sebagai salah satu objek wisata yang paling sering dikunjungi di Aachen. Elisenbrunnen dibangun pada tahun 1827 yang desainnya dibuat oleh arsitektur Cremer dan Schinkel. Pada bangunan ini terdapat salah satu air mancur yang menjadikan Aachen terkenal sebagai kota spa. Di belakang Elisenbrunnen terdapat taman yang sering dijadikan sebagai tempat berkumpulnya warga Aachen bersama keluarga menghabiskan sore, taman tersebut dikenal dengan nama Elisengarten. Berbagai acara kultur sering dilaksanakan di taman ini.
Katedral Aachen (Aachener Dom/Aachen Cathedral)
Gereja Katedral Aachen merupakan salah satu gereja tertua di Jerman yang mulai dibangun pada sekitar tahun 796 di masa kekaisaran Charlemagne. Katedral ini menyimpan banyak harta peninggalan diantaranya Tahta Charlemagne (tahun 800), Altarpiece emas (tahun 1000), Mimbar emas (tahun 1020), Kuil emas Charlemagne (tahun 1215), tempat suci Perawan Maria (tahun 1238), dan lainnya. Charlemagne atau dikenal juga sebagai Karl der Große dalam bahasa Jerman, adalah Kaisar suci pertama di Romawi. Beliau wafat dan dikuburkan di Katedral tersebut.
Kapel Palatine merupakan bagian dari Katedral digambarkan sebagai karya Arsitektur Carolingian. Kapel ini dijadikan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1978. Kapel Palatine terinspirasi dari gereja Bizantium San Vitale di Ravenna, Italia. Charlemagne meninggalkan berbagai peninggalan selama hidupnya dan menyimpannya di Gereja Katedral Aachen. Selama ratusan tahun Katedral Aachen menjadi tempat penobatan 30 raja dan 12 ratu Jerman.
Balai Kota Aachen (Rathaus Aachen/City Hall Aachen)
Balai kota Aachen mulai dibangun pada tahun 1330 terletak di samping Katedral, tepatnya di antara Marktplatz (lapangan pasar) dan Katschof. Rathaus Aachen merupakan tempat penjamuan pada kegiatan pengangkatan raja dan ratu. Balai penobatan mahkota tersebut berada di lantai pertama balai kota. Di dalamnya terdapat lima lukisan dinding karya Alfred Rethel yang memperlihatkan adegan-adegan tentang kehidupan Charlemagne (Karl der Große) beserta tanda tangan Kaisar. Di dalam gedung ini juga terdapat replika dari Imperial Regalia.
Air Mancur
Ada banyak air mancur di kota Aachen, diantaranya adalah air mancur Karlsbrunnen (Karl der Große), Puppenbrunnen (air mancur boneka perunggu), dan Kreislauf des Geldes (Air mancur “Circulation of Money”). Ketiga air mancur tersebut berada dekat dengan kawasan landmark Elisenbrunnen, Rathaus dan Katedral.
Karlsbrunnen. Air mancur ini berada di tengah Marktplatz, tepatnya di depan Rathaus (City Hall) Aachen. Di atas air mancur ini terdapat replika dari patung Karl lengkap dengan mahkota, tongkat, dan baju besinya.
Puppenbrunnen. Air mancur dengan beberapa boneka yang terbuat dari perunggu ini terletak di sebelah kanan dari Katedral. Boneka-boneka ini memiliki arti tertentu seperti boneka kuda dan penunggangnya melambangkan Aachen terkenal dengan “tradisi” Festival berkuda yang diselenggarakan setiap tahunnya, boneka “market woman” sebagai simbol Aachen sebagai kota dagang, dll. Puppenbrunnen terasa lebih menarik karena beberapa bagian tubuh dari boneka perunggu ini bisa digerakkan.
