Gänseliesel: Simbol keinginan belajar yang tangguh

By Argianto Rahartomo 27.06.2016

1

Figure 1. Gaenseliesel

 

Halo teman-teman semua 😀

Saya ingin berbagi sedikit kisah yang sangat menginspirasi mengenai seseorang yang begitu inginnya belajar selalu walaupun dikekang oleh kondisi.

Gänseliesel atau nama lainnya Goose Girl, merupakan salah satu simbol dari kota pelajar Göttingen. Menariknya patung tersebut mendapat julukan “the most kissed girl in the world”, julukan tersebut bukan tanpa alasan dikarenakan adanya semacam “ritual” akademis di kota ini. Bukan sulap bukan sihir, semua mahasiswa PhD (tanpa terkecuali) yang berhasil menyelesaikan disputasinya dan dinyatakan lulus akan diarak menggunakan gerobak yang dihias balon dan pernak-pernik pesta serta mahasiswa/i tersebut diperkenankan menggunakan topi khusus dapat dilihat di figure 2. Mahasiswa/i tersebut akan diarak dari tempat disputasi hingga Gänseliesel yang terletak di tengah Zentrum atau City Center kota Göttingen. Setelah itu, mereka harus memanjat dari kolam hingga mencium patung tersebut. Romantis bukan? 😀

 

2

Figure 2. Topi dan gerobak ritual

 

Ada sedikit cerita menarik mengapa patung tersebut dijadikan bagian dari ritual tersebut. Mungkin akan ada beberapa versi mengenai asal-usul kegiatan tersebut, namun yang menurut saya paling menarik adalah cerita berikut:

Gadis tanpa nama tersebut merupakan seorang penggembala dan setiap hari dia bekerja membantu orang tuanya. Namun disisi lain dia sangat ingin bisa bersekolah dan mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Dikarenakan keadaan yang mengharuskannya membantu orang tua, anak tersebut mengurungkan niatnya untuk bersekolah dan tetap berharap akan ada seseorang cendekiawan yang berbaik hati datang dan mengajarinya berbagai ilmu. Angsa tersebut melambangkan kebaikan hati dari gadis tersebut, sebab dalam kisahnya gadis tersebut merupakan gadis yang sangat baik hati. Cendekiawan yang dimaksud disini adalah PhD yang berhasil menyelesaikan studinya. Simbol mencium Gänseliesel merupakan bentuk iba serta doa dan “transfer” ilmu dari PhD kepada gadis tersebut.

Apakah Master Student ataupun Bachelor diperbolehkan mencium juga? Jawabannya adalah tidak. Sebab menurut penuturan beberapa warga Göttingen, akan membawa unglucklich” atau malapetaka bagi yang melakukannya. Mungkin saja dapat berupa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan studi dan tentunya kita tidak ingin hal tersebut terjadi bukan? 😀

Oleh karenanya, pelajaran yang dapat dipetik adalah sebagai mahasiswa Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri, apalagi di negara se-prestigious Jerman kita perlu merasa bersyukur. Hal tersebut dilakukan karena masih banyak teman-teman, adik-adik kita yang bahkan menyelesaikan sekolah hingga SD/SMP saja tidak mampu. Tugas kitalah yang men-transfer ilmu yang kita miliki baik dalam bentuk mengajar, pelatihan, dan bahkan cerita kepada teman-teman kita yang lainnya. Nasehat yang selalu saya pegang: Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain secara tidak langsung bersinergi dengan cerita diatas. Semoga cerita tersebut menginspirasi teman-teman semua baik yang sedang ataupun telah selesai menyelesaikan studinya masing-masing.

Salam sahabat dari Stadt die wissen schafft, Göttingen

 

Figure 1 dicrop dari http://www.blog-ein.de/img/Goettingen-Gaenseliesel3.jpg

Figure 2 diambil dari

https://www.uni-goettingen.de/admin/bilder/pictures/9bd7de3d6ffd77d96212d8e6ce8f422a.jpg

Kehidupan Kampus di TU Dresden

 

Hallo kawan-kawan dimanapun kalian berada, salam kenal ya. Saya Aji Pratama Rendragraha, asalnya dari Kota Bandung dan puji Tuhan setelah menjadi awardee LPDP  dari PK-39 kini saya sedang menempuh pendidikan S2 jurusan komputasi lanjut di bidang teknik sipil di TU Dresden, Jerman. Melalui tulisan singkat ini saya mencoba berbagi terkait kehidupan mahasiswa di kampus dimana saya sedang menuntut ilmu saat ini. Kisah kehidupan mahasiswa yang akan saya ceritakan ini tidak lain tidak bukan yakni tentang saya sendiri :). Baiklah kita mulai saja kisahnya.

Setelah lima tahun lamanya merasakan hidup sebagai mahasiswa di kota Bandung lalu hidup sebagai pegawai selama satu tahun, akhirnya sekarang kembali lagi hidup sebagai mahasiswa. Kehidupan saya sebagai mahasiswa di TUD ini belumlah lama, masih seumur singkong (sekali-kali ganti bukan jagung hahahaha) yakni kurang lebih baru delapan bulan saja. Buat saya ini pertama kalinya saya hidup ngekos seorang diri jauh dari orang tua, jadi cukup deg-degan. Tapi hal itu bukanlah masalah besar karena dengan kemajuan teknologi. Saat ini, sejauh apapun kita terpisah di belahan bumi lain selama ada internet (apalagi kenceng-kenceng internetnya di sini hahahah) komunikasi dengan keluarga bisa tetap terjalin.

 

Saya tiba di Jerman pada tanggal 29 September 2015 dan hari pertama kuliah jatuh pada 12 Oktober 2015. Selama jeda waktu tersebut, selain bisa digunakan untuk mengenal daerah sekitar, tak kalah penting adalah mengurus registrasi kedatangan, dan registrasi ini ada beberapa jenis sebagai  berikut:

  • Registrasi asrama / tempat tinggal

Di Indonesia, asrama mahasiswa bukanlah sesuatu yang asing sebab beberapa universitas / perguruan tinggi pun mempunyai asrama-asrama mahasiswa. Mendapatkan tempat tinggal sebelum sampai di kota /  negara tujuan adalah sesuatu hal penting yang harus bisa terpenuhi karena kalau tidak, urusannya repot. Alamat ini nantinya harus kita bawa ke imigirasi untuk daftar diri dan juga universitas. Kebanyakan mahasiswa akan berusaha mendapatkan tempat tinggal asrama kampus. Mengapa? Sebab banyak sekali keuntungannya mulai dari biaya yang murah dan sudah mencakup hampir semua biaya sewa yang ada (air, listrik, dan internet). Asrama ini pun beragam harganya, ada yang mahal dan murah tergantung tipenya apakah Einzelapartment / WG (tinggal dengan beberapa orang dalam satu flat). Kebetulan saya saat ini tinggal di tipe WG. Nah, tipe ini pun ada enak dan tidaknya. Enaknya kalau tetangga kita intinya adalah orang yang ramah, supel, rajin bersih-bersih dapur atau tidak jorok, maka pasti betah. Namun, jika yang sebaliknya, maka ini petaka hahahahaha. Ibarat peribahasa, “akibat nila setitik rusak susu sebelanga”. Begitulah, bisa jadi yang tidak bersalah terkena semprot dari Hausmeister (semacam bapak/ibu kos kalau di Indonesia).

  • Registrasi ke imigrasi

Daftar diri ke imigrasi hukumnya wajib di awal kedatangan setelah mengantongi surat tempat tinggal yang dikeluarkan oleh Studentenwerk atau yang menyewakan tempat tinggal ke kita. Jangan menunda-nunda lebih baik disegerakan. Yang unik adalah kita diberi uang kedatangan oleh pemeritah setempat loh (sekalipun nanti terpakai untuk bayar perpanjangan visa hahahah)

  • Registrasi ke kampus

Registrasi terakhir sebelum memulai perkuliahan adalah immatrikulasi. Yang menarik adalah staf kampus yang melayani kita itu tidak bapak/ibu tata usaha dibalik kaca seperti umumnya di tempat saya berkuliah dulu namun mahasiswi dan mahasiswa yang cantik dan ganteng, hehehehe. Jadi sedikit memberikan angin segar hahahaha.

