Romantisme dalam Heidelberg

Heidelberg, kota yang mulai disebut pada tahun 1196 sebagai ‘Heidelberch’ ini merupakan bagian dari negara bagian Baden-Württemberg. Kota yang dialiri sungai Neckar ini, menjadi bagian sejarah panjang dalam cerita Jerman sebelum dan sesudah menjadi negara Republik Federal. Heidelberg dikenal juga sebagai kota wisata dan kota pelajar.

living in heidelberg_2301
Sungai Neckar di Waktu Senja
living in heidelberg_8189
Alte Brücke (Old Bridge) Heidelberg

Dikenal sebagai kota wisata, Heidelberg dikunjungi lebih dari 3,5 juta wisatawan dari berbagai negara setiap tahunnya. Heidelberg Schloss atau kastil Heidelberg merupakan salah satu daya tarik utama para wisatawan untuk mendatangi kota yang juga dilabeli sebagai kota romantis ini. Kastil Heidelberg bergaya arsitektur gotik dan renaissans, terletak di bukit Königstuhl dan tercatat dibangun pertama kali sebelum tahun 1214. Kastil Heidelberg kemudian mengalami beragam perubahan dan penambahan tergantung pada penguasanya masa itu. Untuk menuju kastil pengunjung mempunyai dua opsi, dengan berjalan kaki mengikuti tangga-tangga yang dibangun atau menaiki Bergbahn sejenis kereta kabel yang dibangun hingga ke puncak Königstuhl.

Heidelberg juga dikenal sebagai pusat cerita-cerita romantis. Tercatat beberapa pujangga Jerman seperti Joseph von Eichendorff hingga Johann Wolfgang von Goethe pernah mengunjungi kota ini untuk berkarya. Philosophenweg (Jalan para filsuf) adalah sebuah jalan kecil di bukit Heiligenberg yang berada di seberang Kastil Heidelberg. Dari seberang Kastil, pengunjung bisa menikmati kesunyian yang ditawarkan dan indahnya pemandangan Heidelberg dari ketinggian.

Heiligenberg tidak hanya menyimpan cerita tentang para filsuf dan pujangga Jerman. Melainkan juga sebuah teater terbuka bernama Thingstätte yang dibangun pada masa kekuasaan Nazi di Jerman. Ketika Nazi mengambil alih pemerintahan Jerman dan membuat negara itu menjadi blok sentral pada perang dunia kedua, Thingstätte dijadikan tempat penampilan teater dan juga propaganda Nazi. Kini tempat yang diarsiteki oleh Hermann Alker itu dijadikan tempat pertunjukan Walpurgis Night dan beberapa konser.

living in heidelberg_4236
Heidelberger Schloss
DSCF5531
Pemandangan Kota Heidelberg dari Atas Kastil     
living in heidelberg_6856
Hiruk Pikuk dan Romantisme Heidelberg
living in heidelberg_8647
Suasana Altstadt Heidelberg

Dalam sejarah kekaisaran Romawi, Ruperto-Karola Universitas Heidelberg adalah universitas ketiga yang didirikan Universitas Bologna di Italia dan Universitas Wina di Austria. Sebagai Universitas tertua di jerman, Universitas Heidelberg menaungi 30.848 Mahasiswa (pada Winter Semester 15/16) dengan 5.590 diantaranya adalah mahasiwa internasional.

Universitas Heidelberg membagi empat fakultasnya ke dalam tiga kampus. Kampus Altstadt yang terletak di sepanjang kota tua merupakan tempat bagi para mahasiswa Hukum dan Ilmu Sosial menimba ilmu. Mahasiswa Politik dan Ekonomi mendapatkan tempat kuliah di kampus Bergheim yang sebelumnya merupakan Krehl Klinik. Kemudian di sisi lain kota, mahasiswa Sains dan Kedokteran mendapatkan tempat di Kampus Neuenheimer Feld, lengkap dengan beragam Institusi Pendukung  seperti DKFZ (German Cancer Research Center) dan Rumah Sakit Universitas juga berada di kampus Neuenheimer Feld. Tak heran jika kampus Neuenheimer Feld tercatat sebagai kampus sains terbesar di Jerman.