Kreislauf des Geldes (Air mancur “Circulation of Money”) atau Geldbrunnen terletak di belakang elisengarten (taman Elisen) dan di samping kiri Katedral. Air mancur ini bercerita tentang peredaran uang. Di pinggir kolam terdapat beberapa boneka perunggu melambangkan sesuatu hal yang berhubungan dengan uang yaitu kemiskinan, kekikiran dan keserakahan. Di sudut yang lain terdapat dua boneka perunggu yang menggambarkan seorang ayah mengajarkan anak perempuannya tentang bagaimana menggunakan dan mengelola uang. Banyak pengunjung melemparkan uang koin ke dalam kolam tersebut.
Masjid Bilal dan Masjid Imam Malik di Aachen
Setelah puas berkeliling menjelajahi elisenbrunnen dan sekitarnya, bagi yang muslim dan ingin melaksanakan sholat bisa dilakukan di beberapa masjid di kota Aachen. Yang pertama dan paling besar adalah masjid Bilal (Bilal Moschee) yang berada di sekitar area Westbahnhof. Dari pemberhentian bus Elisenbrunnen (berada di seberang elisenbrunnen) naik bus no. 24 atau 33 dan turun di westbahnhof. Bangunan masjid ini letaknya di dataran tinggi sehingga beberapa bagian bangunannya dapat dilihat dari jalan. Atau bisa juga ditempuh dengan berjalan setelah mengelilingi Elisenbrunnen dan Rathaus. Dari sini butuh waktu sekitar 20 sampai 30 menit sampai ke masjid Bilal. Adapun rutenya bisa melalui jalan yang dilewati bus ke westbahnhof, bisa juga melalui jalan lain melewati beberapa kampus RWTH-Aachen seperti gedung Audimax dan Gedung Prof. Pirlet strasse (PPS). Masjid Bilal berada di belakang gedung PPS tersebut dan juga bersebelahan dengan lapangan tenis RWTH-Aachen.
Selain masjid Bilal, di Aachen juga ada masjid Imam Malik (Al-Imam Malik Moschee). Berbeda dengan masjid Bilal yang memiliki bangunan tersendiri, bangunan masjid Imam Malik terletak di antara gedung (toko), tepat di sebelah toko „Multimedia Aachen“. Lokasi tepatnya adalah di Ottostrasse 87 sekitar 10 atau 15 menit jalan kaki dari Elisenbrunnen menuju Kaisarplatz dan menyeberang jalan besar Adalbersteinweg. Jalan Otto (Ottostrasse) berada di sisi kiri dari jalan besar Adalbersteinweg tersebut. Banyak bus yang melewati jalan ke masjid Imam Malik di antaranya no. 2, 12, 22, 73, 25, 35, 45, dll turun di halte Scheibenstrasse, menyeberang jalan Adalbersteinweg dan berjalan ke arah kiri sekitar 5 menit dari halte tersebut.
Tanah Perbatasan Tiga Negara (Dreiländereck bei Aachen/Three Countries Border)
Satu lagi lokasi yang menjadi daya tarik kota Aachen adalah Dreiländereck di mana tempat ini merupakan titik pertemuan tiga negara yaitu Jerman, Belanda dan Belgia. Berbagai kegiatan outdoor bisa dilakukan di sini seperti bersepeda gunung (ada banyak rute untuk mereka yang hobi bersepeda dengan tingkat adrenalin yang tinggi), ataupun hanya sekedar hiking. Di sini juga terdapat beberapa menara yang digunakan untuk melihat keindahan panorama ketiga negara tersebut. Dan ada juga permainan labyrin dengan disain kupu-kupu raksasa. Bus menuju area lokasi adalah bus no. 25, 35 dan 45 dari Elisenbrunnen dan turun di halte Westfriedhof, dan dari sini jalan kaki sekitar 30 menit. Atau bisa juga dengan bus no. 33 menuju Vaals busstation dan turun di halte Vaalserquartier Schmiedgasse. Dari sini hanya butuh waktu 15 sampai 20 menit ke lokasi.