 

Menjadi Mahasiswa Baru di Dresden

Layaknya di Indonesia, di awal tahun ajaran baru ada acara penyambutan mahasiswa baru layaknya sidang terbuka. Namun, perbedaan paling mencolok yang saya rasakan adalah tidak adanya acara semacam ospek (buat mahasiswa sarjananya). Kegiatan “sidang terbuka” nya pun sangat santai, tidak ada acara gladi resik dan semuanya harus mengenakan jamal (jaket almamater). Sebelum masuk ruangan, setiap orang diberikan tas kampus dengan beberapa kejutan didalamnya. Ada juga kejutan 18++, hehe. Setelah itu dilanjut dengan acara tur kampus sesuai jurusan masing-masing.

Selang beberapa hari ada acara penyambutan kembali. Kali ini datangnya dari jurusan / fakultas masing-masing. Isi kegiatannya kurang lebih sama; seperti ada perkenalan dari staf pengajar, presentasi tentang subjurusan dan diakhir ada acara pesta kecil-kecilan semacam pesta BBQ. Diawal, saya pikir ini bagian dari acara jurusan, namun ternyata ini diinisiasi oleh mahasiswa Jerman sehingga makan dan minumnya harus bayar ^_^. Tapi tak apa, yang penting itu bisa menjadi ajang saling mengenal.

Hanya saja, ada sedikit perbedaan di sini. jika kita bukan orang yang akan menjadi kolega mereka di kelas atau akan bertatap muka setiap hari dengan mereka, maka berkenalan dengan menanyakan nama adalah hal yang tidak lazim. Saya baru tahu akan hal itu. Jadi, hampir tidak ada mahasiswa Jerman yang namanya saya tahu di acara itu. Walaupun asyik berbincang, tapi di akhir tidak saling tahu nama merupakan hal umum terjadi di sini.

 

Paduan Suara

Paduan suara TUD ketika acara penyambutan mahasiswa baru

 

Acara BBQ

Acara BBQ yang diadakan mahasiswa selepas acara perkenalan fakultas dan jurusan

Keberagaman budaya yang ada di kampus TUD ini juga sangat beragam. Di kelas di jurusan tempat saya kuliah saat ini terdapat perwakilan hampir dari semua benua dan belahan dunia yang ada. Hal ini adalah pengalaman pertama saya untuk dapat berinteraksi dengan beragam orang dari suku bangsa yang berbeda dan juga bisa menjadi ajang promosi budaya masing-masing.

Seumur-umur saya berkuliah selama tingkat sarjana, tidak pernah sekalipun saya mengundang teman untuk datang kerumah untuk merasakan masakan saya sendiri. Tapi di sini berbeda. Bawaannya selalu ingin mengundang beberapa kawan di kelas untuk mampir ke kosan dan mencicipi masakan buatan saya sendiri (yang rasa nya tidak teruji :D). Baru disinilah saya memotivasi diri saya sendiri untuk bisa memasak. Selain karena memang menjadi kebutuhan sehari-hari, namun juga dapat menjadi media untuk bertukar dan promosi budaya kita. Kegiatan seperti ini bisa sangat efektif untuk membangun pertemanan dengan kawan-kawan kita sehingga bisa menciptakan suasana perkuliahan yang menyenangkan juga.

Secara garis besar, dari apa yang saya rasakan, kehidupan sebagai mahasiswa baik di Indonesia dahulu dan di Jerman sekarang, tidak terlalu jauh berbeda. Kita yang tetap memegang kendali apakah mau kuliah atau tidak, mau mengerjakan tugas atau tidak, mau ujian atau tidak. Hanya ada beberapa system yang berbeda. Contohnya, kalau kita mau ikut ujian mata kuliah tertentu maka kita harus registrasi untuk tugas matakuliah tersebut dan juga registrasi kembali beberapa minggu sebelum ujian akhir.

 

Sistem Akademik

Perbedaan mencolok  lain dari segi sistem akademik di kampus TUD (khususnya jurusan saya)  adalah tidak adanya ujian tengah semester, nilai tugas tidak ada kontribusi terhadap nilai akhir, dan maksimal mengulang mata kuliah adalah sebanyak tiga kali jika kebablasan maka langsung kena kartu merah alias DO. Jadi dipikir-pikir agak horror karena nasib kita di setiap semester hanya sekali tembak saja, dan ditambah dengan sistem nilai di Jerman yang juga berbeda pengkategoriannya. Oleh karenanya, kita harus rajin-rajin melihat email mahasiswa dan pengumuman supaya tidak terjadi kesalahan konyol (semisal tidak bisa ikut ujian karena lupa registrasi / terlewat tanggalnya).

Hal unik lain terkait akademik di TUD ini adalah tidak adanya acara wisuda untuk seluruh strata pendidikan yang ada. Jadi, kalau ada yang lulus dari TUD tapi ada foto lempar toga berarti mencurigakan.

Untuk hal yang berurusan dengan dosen, semisal ingin bertamu ke ruangannya untuk bertanya, prosedur yang harus dilakukan tidak jauh berbeda. Kita harus bertanya terlebih dahulu kapan beliau ada waktu. Di sini biasanya mereka mengumumkan jadwal konsultasi (boleh datang langsung ke ruangannya atau harus bikin janji via email dahulu). Tidak seperti di kampus saya terdahulu dimana kita bisa dengan mudah meminta nomor ponsel dosen dan bisa janjian via sms, di sini hal itu tidak lazim. Seperti yang sempat saya ceritakan tadi, menanyakan nama atau no hp atau hal-hal yang bersifat personal tidaklah lazim disini bagi seseorang yang baru kenal atau hubungannya tidak kuat.

Tetapi dari sejauh apa yang saya rasakan, mereka bersikap ramah dan jujur dalam menjawab. Kalau mereka tidak tahu sekalipun, sudah professor, tidak malu menjawab tidak tahu atau apa adanya dari yang mereka tahu. Mereka menghargai setiap pertanyaan dari mahasiswanya sekalipun itu hanyalah pertanyaan sepele atau pertanyaan yang mungkin terkesan dangkal. Mereka tetap menjawab pertanyaan itu dengan sopan. Untuk urusan datang tepat waktu ke kelas sampai sejauh ini belum pernah ada yang dimarahi dosen karena telat datang, bahkan ada yang datang 15 menit sebelum kelas bubar tapi tidak dimarahi juga ^_^’. Akan tetapi, dosen-dosennya sendiri bisa dibilang tepat waktu semua, paling hanya selisih lima menit dari jadwal yang seharusnya, belum ada yang telat sampai setengah jam atau bahkan diam-diam tidak datang.

Sekalipun hampir semua hal terkait perkuliahan dilakukan secara online, ada beberapa hal yang masih konvensional. Diantaranya menulis di papan kapur bahkan menulis di atas OHP. Tugas-tugas kebanyakan masih ditulis tangan.

 

Fasilitas

Ada juga hal yang dulu mudah sekarang menjadi sulit dan mahal, contohnya urusan fotokopi dan mencari tempat foto kopinya itu sendiri. Di kampus di Indonesia sebelumnya, saya dapat dengan mudah menemukan tempat fotokopi baik di dalam jurusan atau disekitaran kampus dengan buka 24 jam. Murah dan segala urusan perjilidan bisa dilakukan disana. Namun sekarang semua itu menjadi barang langka. Mau fotokopi mahal apalagi print berwarna. Mau beli buku pun mahal karena tidak ada yang fotokopian. Ya di satu sisi memang bagus, tidak ada akses terhadap hal-hal yang bersifat bajakan dan jangan coba-coba maen torrent lhoh ya disini karena urusannya bisa digerebek polisi nanti hehehe.

Loh kan ada perpus, disana koleksi bukunya banyak, buat apa cari-cari buku buat dibeli lagi?

Memang sih ada perpus, namun tetap saja kita harus berlomba dengan mahasiswa lain untuk meminjam apalagi kalau bukunya terbatas tapi jadi incaran sejuta umat, susah deh jadinya.

Jujur, dari jaman dahulu kala, saya tipe orang yang kalau belajar itu entah mengapa senangnya di kamar, jadi biarpun disini ada perpus dengan fasilitas yang bagus tetap saja saya lebih senang belajar di kamar karena merasa lebih “bebas”. Meskipun demikian, urusan mencari referensi buku bukan sebuah kesulitan besar. Saya bisa meminta bantuan dari kawan yang di Indonesia untuk mencarikan versi PDF nya lalu dikirim ke email.