Sebagai universitas tertua di Jerman, universitas dengan motto Semper Apertus- Zukunft Seit 1386 ini tercatat sebagai universitas yang memiliki peraih hadiah nobel terbanyak. Tercatat ada 56 peraih nobel yang memiliki koneksi dengan universitas yang berada pada rangking 37 dunia (menurut Best Global Universities Ranking).

living in heidelberg_8128
Altstadt Campus Universitât Heidelberg
living in heidelberg_8190
DKFZ Heidelberg

Setelah perang dunia kedua selesai, Amerika Serikat membangun pangkalan tentaranya di beberapa tempat di Jerman, salah satunya Heidelberg. Hal itu dikarenakan Heidelberg adalah salah satu kota yang tidak hancur kala sekutu mengebom kota besar di Jerman untuk mengakhiri perang dunia kedua. Amerika Serikat membangun beberapa barak dan juga rumah sakit untuk keperluan tentaranya di wilayah Kirchheim, dan Rohrbach. Namun setelah 2014, pangkalan militer itu resmi dikosongkan dan diserahkan pada Jerman untuk dipergunakan sebagai tempat tinggal masyarakat sipil.

Beberapa karya-karya seniman juga mendapatkan inspirasi dari Heidelberg. Diantaranya adalah lagu lama I lost my heart in Heidelberg yang ditulis oleh komposer Fred Raymond, dan menjadi lagu khas dari kota Heidelberg. Belum lagi penulis terkenal Mark Twain juga pernah memasukkan kota ini dalam tulisannya dalam bukunya yang berjudul A Tramp Abroad.

Karena menariknya sejarah masa lalu Heidelberg yang membuat para wisatawan datang berkunjung sepanjang tahun. Lebih dari 80 persen penduduk kota ini menggantungkan hidupnya pada sektor turisme.  Sementara sisanya bekerja di sektor industri, salah satu industri yang terkenal adalah pabrik minuman ringan Capri-Sonne yang berlokasi di Eppelheim.

 

 

 

Kontributor Artikel : Ariani Rahadian (Bachelor Student of Molecular Biotechnology, University of Heidelberg)

Kontributor Foto : Raisatun Nisa Sugiyanto (Master Student of Molecular Biosciences, Major Cancer Biology, University of Heidelberg- LPDP PK 38 Banu Bangsa)

Hannover, Kota Cantik di Tengah Eropa

Hannover (Courtesy: hannover.de)

Kota yang terletak di kawasan utara Jerman ini merupakan ibukota dari Bundesland Niedersachsen atau Lower Saxony sekaligus kota terbesar ke-13 di Republik Federal Jerman. Karena letaknya yang secara geografis berada di tengah Eropa, Hannover kemudian menjadi meeting point favorit bagi para pebisnis atau penguasa sejak dulu kala. Hannover pun kemudian menjelma menjadi Messestadt – kota pameran, karena sepanjang tahun beragam ekshibisi digelar di area pameran terbesar di dunia, bahkan beberapa bertaraf internasional seperti CeBIT (pameran terbesar di dunia untuk bidang Informasi Teknologi) dan Hannover Messe.

Exhibition Center Hannover (Courtesy: visithannover.com)
Exhibition Center Hannover
(Courtesy: visithannover.com)

Dalam sejarah, Hannover sebelum masa Perang Dunia (PD) adalah salah satu kota industri dan jalur transportasi yang penting di Jerman. Karena itulah, kota ini luluh lantak dibumihanguskan pada PD II. Meskipun begitu, mengingat peran besar dan sejarah panjang Hannover, hampir seluruh situs bersejarah di kota ini dibangun kembali.

Stasiun Utama Hannover – Hannover Hauptbahnhof (Courtesy: Wikimedia commons)
Stasiun Utama Hannover – Hannover Hauptbahnhof (Courtesy: Wikimedia commons)

Selayaknya kota besar lain di Eropa, Hannover juga menyuguhkan beragam destinasi wisata. Neues Rathaus (Balaikota), Maschsee, Altstadt (kawasan kota tua), Herrenhäusergarten (kompleks taman kerajaan), dan Leibniz Zoo Hannover (salah satu kebun binatang terbaik di Eropa) adalah beberapa objek wisata yang paling sering dikunjungi. Bagi para penyuka wisata edukatif, Hannover juga memiliki berbagai museum dengan beragam koleksi menarik dan gratis dikunjungi di hari Jumat setiap minggunya.