Nobis Printen, Chickenpont, Aquis Plaza, Pabrik coklat Lindt
Ada hal unik lainnya dari Aachen, yaitu kue semacam biskuit yang disebut Printen. Printen ini terbuat dari coklat, madu dan rempah-rempah. Nobis Printen merupakan salah satu pabrik terbesar penghasil printen. Toko Nobis ini tersebar di hampir seluruh sudut kota Aachen. Selain printen, juga ada kue lain seperti Berliner, Croissant dll.
Tempat makan yang menjadi lokasi favorit bagi warga Aachen (khususnya mahasiswa) adalah Pontstrasse karena lokasinya yang dekat dengan kampus RWTH-Aachen dan di sepanjang jalan setapak ini juga terdapat gerai yang menjual berbagai masakan khas beberapa daerah seperti masakan China, Jepang, Thailand, Arab dan Turki dll. Ada juga gerai es krim di sini. Dari semua gerai tersebut yang paling disukai penulis dkk adalah CHICKENPONT dengan menu halbhänchen mit Pommes und salat. Selain rasa yang sesuai dengan selera, harga yang sesuai dengan beasiswa menjadi pertimbangan dalam menetapkan chickenpont sebagai gerai favorit. Ada ungkapan bahwa anda dikatakan belum mengunjungi kota Aachen jika belum merasakan halbhänchen-nya chickenpont (ini ungkapan versi penulis ya).
Bagi yang ingin merasakan suasana perkotaan, bisa mengunjungi mall/plaza di pusat kota Aachen yaitu Aquis Plaza. Plaza ini merupakan satu-satunya plaza/mall yang ada di Aachen dan baru diresmikan akhir tahun 2015. Ada banyak gerai di dalamnya termasuk Rewe, Saturn, dll. Dari Elisenbrunnen jalan kaki menuju Adalbertstrasse. Di kiri kanan jalan Adalbert ini juga terdapat Galeria dan berbagai toko baju murah meriah seperti H&M dan New Yorker.
Untuk oleh-oleh, bisa mengunjungi pabrik coklat Lindt yang berada di Süsterfeldstrasse 130. Berbagai macam jenis dan rasa coklat bisa didapatkan di sini dengan harga yang lebih murah dibandingkan coklat Lindt yang dijual di tempat lain.
Sebenarnya masih banyak tempat ataupun lokasi yang dapat dijelajahi di kota Aachen. Mungkin suatu saat akan ditambahkan oleh penulis ataupun rekan-rekan yang sedang kuliah di sini. Dan, selamat menikmati kota kecil Aachen, yang meskipun kotanya kecil tapi banyak orang-orang besar yang pernah tinggal dan membuat sejarah mereka di kota ini.
Kontributor: Dedi Rosa Putra Cupu, Institute Machine Elements and Machine Design, RWTH Aachen.
Jerman adalah salah satu Negara yang memberikan banyak kenyamanan dan kesempatan tidak hanya untuk warga Jerman itu sendiri, melainkan juga untuk mahasiswa asing. Selain biaya hidup dan biaya pendidikan yang cenderung lebih terjangkau dibanding dengan Negara Eropa lainnya, pemegang student visa juga diperbolehkan untuk bekerja dengan ketentuan yang berlaku. Jenis pekerjaan yang bisa kita lakukan di Jerman sangat variatif; dari mulai penjaga stand pameran hingga menjadi pemeran figuran senetron (apabila berbakat, ya!). Kita tinggal memilih pekerjaan mana yang paling cocok dan sanggup kita lakukan tanpa harus mengorbankan niat utama kita, yaitu untuk belajar. Ada gak sih pekerjaan yang bisa menunjang proses belajar kita sekaligus juga dibayar oke? Jawabannya: ada banget!
Menjadi seorang research assistant, atau dalam istilah bahasa Jerman biasa disebut dengan HiWi (Hilfswissenschaftler) di perguruan tinggi tempat kita belajar adalah salah satu pekerjaan yang bisa kita lakukan tanpa harus mengganggu tugas utama kita untuk belajar, bahkan, pekerjaan ini bisa membantu kelancaran kuliah kita juga lho! Apabila kita bekerja sebagai research atau teaching assistant, terutama di departemen/fakultas yang sama dengan yang kita ambil, maka secara tidak langsung kita akan belajar hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu kita. Menarik kan? Ilmu kita makin banyak dan bonusnya kita mendapatkan bayaran 🙂
How to be a research assistant?