Hal menarik tentang perpustakaan di Dresden ini adalah bahwa perpustakaan yang bermana SLUB (Sächsische Landesbibliothek Staats und Universitätsbibliothek Dresden) ini bukan hanyak milik TUD semata namun ini adalah milik pemerintah. Setiap mahasiswa dari semua perguruan tinggi yang ada di Dresden bisa meminjam buku darinya. Perpustakaan ini buka hingga jam 12 malam bahkan di hari Sabtu dan Minggu.

Disekitaran kampus dan perpustakaan terdapat beberapa “Mensa” atau kantin. Apa bedanya kantin kampus yang ada di Indonesia dengan yang disini? Dari apa yang saya lihat perbedaannya adalah kita dapat mengakses menu yang akan disajikan di kantin-kantin ini setiap harinya, jadi kita bisa memilih-milih dahulu mau makan apa di kantin yang mana. Makanannya ada yang seperti prasmanan (tapi tidak ngambil sendiri jadi tidak bisa timbun menimbun lauk untuk menyamarkan). Tapi tenang, sekalipun tidak ngambil sendiri, porsi yang dikasih dijamin tidak ingin membuat nambah sebab langsung kenyang.

Saya pribadi jarang makan di kantin karena bagaimanapun, lebih murah kalau masak sendiri sekalipun tidak lebih enak dari yang ada di kantin. Kalau mampir ke kantin, menu favorit saya adalah pudding coklat. Pudding di sini bentuknya sangat aneh, bisa dibilang seperti bubur tapi cita rasanya menarik di lidah.

Kalau mau bayar, kita tinggal bayar menggunakan kartu kantin isi ulang. Kita bisa mengisinya dengan sejumlah uang, berapapun yang kita mau.

Hal baru yang saya temui di Jerman adalah, kita memang dituntut untuk mandiri. Selesai makan, semua peralatan makan termasuk bakinya harus kita bawa sendiri ke tempat pengumpulan piring kotor. Hal ini tidak hanya berlaku di kantin, tetapi juga ditempat makan umum lain keculai restoran khusus yang memang menugaskan pelayan untuk melayani pelanggan di meja. Kalau dipikir-pikir kita selama di Indonesia benar-benar menjadi raja dan ratu kalau datang membeli makanan ke tempat makanan, karena kita cukup mengangkat tangan pelayan datang dan segala sisa piring kotor kita serahkan ke mereka. Sayangnya kebaikan dan tugas mereka itu tidak sesuai dengan apresiasi yang mereka terima setiap bulannya bila dibandingkan dengan pelayan rumah makan / resto cepat saji di Jerman. Salah satu pelajaran berharga lain yang saya dapatkan di Jerman ini adalah bagaimana kita menghargai dan mengapresiasi hasil kerja seseorang dengan layak

 

Keseharian Mahasiswa Dresden

Ok kita coba lanjut lagi ke kegiatan sehari-hari lain yang biasa dilakukan seorang mahasiswa

Ternyata selain tidak ada kegiatan ospek di awal perkuliahan mahasiswa baru, di kampus TUD pun tidak ada himpunan mahasiswa layaknya di kampus-kampus di Indonesia, jadi tidak bisa kita temukan mahasiswa yang main gitar sambil merokok dan minum kopi di sekre himpunan sepanjang hari. Tetapi, ada sebuah lembaga kemahasiswaan yang disebut dengan Studentrat.

Saya tidak tahu persis apakah yang dilakukan oleh organisasi ini, apakah berfungsi sama seperti himpunan atau seperti BEM atau keluarga mahasiswa atau yang lainnya. Saya haya pernah masuk sekali ke gedung mereka dan di mading nya banyak sekali tertera informasi untuk mahasiswa, salah satu yang saya lihat pada waktu itu adalah lowongan pekerjaan sambilan (teman saya sedang mencarinya dikala itu). Tetapi setiap pertengahan semester dan juga menjelang ujian akhir semester, ini jadi fasilitas berkumpul juga. Mahasiswa-mahasiswa Jerman di fakultas suka mengadakan acara pesta BBQ kecil-kecilan yang tidak gratis seperti yang saya ceritakan di awal.

Di TUD juga menawarkan unit-unit kegiatan mahasiswa seperti unit berkuda, salsa, korus dan orchestra, dll. Sekalipun tidak semua dari unit kegiatan itu bebas dari iuran namun dari cerita kawan saya yang mengikutinya terkesan sangat menarik.

Selain itu, kita diberikan jatah sebesar dua kredit/SKS untuk mengambil mata kuliah bahasa asing. Ini tidak wajib boleh diambil dan boleh tidak, kalaupun diambil dan tidak lulus tidak mempengaruhi kelulusan semesteran kita kok. Saya sendiri semester lalu pernah mencoba untuk ikut kelas bahasa Latin, namun sayang karena ini kelas online dimana bahan kuliah di unduh dan dibaca sendiri jadi susah bagi saya untuk memahaminya. Ditambah waktu untuk belajarnya pun banyak tersita oleh mata kuliah wajib, jadi apa boleh buat, saya tidak berhasil untuk kelas bahasa Latin ini.

Sekalipun ini tidak berlaku umum di semua fakultas, namun kebetulan fakultas saya kemarin memberikan kesempatan kepada semua mahasiswa barunya untuk mengikuti kursus bahasa Jerman selama kurang lebih tiga bulan secara gratis disesuaikan dengan tingkat bahasa yang sudah ada. Hal ini sangat bermanfaat karena kalau kita menggunakan biaya sendiri, bisa memakan biaya hingga ratusan Euro.

Terakhir, setiap setahun sekali terutama ketika menjelang Natal, TUD dan beberapa fakultas suka mengadakan pesta Natal. Tapi pesta ini tidak seperti missa ataupun kebaktian, lebih mengarah kepada momen untuk bisa saling mengenal antara staf pengajar, kampus dan mahasiswa satu sama lain. Jadi isi dari pesta ini ada makan-makan baik itu cemilan kue atau juga seperti bazar makanan dari beberapa negara yang bisa dibeli. Isinya umumnya ngobrol-ngobrol. Yang menarik adalah adanya pertunjukan budaya / seni dari beberapa negara.

Untuk pesta Natal TUD tahun kemarin, Indonesia adalah salah satu negara yang diminta untuk mempersembahkan pertunjukkan budaya. Penampilan budaya ini diwakili oleh srikandi-srikandi dari FORMID (Forum Masyarakat Indonesia Dresden) dengan membawakan tarian Saman. Makanan Indonesia yang dijual adalah diantaranya cireng bumbu rujak, mie ayam, martabak telur, dll. Aduh, jadi ngiler membayangkannya.haha

 

Tari Saman

Tari Saman yang dibawakan oleh perwakilan FORMID

Stand Makanan

Stand makanan Indonesia di Hörsaalzentrum TUD ketika pesta Natal kampus

 

 

Bersama Rektor

Foto bersama Rektor TUD di acara pesta Natal kampus

 

Sekian cerita singkat terkait kehidupan mahasiswa di TUD dari sudut pandang saya pribadi, mohon maaf kalau tidak menarik karena begitulah hidup yang saya jalani sebagai mahasiswa disini hahahah. Mohon maaf bilamana ada hal yang tidak berkenan dan kesalahan penulisan, terimakasih

 

Kontributor : Aji Pratama Rendragraha

TU Dresden

Kindergeld – „Uang untuk Anak-anak“

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat pagi yang ceria dari Münster. Ini adalah tulisan pertama saya di Formal Jerman. Saat ini adalah bulan kelima saya di Jerman, dan untuk anak istri saya hampir menginjak bulan ketiga. Hidup di Jerman memang serba mahal, apalagi kalau kita selalu mengkalkulasikan dengan kurs rupiah. Wadalah, bisa puyeng kepala kita. Makan onde-onde saja seharga Rp. 30.000,-, Cuma dua buletan lagi, isi kacang hijaunya pun juga minimalis. Hahahaha. Jadi curcol.

Di Jerman sepenetahuan saya ada lima poros keuangan yang bisa diperoleh kemudahan dari pemerintah kota, yaitu Kindergeld, Wohngeld (uang tempat tinggal), Schwangerschaft Geld (uang kehamilan dan kelahiran), Essengeld (uang makan siang untuk sekolah anak), dan Verkehr Rabat (diskon tiket kendaraan umum untuk anak sekolah).