Maschsee Hannover (Courtesy: hannover.de)
Maschsee Hannover
(Courtesy: hannover.de)

Selain wisata, kota yang dinobatkan oleh UNESCO sebagai city of music ini juga salah satu kota tujuan para pelajar dari berbagai negara. Leibniz University Hannover adalah salah satu Universitas terbaik di Jerman, begitu pula Hannover Medical School yang terkenal sebagai pusat riset jantung artifisial dan cochlear implant terbaik dunia. Biaya hidup yang relatif murah menambah daya tarik pelajar dari berbagai penjuru dunia untuk mengecap pendidikan di kota ini.

Gottfried Wilhelm Leibniz Universität Hannover (Courtesy: FBoller.de)
Gottfried Wilhelm Leibniz Universität Hannover
(Courtesy: FBoller.de)

Hannoveraner, sebutan untuk penduduk Hannover adalah penutur Hochdeutsch, yang menjadi standard bahasa Jerman. Sehingga belajar bahasa Jerman di kota ini adalah pilihan tepat. Meski secara umum penduduk Hannover kaku dan nampak tidak ramah sebagaimana lazimnya orang-orang di kawasan utara Jerman, mereka sangat menyukai musik, seni dan berbagai perayaan. Bahkan Oktoberfest di Hannover merupakan perayaan terbesar kedua setelah Munich. Setiap musim panas, Hannover juga menjadi penyelenggara festival kembang api internasional dan selalu menyajikan pertunjukan spektakuler di kawasan Herrenhäusergarten.

Neues Rathaus Hannover (Courtesy: Elizabeth Kovar)
Neues Rathaus Hannover
(Courtesy: Elizabeth Kovar)

 

Bitte kommen und besuchen Sie Hannover.. das Zentrum Europas!

10 Mei 2016

Vira Agustina

Jalan-jalan senang di tengah kota Frankfurt

 

Apabila pembaca berencana mengunjungi Frankfurt am Main, salah satu kota terbesar di Jerman yang terletak di negara bagian Hessen dalam waktu yang sebentar yaitu sehari saja (atau bahkan setengah hari :D), baca terus artikel ini. Penulis akan memaparkan beberapa referensi jalan-jalan seru nan bersejarah di tengah kota Frankfurt; kota yang juga terkenal sebagai kotanya penulis kebanggan Jerman, Goethe, dan tempat lahirnya parlemen negara Republik Federal Jerman.

 

Sebagai informasi, di Jerman terdapat Frankfurt lain yang juga sering disebut, yakni Frankfurt an der Oder. Frankfurt yang ini jelas berbeda; dilewati oleh sungai Oder, kota ini terletak di perbatasan Jerman dan Polandia, dan merupakan bagian dari negara bagian Brandenburg, tetangga timur sang ibukota Berlin. Frankfurt yang kali ini akan kita bahas adalah Frankfurt yang dilewati sungai Main 🙂

                                                           [Serupa (nama) tapi tak sama]

 

Frankfurt adalah salah satu dari lima kota terbesar di Jerman dengan populasi kurang lebih 5.5 juta. Kota ini merupakan pusat keuangan negara Jerman dan benua Eropa. Buktinya, Bank Sentral Eropa, Bank Federal Jerman, dan bank-bank besar Jerman lainnya seperti Deutsche Bank dan Commerzbank bermarkas di kota yang bandaranya juga merupakan salah satu bandara internasional tersibuk di dunia (Frankfurt Airport atau sering disebut juga sebagai Fraport). Pusat perdagangan saham Jerman, Bursa Efek Frankfurt (Deutsche Börse, atau Frankfurt Börse) telah berdiri dan beroperasi di kota ini sejak tahun 1585.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[Mengapa banteng dan beruang yaa yang menjadi ‘pajangan‘ di depan gedung Deutsche Börse? J]

Namun apakah pembaca tahu? Di balik gambaran metropolis orientasi bisnis yang sering digambarkan secara umum mengenai Frankfurt, kota ini dulunya merupakan pusat politik Jerman selama berabad-abad. Selain dijadikan sebagai pusat pemilihan para kaisar Jerman ketika Kekaisaran Suci Romawi berkuasa di Eropa sekitar abad IX s.d. XIX, kota ini juga merupakan ibukota revolusi dan situs parlemen Jerman pertama yang dipilih secara demokratis. Untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, pembaca bisa mengunjungi situs pertama yang akan kita bahas yaitu Paulskirche (Gereja Santo Paulus).