Biasanya ada dua cara yang dilakukan oleh pihak universitas dalam melakukan rekrutmen HiWi; publikasi di kampus atau dosen itu sendiri yang memilih research assistant yang mereka inginkan. Apabila informasi itu dipublikasikan di kampus, maka proses yang berlaku sama dengan proses rekruitmen pekerjaan pada umumnya: mengirim surat lamaran dan curriculum vitae, seleksi, interview, dan terakhir tanda tangan kontrak apabila diterima. Biasanya, proses rekruitmen ini akan banyak bermunculan di setiap akhir summer semester karena banyak research assistant yang sudah lulus kuliah.
Cara kedua adalah secara langsung ditawarkan dan dipilih oleh professor yang bersangkutan. Nah, untuk yang satu ini kita harus cerdas dalam melakukan “tebar pesona”. Hampir semua professor merekrut research assistant dari mahasiswa yang dia ajar atau direkomendasikan oleh kolega sesama professor. Prosesnya lebih singkat dan sederhana dibandingkan dengan cara pertama tadi. Karena mereka sudah tahu profile kita (dari CV yang kita kirim untuk daftar kuliah dan keseharian kita di kelas), maka kita hanya perlu datang untuk mendapatkan penjelasan tentang tugas kita dan melakukan tanda tangan kontrak di kantor kepegawaian. Harus pintar dan dapet IPK 1.0 dong? Oh tidak perlu! Biasanya professor akan mencari mahasiswa yang specialist, bukan generalist. Satu professor bisa memiliki satu hingga empat orang research assistants, dan setiap research assistant memiliki keahlian masing-masing. Jadi, kita tidak perlu pintar dalam segala bidang, cukup beberapa saja yang menjadi keahlian kita.
Apa saja tugas researchassistant?
Tugas utama seorang research assistant adalah membantu dalam segala hal yang berhubungan dengan penelitian yang akan atau sedang dilaksanakan oleh professor tersebut seperti melakukan literature review, mengumpulkan dan menganalisa data, menyiapkan proposal dan materi untuk komite dan calon donator, membuat presentasi untuk seminar atau conference, melakukan korespondensi, menghadiri project meetings, dan menulis laporan research progress. Selain tugas utama yang disebutkan tadi, seorang research assistant juga bertugas untuk me-maintain perkembangan studi mahasiswa (baik itu mahasiswa S1 ataupun mahasiswa S2 dengan “kebutuhan khusus”) seperti mengirim tugas, memonitor paper assignment deadline, dan melakukan coaching atau konsultasi untuk mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah tertentu (lumayan kan bisa dikenal sama junior atau senior?).
Berapa working hours yang diperbolehkan?
Jumlah jam bekerja yang diperbolehkan oleh regulasi pemerintah Jerman untuk mahasiswa asing berbeda-beda, tergantung dari mana kita berasal. Untuk mahasiswa yang berasal dari Austria, Belgium, Bulgaria, Cyprus, Czech Republic, Denmark, Estonia, Finland, France, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Sweden, Switzerland, Slovakia, Slovenia, Spain dan the United Kingdom, diperbolehkan bekerja sebanyak mungkin. Namun, seperti yang juga berlaku untuk mahasiswa Jerman, apabila bekerja lebih dari 20 jam dalam seminggu, maka diwajibkan untuk membayar sejumlah pajak kepada German social security system.