Kali ini saya akan menuliskan beberapa tips agar bisa memperoleh Kindergeld. Kindergeld pada dasarnya diberikan kepada semua anak-anak yang berada di Jerman, baik warga negara Jerman maupun warga negara asing atau anak-anak warga negara Jerman yang berada di luar negeri. Kindergeld ini berlaku dari anak mulai lahir hingga berusia 17 tahun. Pengajuan aplikasi Kindergeld ini untuk warga negara Jerman biasanya dimulai sejak usia akhir kehamilan, karena proses birokrasi yang memakan waktu 1-1,5 bulan. Untuk kita warga negara asing, bisa diajukan secepatnya setelah mendapatkan Residence Permit, dan akan mendapatkan Kindergeld-nya sejak kedatangan pertama anak tersebut di Jerman. Misalnya anak kita sampai di Jerman bulan Juli 2015, dan kita baru mengajukan aplikasi Kindegeld dan diterima oleh pemerintah kota setempat bulan Juli 2016. Maka kita akan memperoleh Kindergeld sejak bulan Juli 2015 dan seterusnya. #rejekinomplok

Peraturan setiap Bundesland berbeda-beda mengenai persyaratan Kindergeld ini, siapa yang berhak, dan lain sebagainya. Akan tetapi, secara umum Kindergeld ini diperuntukkan untuk orang tua yang benar-benar memerlukan, misalnya orang tua yang tidak bekerja, single parent, anak yang orang tuanya tidak menikah, dll. Keterangan ini sebetulnya tidak tercantum secara eksplisit di website http://www.kindergeld.org/.

Besarnya beragam tiap Bundesland, tapi berkisar antara 190 EUR per bulannya per anak. Di Bundesland NRW anak pertama dan kedua mendapatkan 190 EUR per bulan. Dan akan naik jumlahnya setelah anak ketiga dan seterusnya. Kalau tidak salah anak ketiga sekitar 250 EUR per bulannya.

Yang perlu diperhatikan dalam mengajukan aplikasi Kindergeld ini adalah siapa dan apa pekerjaan serta Anmerkungen pada Residence Permit orang yang mengajukannya. Mari kita bahas satu persatu mengenai hal ini.

Siapa yang mengajukan. Sebaiknya adalah pasangan dari penerima beasiswa LPDP, karena pada beberapa kasus, jika yang mengajukan adalah penerima beasiswa, ada penolakan dari pemerintah kota, dikarenakan biasanya di surat keterangan beasiswa sudah ada komponen tunjangan keluarga. Meskipun pada beberapa kasus juga bisa tetap mendapatkan Kindergeld.

Apa pekerjaan orang yang mengajukan. Nah, sebisa mungkin dijawab ibu atau bapak rumah tangga, alias tidak bekerja. Karena dengan begini maka hampir bisa dipastikan pihak pemerintah kota akan merasa ‚lebih iba‘ dan ujung-ujungnya akan sukses mendapatkan Kindergeld ini.

Anmerkungen pada Residence Permit. Anmerkungen adalah pasal yang menyatakan keberadaan kita di Jerman ini dan berhubungan dengan status pekerjaan atau status sekolah atau hak-hak yang bisa didapatkan pada pemegang Residence Permit tersebut. Anmerkungen bisa dilihat di halaman depan Aufenthaltstitel kita semua. Untuk Kindergeld sendiri, disarankan yang mengajukan adalah yang Anmerkungennya § 30, dan biasanya § 30 ini tertera pada Residence Permit pasangan penerima beasiswa LPDP. Anmerkungen yang tertera pada penerima beasiswa LPDP biasanya § 16 Abs 1. Dan pada beberapa Bundesland/Stadtamt akan memberikan Zusatzblatt (Keterangan Tambahan) berupa kertas hijau yang menerangkan posisi pekerjaan atau keterangan lain yang berhubungan dengan batas waktu kerja dalam setahun. Ada beberapa pihak yang menyatakan bahwa Anmerkungen § 16 juga bisa mendapatkan Kindergeld, namun prosesnya lebih rumit.

Dokumen apa saja yang diperlukan untuk mengajukan Kindergeld ini:

  1. Kindergeldantrag (Formulir Kindergeld). Formulir ini gratis dan bisa diunduh di http://www.kindergeld.org/formulare/kindergeld-formulare-in-englischer-sprache.html. Ini adalah versi bahasa Inggrisnya. Yang harus diisi adalah Antrag KG1 dan Anlage Kind KG1. Jika anaknya tiga, maka Anlage Kind nya harus dibuat 3 juga, masing-masing berisi data anak masing-masing. Proses pengisian formulir ini sebaiknya diketik dengan menggunakan komputer, agar mempermudah orang Jerman bacanya, karena beberapa alphabet dan angka cara penulisan orang Indonesia dan Jerman berbeda. Saya berkali-kali salah angka 4 dan 9. Hehehe
  2. Harus ada Steurnnummer (Personal Identifikationnummer). Ini adalah nomor pajak yang akan diberikan secara otomatis setelah Anmeldebestätigung kita dikeluarkan oleh Stadtamt. Dan nomor ini tidak tersedia online, karenanya akan dikirimkan ke alamat pos rumah kita. Apabila kita kehilangan nomor ini, bisa minta di https://www.bzst.de/DE/Steuern_National/Steuerliche_Identifikationsnummer/ID_Eingabeformular/ID_Node.html. Nomor pajak akan dikirimkan dalam waktu kurang dari tiga bulan. Nomor ini yang penting ada adalah nomor pajak orang yang mengajukan Kindergeld.
  3. Scan berwarna Residence Permit semua anggota keluarga beserta Zusatzblatt nya. Scan atau fotokopinya harap diperbesar, sehingga tulisannya terbaca jelas. Apabila mau menscan, perhatikan agar hologram pada Residence Permit tidak memblurkan hasil scannya.
  4. Scan akta lahir anak yang sudah dicap dan dilegalisir oleh Kedubes Jerman di Jakarta beserta terjemahannya
  5. Scan paspor dan visa semua angota keluarga. Semua halaman paspor yang ada tulisannya discan dari halaman awal sampai akhir.
  6. Scan surat nikah yang sudah dicap dan dilegalisir oleh Kedubes Jerman di Jakarta beserta terjemahannya
  7. Scan Anmeldebestätigung yang keluarga
  8. Rekening bank orang yang mengajukan Kindergeld. Apabila tidak punya, bisa memakai rekening bank pasangannya.

Apabila semua dokumen tersebut sudah lengkap, maka dimasukkan ke dalam amplop dan dikirimkan ke Familienkasse sesuai dengan Familienkasse yang ditunjuk oleh Pemerintah Jerman. Bagaimana melihatnya, caranya adalah dengan melihat kode pos rumah kita ke website Kindergeldnya. Bisa dipilih di bar Familienkassen pada wesite http://www.kindergeld.org/. Jangan lupa menuliskan Absender dan An nya sesuai dengan alamat kita dan Familienkassen-nya. Sedikit tips, yaitu tuliskan di depan amplopnya, ‚KINDERGELD ANTRAG NEU‘. Jadi petugas kurir di Familienkassen tersebut langsung tahu harus dimasukkan ke ruang mana amplop tersebut.

Troubleshoot

Pada beberapa kasus akan dijumpai surat balasan dari Familienkasse mengenai dokumen yang tidak lengkap atau surat-surat keterangan lainnya. Pada dasarnya ikuti saja permainannya. Selama tidak ada balasan dari Familienkassen yang menyatakan kalau kita tidak berhak mendapatkan Kindergeld tersebut, maka terus saja jawab surat tersebut. Apa yang mereka minta berikan saja. Apabila surat balasan tersebut berasal dari Familienkassen yang berbeda, maka kita harus membalas surat tersebut sesuai dengan alamat Familienkassen yang awal (pada saat pertama kali mengirim dokumen), dengan dituliskan judul ‚ZUSATZ KINDERGELD ANTRAG NUMMER: KG…….‘. Jangan lupa mendokumentasikan segala surat balasan kita kepada Familienkassen.

Apabila sudah terlanjur yang membuat aplikasi Kindergeld adalah penerima beasiswa LPDP, dan ada penolakan, coba ajukan kembali dengan istri/suami penerima beasiswa sebagai orang yang mengajukan, dengan berikan jeda pengiriman satu hingga dua bulan, dengan harapan berkas kita sudah tidak di meja yang bersangkutan (meskipun ini langkah agak gak masuk akal secara sudah tersistem di Jerman ini, hehehe).