                                                           [Paulskirche dari luar]

 

Paulskirche terletak di Paulplatz, dekat dengan area Roemerberg dimana balai kota terletak. Masuk ke dalam gedung tidak dipungut biaya sama sekali. Dari pintu masuk, jalanlah ke arah kiri dimana layar tv besar yang memutar penjelasan dalam berbagai bahasa diputar. Selanjutnya searah jarum jam kita akan disajikan dengan paparan atau informasi lebih lanjut dari apa yang telah dijelaskan di layar sebelumnya. Karena dilengkapi dengan berbagai foto-foto, tulisan dan dokumen lama nan bersejarah tersebut, berjalan mengelilingi lantai pertama Paulskirche dijamin tidak membosankan (khususnya buat para pembaca yang menggemari sejarah negara Jerman J).

 

                                                               [Suasana parlementer di Paulskirche, simbol revolusi dan persatuan Jerman di Abad 19]

Jangan sampai terlewat karena begitu terlenanya dengan sejarah gereja ini, hampir di akhir putaran akan terdapat pintu menuju tangga ke atas untuk melihat auditorium Paulskirche, tempat dimana pidato-pidato terkenal dikumandangkan. John F Kennedy pada tanggal 25 Juni 1963 pernah menyampaikan pidatonya di sini ketika berkunjung ke Frankfurt. Konon pidato utama JFK pada saat itu adalah mengenai perubahan iklim. Wah, kira-kira sebenarnya mereka yang hadir saat itu benar-benar mendengarkan apa yang disampaikan tidak yaa melihat keadaan iklim sekarang ini? :/

 

[Di dalam auditorium Paulskirche, apakah pembaca mengenali bendera-bendera yang digantung di situ?]

 

Setelah puas mengelilingi dan mempelajari Pauslkirche, juga tak lupa berfoto-foto di Paulplatz, area luas di depan gereja lengkap dengan taman, bangku, dan burung-burung, pembaca bisa memilih untuk beristirahat di area tersebut sambil mengunyah Kreppel, donat bulat empuk berisi selai pilihan (ada aprikot, stroberi, nanas, bahkan coklat!). Apakah pembaca tahu atau menyadari bahwa Kreppel ini punya beberapa alias: ‘Pfannkuchen‘ sebagaimana disebut di Berlin daerah asal si roti, atau ‘Berliner‘ sebagaimana disebut di berbagai daerah selain Berlin. Sekedar berbagi pengalaman mengenai roti bulat manis ini, penulis pernah berbincang dengan seorang teman yang lahir dan besar di Berlin dan ketika penulis berkata bahwa Pfannkuchen mereka adalah donat, wahh wajahnya langsung muram durja. Konsep kuliner sebagai identitas suatu daerah ternyata sangat berlaku untuk kasus ini 😀

                                                                                                                             [Ya, dua-duanya Berliner kok!]

 

Kembali ke Frankfurt dan pembaca yang sedang beristirahat untuk melanjutkan JJSnya, apabila pembaca ternyata adalah penikmat kopi, sangat disarankan mengunjungi Wacker‘s Kaffee. Berlokasi di Kornmarkt 9, jarak tempuh dengan berjalan kaki hanya sekitar 2-3 menit dari Paulplatz – dengan peta dan petunjuk yang tepat tentunya. Kedai kopi mungil ini berdiri sejak 1914 dan merupakan favorit warga Frankfurt. Kunjungan di waktu apapun akan diwarnai dengan wara-wiri warga sekitar (dan mungkin beberapa turis berwawasan :D) – pengunjung kedai kopi ini bermacam-macam, dari para senior/orang tua yang sekedar mengobrol sambil menikmati Apfelstrudel dengan kopi susunya, pekerja eksekutif yang memang membutuhkan dosis kafein hariannya, sampai pak polisi yang mampir untuk mengambil kopi favorit untuk menemaninya bertugas.