Untuk mahasiswa yang berasal dari selain Negara tersebut diatas, termasuk dari Indonesia, maka kita diperbolehkan untuk bekerja selama maksimal 120 hari (full-day works) atau 240 hari (half-day works), atau rata-rata 80 jam per-bulan. Apabila kita bekerja sebagai research assistant, maka kita diperbolehkan untuk bekerja lebih dari 120 jam dalam setahun asalkan kita melapor kepada Alien Registration Office (sumber: Study in Germany). Ingat ya! Harus lapor kepada Alien Registration Office, karena apabila kita tidak melapor akan dianggap sebagai bentuk pelanggaran dan kita bisa dipulangkan ke Negara kita karena telah menyalahgunakan hak kita sebagai pemegang student visa.
How much do we earn?
Berapa jumlah bayaran yang kita peroleh akan sangat bergantung pada jenis pekerjaan kita, prior knowledge and experience, lokasi/kota tempat kita bekerja, dan faktor lainnya. Untuk pekerjaan sebagai research assistant, biasanya kita akan dibayar EUR 10 hingga EUR 14 per-jam. Pembayaran akan dilakukan disetiap akhir bulan yang langsung ditransfer oleh pihak universitas ke rekening kita. Jadi dengan bekerja selama 10 jam saja per-minggu, kita sudah bisa mendapatkan uang tambahan (selain dari beasiswa atau dari orang tua) sebanyak EUR 400 – EUR 560 dalam sebulan. Saya yakin, bekerja 10 jam seminggu tidak akan mengganggu kuliah kita ko! Anggap saja itu alokasi nongkrong sambil haha hihi di warung kopi. Selain itu, waktu kerja yang fleksibel menjadi kelebihan tersendiri, kita bisa bekerja kapanpun kita mau selama tidak ada janjian meeting dan pekerjaan kita selesai tepat waktu.
Apakah kita wajib membayar pajak?
Berbicara soal pajak dan dana pensiun yang diambil dari gaji setiap orang yang bekerja di Jerman memang akan sangat panjang. Persentase pajak yang diambil akan sangat tergantung kepada jumlah penghasilan, marital status (jomblo pajaknya lebih besar lho!), dan aspek lainnya. Nah, untuk mini-job dengan penghasilan perbulan dibawah EUR 450, kita tidak diwajibkan pajak dan bisa memilih untuk tidak ikut dana pensiun. Apabila mahasiswa berpenghasilan lebih dari EUR 450 per-bulan, maka akan dikenakan pajak. Namun, pajak yang kita bayarkan bisa kita ambil kembali, atau dikenal dengan istilah incometax return, yang bisa kita ambil di setiap akhir tahun atau pada saat kita akan kembali ke Negara masing-masing dan tidak bekerja lagi di Jerman. Dalam beberapa kasus, penghasilan dibawah EUR 450 juga akan dikenakan income tax, namun tetap nantinya akan dikembalikan juga. Jadi, itung-itung nabung saja!
Bagaimana dengan potongan uang pensiun? Hanya mahasiswa berpenghasilan lebih dari EUR 850 akan dikenakan iuran pensiun penuh sebanyak 9.45%. Apabila mahasiswa bekerja lebih dari 80 jam per-bulan (Ingat ya harus lapor Alien Registration Office), maka selain dikenakan pension insurance, akan dikenakan juga health and unemployment insurance. (sumber: Deutsches Studentenwerk).
Bagi sebagian orang, bekerja sambil kuliah di Jerman merupakan suatu tuntutan. Namun, selain tentunya mendapatkan financial benefit, ada hal lain yang lebih penting dari sekedar mendapat penghasilan yang dengan bekerja di Indonesia pun sebenarnya bisa kita peroleh. Belajar dan mengenal secara langsung bagaimana bekerja bersama orang-orang Jerman (dan warga negara lainnya), di institusi Jerman, dan langsung di Negara Jerman tentunya lebih berharga dibandingkan sejumlah Euro yang kita dapatkan. Selain itu, network yang kita bangun selama bekerja disini, suatu saat akan kita butuhkan kembali. So, masih tertarik untuk menjadi HiWi?
Penulis:
Abdul Mu’ti Sazali – Mahasiswa program MBA Aviation Management di Frankfurt University of Applied Sciences (FRA-UAS) / Research Assistant for Aviation and Logistics at FRA-UAS.