Hindari bertatap muka secara langsung dengan petugas Familienkassen, karena akan mempersulit diri sendiri. Hal ini lebih kepada upaya preventif karena bahasa Jerman kita yang tidak terlalu bagus dan takutnya dijerumuskan kepada hal-hal berbau penolakan. Terutama untuk kota-kota besar.

Demikian tips and trick dari saya. Semoga bermanfaat. Dan selamat mencoba. Yang benar hanya dari Allah dan manusia hanyalah tempat salah dan lupa.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yasmon, ditulis di Münster, NRW, Selasa pagi 31. Mai 2016 jam 13.15 CET cerah berawan 20oC

 

PERSIAPAN SEBELUM PULANG KE INDONESIA

Sekitar satu bulan sebelum kembali ke tanah air, hari-hari saya di Göttingen agak sedikit hectic. Banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya yaitu kündigung kontrak-kontrak. Sayang rasanya kalau pengalaman tersebut hanya tersimpan rapi di memori saya. Oleh karena itu saya ingin berbagi cerita dan tips ke teman-teman sekalian, agar kehidupan teman-teman sebelum pulang kampung lebih teratur dan bisa meminamalisir ke-hectic-an. Cieh :p

 

Here we go …

  1. Terminate kontrak wohnung. Saya mengerti bahwa ketika sedang sibuk dengan tesis/disertasi, kita akan sulit untuk meluangkan waktu memikirkan hal lain. Namun, perlu teman-teman notice mengenai kontrak wohnung. Biasanya, baik stw maupun privat, kündigung harus dilakukan tiga bulan sebelum kita memutuskan untuk pulang.
  1. Kündigung kontrak simcard. Jika teman-teman menggunakan simcard hp yang sifatnya pasca bayar, which means menggunakan kontrak, jangan lupa untuk cek regulasi mengenai tanggal dan bulan berakhirnya kontrak. Bagi pengguna O2, biasanya kontrak tersebut harus dicancel tiga bulan sebelum due datenya. Or else, kontrak akan diperpanjang otomatis oleh sistem selama satu tahun lagi. Karena yang melakukan ini adalah sistem, maka mengerahkan segala kekuatan untuk melakukan protes ke O2 hanyalah sia-sia. Untuk kasus yang saya alami, saya telat melakukan cancelation dan petugas O2 memberi opsi, yaitu perpindahtanganan kontrak. Kontrak kita dapat dilanjutkan oleh orang lain / teman namun terkena charge 30 €, dan bagi yang menginginkan pergantian nomor hp akan ditambahkan biaya 30 € lagi. Lucky Me, kontrak saya kemarin dilanjutkan oleh Kak Aulia, teman LPDP di Göttingen. Makasih banyak loh kaaaaak 🙂 Salah satu hal aneh dalam pengurusan ini, kita harus melakukan kündigung di gerai O2 tempat kita melakukan pendaftaran kontrak karena jika tidak, akan repot.
  1. Kündigung kartu kredit, bahn-card, dan kartu-kartu lainnya.
  1. Update data kelulusan di web simonev. Di sini kita juga harus mengupload copy ijazah sebagai bukti kelulusan. Namun jika ijazah kita belum terbit dan kita sudah ingin melakukan pemesanan tiket pulang, maka saya menyarankan untuk menghubungi pihak LPDP terlebih dahulu karena tiket tidak akan diproses oleh travel agent jika tanpa persetujuan dari pihak LPDP.
  1. Pesan tiket ke Central Travel. Pemesanan tiket saya kemarin dibantu oleh Ibu Yuyun. Sebelum menghubungi travel agent, akan lebih baik jika teman-teman mengecek jadwal penerbangan di web maskapai yang ingin teman-teman gunakan. Setelah memilih maskapai dan jadwal yang cocok, barulah teman-teman menghubungi Central Travel melalui email. Isi emailnya adalah informasi mengenai nama, PK berapa, kampus, negara, jadwal terbang dan maskapai penerbangan (kalau bisa cantumkan nomor penerbangan agar lebih gampang ditelusuri). Jangan lupa untuk meng-attach copy passport. Bagi yang akan melanjutkan perjalanan ke luar Jakarta dan harus menggunakan pesawat, maka jangan lupa juga untuk mengecek tiket ke kota yang dituju dan juga menyertakan pemesanan tiketnya pada email yang dikirimkan. Jangan lupa mengingatkan travel agent untuk upgrade bagasi ke 30 kg yaa.
  1. Melakukan lapor diri di KJRI atau KBRI. Berkas yang perlu disiapkan adalah passport dan dalam beberapa kasus, kita juga diminta untuk melampirkan copy bukti abmelden dari rathaus. Sebelum datang melapor, terlebih dahulu saya menyarankan untuk menelepon pihak KJRI atau KBRI mengenai kelengkapan berkas yang harus disiapkan. Kondisi yang saya alami waktu itu, saya diharuskan untuk membuat termin terlebih dahulu melalui telepon. Ternyata saat itu pengamanan sedang ditingkatkan pasca adanya peristiwa teror bom di Paris beberapa waktu lalu.
  1. Exmatriculation di web kampus. Untuk informasi lebih lanjut silahkan cek di web kampus masing-masing ya.
  1. Kündigung asuransi. Tips penting sebelum mengurus yang satu ini, gunakanlah semua fasilitas yang diberikan asuransi dengan optimal. Misalnya general check up, daripada mubazir, mending dimanfaatkan (hehe :p). Berkas yang dibutuhkan untuk kündigung adalah kartu asuransinya, bukti exmatriculation, abmeldebestätigung dari rathaus, serta tiket pesawat. Tidak perlu selengkap itu, tapi agar petugasnya yakin bahwa kita betul-betul akan pulang, maka beliau memerlukan berkas-berkas tersebut. Pembayaran asuransi akan diakumulasi sampai tanggal kita pulang ke Indonesia, jadi meskipun kita pulang bukan di akhir bulan, kita tidak perlu membayar satu bulan penuh.
  1. Menutup akun bank. Pengalaman saya di DB Göttingen, kita tidak perlu membuat termin terlebih dahulu, cukup datang ke lokasi dan sampaikan langsung ke teller. Namun pengalaman teman yang menggunakan Commerz Bank, beliau harus membuat termin dengan alasan biar petugasnya bisa mempersiapkannya terlebih dahulu. Untuk menutup akun bank, kita tidak boleh melakukan transaksi online termasuk auto debet at least dua hari sebelumnya, karena mengingat proses online transfer di Jerman membutuhkan waktu kurang lebih dua hari. Oleh karena itu, agar lebih aman, saya menyarankan untuk menyelesaikan semua kepentingan online transfer tiga hari sebelumnya. Karena saat ingin menutup akun bank, pihak asuransi belum melakukan auto debet pada akun bank saya (mungkin ada kesalahan teknis sehingga telat di auto debet, Wallahu’alam), sementara jadwal kepulangan saya ke Indonesia sudah sangat mepet, sehingga untuk urusan penutupan rekening, saya diperbolehkan untuk diwakili oleh teman saya, asalkan orang yang bersangkutan juga adalah nasabah pada bank yang sama. Saat itu saya tetap melaporkan penutupan akun kemudian kartu ATMnya digunting, kemudian teman saya diperbolehkan datang untuk menutup akun saya beberapa hari kemudian. Jika nanti masih tersisa uang di rekening, teller akan memberi semuanya.
  1. Pesan tiket kereta atau bus ke bandara.
  1. Legalisir ijazah. Jika ijazah kita sudah terbit sebelum pulang ke Indonesia, kita bisa melakukan pengurusan legalisir sendiri. Namun jika tidak, jangan lupa untuk membuat surat kuasa pengambilan ijazah kepada teman yang masih akan berada di Jerman. Namun bila proses legalisir ijazah dapat dibantu oleh pihak kampus, maka kita tidak perlu meminta perwakilan teman. Pihak kampus dapat mengirim langsung ijazah kita ke Indonesia.
  1. Packing barang-barang yang akan dipaketkan dengan menggunakan jasa ekspedisi Pulang Kampung. Teman-teman dapat mencari info mengenai jasa ini di halaman facebooknya atau bisa dengan mengunjungi websitenya di http://www.pulangkampung.eu/. Oh iya, untuk kardusnya dapat dibeli di ebay, dengan mengetik keyword “verpackungskönig” (merek ini memiliki kualitas yang bagus karena memiliki dua lapis kertas, sehingga barang kita agak lebih aman dari kerusakan). Ukuran kardus dapat dipilih sesuai kebutuhan. Penjualannya tidak dilakukan secara ecer, sehingga mostly kita harus membeli minimal 10 lembar. Tidak perlu khawatir soal ini karena kita dapat menawarkan kepada teman-teman yang akan pulang ke Indonesia juga dan ingin mengirim barang. Sebagai informasi, saya kemarin mengirim dua paket tujuan Makassar yang berukuran 43 x 33 x 38 cm, masing-masing beratnya berkisar 15 kg, dan kemudian saya membayar sebesar 78 € untuk dua paket tersebut (sangat murah jika dibandingkan dengan mengirim melalui Deutsche Post atau DHL). Pihak Pulang Kampung dapat melakukan penjemputan ke kota kita masing-masing dengan syarat ada minimal 10 paket yang dijemput di kota tersebut. Jika tidak, maka kita harus mengirim sendiri ke gudang mereka di Gronau. Pengiriman ke Gronau dapat dilakukan melalui jasa ekspedisi Hermes. Cukup dengan mendaftar online, maka petugas Hermes akan datang menjemput paketnya di depan pintu kita 🙂