                                                                                                                          [Suatu siang di Wacker’s Kaffee]

Selesai beristirahat, dengan ataupun tanpa kopi, sekitar 240 meter dari Wacker’s Kaffee ke arah barat daya dengan peta manual, kita bisa mengarahkan langkah kaki ke destinasi selanjutnya di Grosser Hirschgraben 23-25, yaitu kediaman Johann Wolfgang Von Goethe. Lebih mudah dari melihat peta manual maupun Googlemap, ikuti saja petunjuk jalan dengan tanda panah bertuliskan “Goethehaus“, atau lebih mudah dan disarankan lagi tanyakan kepada pejalan kaki di sekitar “Wo ist das Goethehaus?“ (bagi yang baru saja belajar bahasa Jerman sangat dianjurkan untuk mempraktikan sedikit bahasa Jermannya ;D)

 

                                                                                                                               [Goethehaus ca 1750]

Di Goethehaus, pembaca yang berstatus pelajar akan mendapatkan diskon harga tiket masuk dari 7 Euro menjadi 3 Euro; oleh karena itu membawa kartu pelajar sangat penting untuk menunjukkan identitas di pintu masuk. Sangat disarankan ketika sudah di sini pembaca menyewa audio guide seharga 3 Euro, tidak hanya penjelasan dan cerita dari rumah dimana Goethe lahir dan besar dipaparkan, beberapa fakta menarik seperti situasi dan kondisi Frankfurt dan sekitarnya pada masa itu juga diceritakan. Museum ini sangat menarik bagi penggemar ataupun bukan penggemar sang penyair karena di samping cerita sejarah keluarga Goethe, pengunjung akan diajak melihat gambaran kehidupan keluarga menengah ke atas Eropa di abad XIII. Sebagai informasi, pembaca diharap menyimpan selfie stick atau tongsisnya yaa, larangan tegas tertulis di museum melarang pengunjungnya menggunakan tongsisnya. Mungkin (tapi semoga tidak) pernah ada kejadian tidak menyenangkan terkait turis dan tongsis di sini. Hm, mengingatkan saya khususnya akan kejadian kebun bunga di Indonesia 🙂

 

                                           [Selfie terkenal itu]

 

Oh ya, membicarakan kota Frankfurt mustinya tak lepas dari Frankfurter Buchmesse, pameran buku terbesar di dunia berdasarkan jumlah pengunjung yang diadakan setiap tahun di bulan Oktober, yang versi modernnya telah berlangsung sejak 1949. Belum lama ini, Indonesia sukses menjadi guest of honor di pameran yang kali itu bertemakan 17,000 Inseln der Imagination (imajinasi 17,000 pulau). 75 penulis buku dari Indonesia datang untuk bercerita bahkan mempromosikan buku baru mereka. Selain itu pameran ini juga diramaikan dengan berbagai dekorasi menarik dan kuliner a la Indonesia tentunya.

Sampai saat ini, penulis belum mengunjungi restoran Indonesia di Frankfurt, eksistensinya pun penulis belum menyelidiki lebih lanjut. Apabila pembaca memiliki pengalaman, rekomendasi, atau apa pun yang ingin dibagi untuk pembaca lainnya mengenai Frankfurt, dengan senang hati kami terima masukannya di kolom komentar di bawah!

Na ja, isch mach weider..*

*Auf Wiedersehen dalam bahasa Hessen

Note: Foto-foto dapat dilindungi hak cipta

 

Penulis : Dita Kusumawardani Saragih

(Studi Magister, Freie Universität Berlin)

Stuttgart, Kota di Antara Hutan dan Kebun Anggur

Stuttgart adalah salah satu kota besar yang berada di Jerman. Kota tersebut terletak di wilayah State Baden-Württemberg dan merupakan ibukota dari State tersebut. Kota stuttgart memiliki jarak sekitar 205 KM dari Kota Frankfurt dan 235 KM dari Kota Munich. Keberadaan bandara dan lokasi yang dilalui jalur antar kota menjadikanStuttgart menjadi Kota yang mudah diakses.