Jika ada barang elektronik yang ingin kita kirim melalui ekspedisi seperti ini dan membutuhkan semacam surat perizinan atau surat keterangan yang berhubungan dengan Bea & Cukai, maka surat tersebut dapat diperoleh di KJRI atau KBRI. Ini dapat sekalian kita lakukan bersamaan saat melapor diri kepulangan.

  1. Jalan-jalan. Sebagai mahasiswa yang studi di Eropa, tidak afdol rasanya bila tidak jalan-jalan di detik-detik akhir kita meninggalkan benua ini. Selain jalan-jalan, teman-teman juga bisa stay di kota tempat studi dan menikmati momen-momen terakhir di sana. Di tahap ini kita bisa memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan oleh-oleh, misalnya suvenir, cokelat, teh, kopi, keju, baju, dan lain-lain.
  1. Farewell party sekalian syukuran kelulusan. Tidak ada salahnya melakukan ini, namun jika teman-teman merasa tidak perlu, no worries 🙂
  1. Final packing untuk koper dan tas. Untuk makanan seperti cokelat dan keju, keluarkanlah dari lemari pendingin beberapa jam sebelum berangkat hingga suhunya sesuai dengan suhu ruang. Hal ini perlu agar makanan tersebut tidak terlalu “kaget” dalam beradaptasi dengan suhu di bagasi pesawat. Untuk barang-barang yang fragile misalnya suvenir yang terbuat dari porselen dan kaca, bungkuslah sebaik dan serapat mungkin dengan bubble wrap (luftpolsterverpackungsfolie) kemudian dikelilingi dengan selotip. Contohnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Capture


 

Urutan list di atas tidaklah harus diikuti sepenuhnya, sesuaikanlah dengan situasi pribadi teman-teman. While melakukan tahap-tahap di atas, selingilah dengan beres-beres kamar. Pisahkan barang yang akan dibuang, diberi ke orang, dan yang akan dibawa pulang.

 

Terakhir, selamat datang kembali di tanah air dan persiapkan diri untuk menghadapi culture shock. Karena seperti yang pernah saya alami, culture shock tidak hanya terjadi ketika kita baru menginjak negara tujuan, tetapi juga terjadi ketika kita back to our home country.

Saya tahu bahwa kehidupan di Jerman sangatlah teratur, bersih, dan nyaman, tapi Indonesia menunggu peran kita agar bisa berkontribusi dalam menciptakan suasana hidup yang lebih teratur, bersih, dan nyaman seperti di Jerman.

 

Salam kangen untuk Göttingen,

Farizah Dhaifina Amran

Mendaftar Asuransi Publik (bagi mahasiswa diatas 30 tahun)

Jerman memang negara yang ‘spesial’. Ada peraturan (terus terang saya sendiri juga belum pernah baca peraturannya seperti apa) yang mengatur bahwa jika usia Anda diatas 30 tahun maka Anda diasumsikan bukan lagi seorang mahasiswa. Konsekuensinya adalah Anda tidak dapat menikmati beberapa atau bahkan semua fasilitas dan subsidi yang diberikan pemerintah Jerman kepada mahasiswanya.

 

Mengurus asuransi bisa jadi bukan masalah besar bagi mahasiswa yang berusia dibawah 30 tahun (entah yang masih single ataupun yang sudah berkeluarga) ataupun mahasiswa yang berusia diatas 30 tahun (yang single). Karena asumsinya, bagi mahasiswa yang berusia dibawah 30 tahun, Anda masih bisa mendaftar ke beberapa asuransi publik (AOK, TK, Barmer GEK, DAK) tanpa perlu banyak trik, dalam hal ini Anda cukup mendatangi kantor asuransi publik mana saja yang terdekat dengan tempat tinggal Anda, mengisi form pendaftaran dan.. voila!! Asuransi kesehatan Anda akan disetujui.

 

Sedangkan bagi mahasiswa yang berusia diatas 30 tahun (yang single), meskipun (secara peraturan) tidak bisa mendaftar ke asuransi publik, hal ini juga menurut saya bukan menjadi masalah, karena jika Anda tidak mau pusing, karena beberapa suransi kesehatan private memberikan kemudahan pelayanan kepada para calon nasabahnya berupa online-application via website (Mawista, Care-Concept) atau kalau Anda mau yang agak bonafide sedikit, Anda bisa berkunjung kantor cabang asuransi private (saya prefer Hanse Merkur), mengisi form pendaftaran dan.. tunggu beberapa saat maka asuransi kesehatan Anda akan diapprove.

 

Tidak usah terlalu pusing jika usia Anda sudah lebih dari 30 tahun dan masih berstatus single, karena LPDP akan membayar secara at cost premi asuransi kesehatan Anda asalkan asuransi tersebut masih dalam skema basic health insurance. Masalah biasanya mulai timbul jika Anda berusia diatas 30 tahun dan berniat membawa keluarga. Jika Anda ikut asuransi privat maka Anda diwajibkan membayar per kepala untuk tiap anggota keluarga Anda, karena asuransi privat tidak ada skema asuransi kesehatan untuk keluarga.

 

Solusi yang paling memungkinkan jika Anda sudah berusia diatas 30 tahun dan sudah berkeluarga adalah ikut asuransi publik yang memiliki skema family insurance. Saya akan mencoba memberikan beberapa tips yang saya alami sendiri sebagai mahasiswa yang berusia diatas 30 tahun ketika mendaftar asuransi kesehatan publik di Jerman. Beberapa kasus yang akan saya jelaskan disini bisa jadi kasuistis yang hanya berlaku di München, tapi semoga bisa diduplikasi di kota lain di Jerman.

 

  1. Daftar asuransi kesehatan private

Saya akan langsung to the point dan mengasumsikan Anda sudah selesai dengan urusan registrasi alamat (Anmeldebestätigung) dan membuka rekening bank di Jerman. Langkah selanjutnya adalah Anda perlu daftar asuransi kesehatan private terlebih dahulu. Kenapa kok tidak langsung mendaftar asuransi kesehatan publik saja? Disinilah letak triknya, Anda memerlukan asuransi kesehatan private sebagai salah satu syarat pengajuan residence permit (Aufenthaltserlaubnis) Anda di Jerman.

 

Saya pribadi merekomendasikan HanseMerkur, karena saya dulu pakai asuransi ini sebelum pakai TK. Nama produknya adalah HanseMerkur Travel Health Insurance. Lho, bukannya untuk daftar residence permit tidak boleh pakai travel insurance? Produk ini bukan travel insurance murni, melainkan produk hybrid antara travel insurance dan health insurance. Saya pakai asuransi ini ketika mengajukan residence permit di München dan saya juga yakin hal inipun bisa diaplikasikan di kota lain. Anda bisa datang langsung ke kantor asuransi HanseMerkur terdekat untuk bertanya lebih lanjut atau bisa daftar langsung di alamat websitenya (https://www.hmrv.de/web/en/travel-insurance/au-pairs-pupils-students-and-trainees/pupils-students-and-trainees).

 

Masa pertanggungan asuransi kesehatan private ini tidak usah terlalu lama, karena toh nantinya Anda akan daftar asuransi publik juga. Kalau saya sendiri cukup mendaftar 3 bulan saja semenjak kedatangan saya di Jerman. Kenapa kok 3 bulan? Karena asumsi saya adalah saya memerlukan waktu tunggu sampai residence permit saya jadi terlebih dahulu sebelum beralih ke asuransi publik. Selain itu, syarat untuk mendaftar asuransi publik dengan skema voluntary (skema ketika kita sudah memiliki asuransi privat tapi ingin beralih ke publik) adalah kita juga harus bisa membuktikan bahwa asuransi kesehatan kita masih aktif dan rutin membayar premi sebelum beralih ke asuransi publik.

 

  1. Ajukan residence permit

Jika asuransi kesehatan private Anda sudah jadi (waktu tunggu yang normal biasanya maksimum adalah 14 hari kerja), maka segera ajukan aplikasi untuk membuat residence permit. Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang syarat untuk membuat residence permit di Jerman karena saya yakin informasi ini sudah banyak tersedia di Ausländerbehörde di kota masing-masing ataupun di berbagai blog mahasiswa yang kuliah di Jerman, silakan di-googling saja.

 

  1. Daftar asuransi kesehatan publik

Setelah anda selesai dengan urusan residence permit (waktu tunggu sampai residence permit jadi biasanya bervariasi antara 4-8 minggu), segera datang ke kantor asuransi publik terdekat (saya prefer TK) untuk mendaftar asuransi dengan skema voluntary. Anda perlu tarik nafas panjang terlebih dahulu dan menjelaskan ke petugas customer service (Kundenberatung) bahwa Anda ingin beralih dari asuransi private ke asuransi publik dengan skema voluntary.

 

Saya akui sampai tahap ini kadang tidak mudah meyakinkan petugas tersebut, karena memang skema ini jarang sekali ditawarkan oleh asuransi publik dan jarang diketahui oleh masyarakat. Jika Anda ditolak oleh satu petugas, saran saya jangan menyerah terlebih dahulu, cukup datang keesokan harinya dan coba jelaskan ke petugas yang lain, ulangi langkah ini sampai Anda menemukan petugas yang cukup sabar dengan Anda. Jika Anda sudah menemukan petugas yang siap membantu Anda maka, biasanya Anda akan dimintai beberapa dokumen sebagai berikut:

  1. Paspor
  2. Anmeldebestätigung
  3. Aufenthaltserlaubnis
  4. Letter of Sponsorship
  5. Asuransi private yang masih berlaku
  6. Form pendaftaran yang sudah diisi
  7. Pas foto biometrik 3,5 x 4,5 1 lembar

 

Jika berkas aplikasi sudah masuk dan pengajuan Anda disetujui maka maksimal 14 hari kerja Anda akan menerima surat dari TK yang berisi konfirmasi bahwa Anda sudah resmi menjadi anggota asuransi TK. Untuk kartu asuransinya sendiri biasanya datang terpisah beberapa saat setelah surat konfirmasi tersebut Anda terima terlebih dahulu.

 

Untuk besar premi bulanannya, TK akan memperhitungkan berdasarkan prosentase pendapatan kita setiap bulan, dalam hal ini adalah prosentase dari living allowance yang kita terima, karena living allowance akan dianggap pendapatan awardee oleh TK. Sekedar informasi, untuk saya sendiri besar peremi bulanan yang harus saya bayar untuk tahun 2016 ini adalah EUR 193,6 per bulan, tidak peduli saya masih single ataupun sudah berkeluarga saya tetap harus membayar sejumlah itu.

 

Sebagai catatan penutup, beberapa catatan dan asumsi yang perlu saya sampaikan adalah:

  1. Trik ini (bisa jadi) hanya berlaku bagi Anda yang baru datang masih dalam hitungan bulan di Jerman, karena ada beberapa kemungkinan bahwa dengan skema voluntary Anda akan diminta untuk membayar asuransi kesehatan sejak pertama kali Anda menginjakkan kaki di Jerman. Sebagai contoh: Saya datang bulan Oktober 2015, baru resmi terdaftar sebagai member di TK bulan Januari 2016, maka saya diminta TK untuk membayar asuransi saya mulai dari bulan Oktober 2015, bukan dari Januari 2016. Saya tidak tahu apakah hal ini kasuistis tetapi itulah yang saya alami dan beberapa teman saya di München yang coba menerapkan trik yang sama, namun untuk yang sudah tinggal lama di Jerman juga tidak ada salahnya jika mau mencoba.
  2. Saya sumsikan Anda adalah orang yang masih baru datang ke Jerman dan akan mengikuti trik saya, maka saran saya terkait dengan sistem reimburse yang diberlakukan oleh LPDP dalam membayar asuransi adalah, Anda harus mengikhlaskan pembayaran premi asuransi kesehatan private di 3 bulan pertama, anggap saja itu adalah investasi Anda untuk mendapatkan asuransi publik di Jerman. Jangan ajukan reimburse ke LPDP untuk asuransi kesehatan private ini, Anda cukup ajukan reimburse (atau meminta TK mengeluarkan official invoice agar LPDP membayar asuransi setahun kedepan in advance) hanya di asuransi publik saja agar nanti tidak merepotkan Anda sendiri di kemudian hari.

 

Semoga informasi ini dapat berguna bagi teman-teman semuanya, terutama bagi teman-teman FORMAL yang sudah berusia diatas 30 tahun dan berencana akan membawa keluarga. Viel Glück! 🙂

 

Oleh: Dimas Yoga Rukmana | Awardee LPDP PK-38 TU München

Jalan-jalan senang di tengah kota Frankfurt

 

Apabila pembaca berencana mengunjungi Frankfurt am Main, salah satu kota terbesar di Jerman yang terletak di negara bagian Hessen dalam waktu yang sebentar yaitu sehari saja (atau bahkan setengah hari :D), baca terus artikel ini. Penulis akan memaparkan beberapa referensi jalan-jalan seru nan bersejarah di tengah kota Frankfurt; kota yang juga terkenal sebagai kotanya penulis kebanggan Jerman, Goethe, dan tempat lahirnya parlemen negara Republik Federal Jerman.

 

Sebagai informasi, di Jerman terdapat Frankfurt lain yang juga sering disebut, yakni Frankfurt an der Oder. Frankfurt yang ini jelas berbeda; dilewati oleh sungai Oder, kota ini terletak di perbatasan Jerman dan Polandia, dan merupakan bagian dari negara bagian Brandenburg, tetangga timur sang ibukota Berlin. Frankfurt yang kali ini akan kita bahas adalah Frankfurt yang dilewati sungai Main 🙂

                                                           [Serupa (nama) tapi tak sama]

 

Frankfurt adalah salah satu dari lima kota terbesar di Jerman dengan populasi kurang lebih 5.5 juta. Kota ini merupakan pusat keuangan negara Jerman dan benua Eropa. Buktinya, Bank Sentral Eropa, Bank Federal Jerman, dan bank-bank besar Jerman lainnya seperti Deutsche Bank dan Commerzbank bermarkas di kota yang bandaranya juga merupakan salah satu bandara internasional tersibuk di dunia (Frankfurt Airport atau sering disebut juga sebagai Fraport). Pusat perdagangan saham Jerman, Bursa Efek Frankfurt (Deutsche Börse, atau Frankfurt Börse) telah berdiri dan beroperasi di kota ini sejak tahun 1585.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[Mengapa banteng dan beruang yaa yang menjadi ‘pajangan‘ di depan gedung Deutsche Börse? J]

Namun apakah pembaca tahu? Di balik gambaran metropolis orientasi bisnis yang sering digambarkan secara umum mengenai Frankfurt, kota ini dulunya merupakan pusat politik Jerman selama berabad-abad. Selain dijadikan sebagai pusat pemilihan para kaisar Jerman ketika Kekaisaran Suci Romawi berkuasa di Eropa sekitar abad IX s.d. XIX, kota ini juga merupakan ibukota revolusi dan situs parlemen Jerman pertama yang dipilih secara demokratis. Untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, pembaca bisa mengunjungi situs pertama yang akan kita bahas yaitu Paulskirche (Gereja Santo Paulus).

                                                           [Paulskirche dari luar]

 

Paulskirche terletak di Paulplatz, dekat dengan area Roemerberg dimana balai kota terletak. Masuk ke dalam gedung tidak dipungut biaya sama sekali. Dari pintu masuk, jalanlah ke arah kiri dimana layar tv besar yang memutar penjelasan dalam berbagai bahasa diputar. Selanjutnya searah jarum jam kita akan disajikan dengan paparan atau informasi lebih lanjut dari apa yang telah dijelaskan di layar sebelumnya. Karena dilengkapi dengan berbagai foto-foto, tulisan dan dokumen lama nan bersejarah tersebut, berjalan mengelilingi lantai pertama Paulskirche dijamin tidak membosankan (khususnya buat para pembaca yang menggemari sejarah negara Jerman J).

 

                                                               [Suasana parlementer di Paulskirche, simbol revolusi dan persatuan Jerman di Abad 19]

Jangan sampai terlewat karena begitu terlenanya dengan sejarah gereja ini, hampir di akhir putaran akan terdapat pintu menuju tangga ke atas untuk melihat auditorium Paulskirche, tempat dimana pidato-pidato terkenal dikumandangkan. John F Kennedy pada tanggal 25 Juni 1963 pernah menyampaikan pidatonya di sini ketika berkunjung ke Frankfurt. Konon pidato utama JFK pada saat itu adalah mengenai perubahan iklim. Wah, kira-kira sebenarnya mereka yang hadir saat itu benar-benar mendengarkan apa yang disampaikan tidak yaa melihat keadaan iklim sekarang ini? :/

 

[Di dalam auditorium Paulskirche, apakah pembaca mengenali bendera-bendera yang digantung di situ?]

 

Setelah puas mengelilingi dan mempelajari Pauslkirche, juga tak lupa berfoto-foto di Paulplatz, area luas di depan gereja lengkap dengan taman, bangku, dan burung-burung, pembaca bisa memilih untuk beristirahat di area tersebut sambil mengunyah Kreppel, donat bulat empuk berisi selai pilihan (ada aprikot, stroberi, nanas, bahkan coklat!). Apakah pembaca tahu atau menyadari bahwa Kreppel ini punya beberapa alias: ‘Pfannkuchen‘ sebagaimana disebut di Berlin daerah asal si roti, atau ‘Berliner‘ sebagaimana disebut di berbagai daerah selain Berlin. Sekedar berbagi pengalaman mengenai roti bulat manis ini, penulis pernah berbincang dengan seorang teman yang lahir dan besar di Berlin dan ketika penulis berkata bahwa Pfannkuchen mereka adalah donat, wahh wajahnya langsung muram durja. Konsep kuliner sebagai identitas suatu daerah ternyata sangat berlaku untuk kasus ini 😀

                                                                                                                             [Ya, dua-duanya Berliner kok!]

 

Kembali ke Frankfurt dan pembaca yang sedang beristirahat untuk melanjutkan JJSnya, apabila pembaca ternyata adalah penikmat kopi, sangat disarankan mengunjungi Wacker‘s Kaffee. Berlokasi di Kornmarkt 9, jarak tempuh dengan berjalan kaki hanya sekitar 2-3 menit dari Paulplatz – dengan peta dan petunjuk yang tepat tentunya. Kedai kopi mungil ini berdiri sejak 1914 dan merupakan favorit warga Frankfurt. Kunjungan di waktu apapun akan diwarnai dengan wara-wiri warga sekitar (dan mungkin beberapa turis berwawasan :D) – pengunjung kedai kopi ini bermacam-macam, dari para senior/orang tua yang sekedar mengobrol sambil menikmati Apfelstrudel dengan kopi susunya, pekerja eksekutif yang memang membutuhkan dosis kafein hariannya, sampai pak polisi yang mampir untuk mengambil kopi favorit untuk menemaninya bertugas.

                                                                                                                          [Suatu siang di Wacker’s Kaffee]

Selesai beristirahat, dengan ataupun tanpa kopi, sekitar 240 meter dari Wacker’s Kaffee ke arah barat daya dengan peta manual, kita bisa mengarahkan langkah kaki ke destinasi selanjutnya di Grosser Hirschgraben 23-25, yaitu kediaman Johann Wolfgang Von Goethe. Lebih mudah dari melihat peta manual maupun Googlemap, ikuti saja petunjuk jalan dengan tanda panah bertuliskan “Goethehaus“, atau lebih mudah dan disarankan lagi tanyakan kepada pejalan kaki di sekitar “Wo ist das Goethehaus?“ (bagi yang baru saja belajar bahasa Jerman sangat dianjurkan untuk mempraktikan sedikit bahasa Jermannya ;D)

 

                                                                                                                               [Goethehaus ca 1750]

Di Goethehaus, pembaca yang berstatus pelajar akan mendapatkan diskon harga tiket masuk dari 7 Euro menjadi 3 Euro; oleh karena itu membawa kartu pelajar sangat penting untuk menunjukkan identitas di pintu masuk. Sangat disarankan ketika sudah di sini pembaca menyewa audio guide seharga 3 Euro, tidak hanya penjelasan dan cerita dari rumah dimana Goethe lahir dan besar dipaparkan, beberapa fakta menarik seperti situasi dan kondisi Frankfurt dan sekitarnya pada masa itu juga diceritakan. Museum ini sangat menarik bagi penggemar ataupun bukan penggemar sang penyair karena di samping cerita sejarah keluarga Goethe, pengunjung akan diajak melihat gambaran kehidupan keluarga menengah ke atas Eropa di abad XIII. Sebagai informasi, pembaca diharap menyimpan selfie stick atau tongsisnya yaa, larangan tegas tertulis di museum melarang pengunjungnya menggunakan tongsisnya. Mungkin (tapi semoga tidak) pernah ada kejadian tidak menyenangkan terkait turis dan tongsis di sini. Hm, mengingatkan saya khususnya akan kejadian kebun bunga di Indonesia 🙂

 

                                           [Selfie terkenal itu]

 

Oh ya, membicarakan kota Frankfurt mustinya tak lepas dari Frankfurter Buchmesse, pameran buku terbesar di dunia berdasarkan jumlah pengunjung yang diadakan setiap tahun di bulan Oktober, yang versi modernnya telah berlangsung sejak 1949. Belum lama ini, Indonesia sukses menjadi guest of honor di pameran yang kali itu bertemakan 17,000 Inseln der Imagination (imajinasi 17,000 pulau). 75 penulis buku dari Indonesia datang untuk bercerita bahkan mempromosikan buku baru mereka. Selain itu pameran ini juga diramaikan dengan berbagai dekorasi menarik dan kuliner a la Indonesia tentunya.

Sampai saat ini, penulis belum mengunjungi restoran Indonesia di Frankfurt, eksistensinya pun penulis belum menyelidiki lebih lanjut. Apabila pembaca memiliki pengalaman, rekomendasi, atau apa pun yang ingin dibagi untuk pembaca lainnya mengenai Frankfurt, dengan senang hati kami terima masukannya di kolom komentar di bawah!

Na ja, isch mach weider..*

*Auf Wiedersehen dalam bahasa Hessen

Note: Foto-foto dapat dilindungi hak cipta

 

Penulis : Dita Kusumawardani Saragih

(Studi Magister, Freie Universität Berlin)

ChocolART, Festival Cokelat Terbesar di Jerman

ChocolART merupakan Festival cokelat terbesar di Jerman yang diselenggarakan setiap tahunnya di Kota Tuebingen. Festival ini diadakan setiap akhir bulan November sampai awal bulan Desember sebelum Weihnachtsmarkt dimulai. Pada Festival ini, banyak stand dari produsen coklat lokal hingga internasional, yang menjual coklat dari yang berbentuk batangan, cair, sampai bentuk unik-unik. Produsen coklat juga biasanya memasarkan produk spesialnya yang tidak dijual bebas di festival ini. Hal-hal yang menarik dari chocolART ini selain tidak adanya tiket masuk, alias gratis, di festival ini kita bisa mencicipi produk coklat gratis (kalau penjual coklatnya menyediakan sample coba gratis.. hehe), ada juga kursus pengolahan coklat, berbagai seni rupa dari coklat, ada juga pertunjukan pengolahan coklat yang bisa kita lihat langsung. Kita juga bisa mendapat ilmu-ilmu menarik tentang coklat di festival ini karena terdapat juga museum cokelat serta ada kuliah/presentasi mengenai coklat.

Untuk info lebih lanjut tentang ChocolART bisa mengunjungi web berikut : www.chocolart.de

 

Berikut foto-foto dari ChocolART tahun 2015 :

ChocoART 2

ChocoART

 

Penulis : Arif Luqman

(Studi Doktoral, Eberhard Karls Universitat Tubingen)