Selain dikenal sebagai pusat dari industri otomotif di Jerman, Stuttgart juga merupakan sebuah kota tujuan wisata. Bentang alam di wilayah Stuttgart yang indah merupakan sebuah keuntungan tersendiri. Dibandingkan dengan kota-kota lain di Jerman, Stuttgart memiliki topografi yang relatif berbukit, bahkan lokasi Kota Stuttgart berada di lembah yang dikelilingi area perbukitan.  Landscape yang indah tersebut menjadikan pengalaman mengunjungi Stuttgart berbeda dari saat mengunjungi kota Jerman yang lain. Tidak hanya landscape yang menjadikan Kota Stuttgart menjadi destinasi wisata, namun juga hiburan lainnya, termasuk dengan adanya festival dan event tahunan.

Keberadaan sistem jaringan transportasi yang baik dan terintegrasi, sangat memudahkan pengunjung untuk mengelilingi Kota Stuttgart serta destinasi wisata di sekitarnya. Sistem transportasi publik di Kota Stuttgart dikelola oleh perusahaan bernama VVS. Prasarana transportasi yang termasuk dalam pengelolaan VVS antara lain bus, U-Bahn, dan S-Bahn. Berikut adalah alamat website mengenai pelayanan VVS : http://www.vvs.de/home-vvs/.

Salah satu landmark dari Kota Stuttgart adalah New Palace yang berada di pusat Kota. Bangunan bergaya arsitektur Baroque tersebut dahulunya adalah kediaman Raja Württemberg di tahun 1746 – 1797 dan tahun 1805 to 1807. Bangunan tersebut pada saat ini difungsikan sebagai gedung Parlemen wilayah State Baden-Württemberg. Tepat bersebelahan dengan gedung tersebut terdapat sebuah Square terbesar di pusat Kota Stuttgart. Square yang bernama Schlossplatz tersebut biasa digunakan sebagai lokasi diadakannya event besar di Kota Stuttgart. Ditengah area tersebut terdapat sebuah monumen penting yang bersejarah, sebagai peringatan hari ulang tahun ke 60 Raja Wilhelm I dari Württemberg. Konigstrase yang juga merupakan area perbelanjaan di Stuttgart juga terletak tidak jauh dari kedua lokasi yang diceritakan sebelumnya. Konigstrase menjadi sebuah tempat yang ramai dikunjungi terutama di akhir pekan.

 

stuttgart
Suasana Schlossplatz, Stuttgart

Stuttgart juga memiliki beberapa museum terkemuka, antara lain adalah Museum Mercedes dan Museum Porsche. Mengunjungi Kota yang dikenal sebagai pusat industri otomotif, tidak akan lengkap rasanya tanpa menyempatkan diri mengunjungi kedua museum tersebut. Museum tersebut menyajikan perjalanan sejarah perusahaan dan para pendirinya hingga catatan penting perjalanan perusahaan tersebut. Selain informasi tersebut, hal yang paling menjadi daya tarik utama keduanya adalah ditampilkannya koleksi hasil produksi dari kedua pabrikan tersebut, lintas jaman dari produksi di masa lalu hingga prototype desain futuristik. Wahana simulasi kendaraan balap pun tersedia untuk memberikan pengalaman bagi pengunjung.

stuttgart2
Simulasi Mobil Balap _Posche Museum
stuttgart 3
Koleksi di Mercedes Benz Museum

 

Menjelajah di alam terbuka juga merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan untuk dilakukan di Stuttgart. Salah satunya adalah dengan mengunjungi sebuah taman perkotaan yang bernama Killesberg. Di taman tersebut terdapat sebuah menara observasi setinggi 40 meter. Menara yang berbentuk unik tersebut merupakan salah satu landmark yang ada di Kota Stuttgart. Dari atas menara tersebut , nampak pemandangan landscape Kota Stuttgart yang jelas. Kebun anggur yang berada di perbukitan di sekeliling Kota Stuttgart juga menyajikan suasana nyaman bernuansa alam namun memiliki pemandangan yang juga indah untuk dipandang.

Banyak hal yang menyenangkan di Stuttgart untuk dinikmati dan masih banyak tempat yang dapat dijelajahi. Untuk informasi lebih lanjut silahkan lihat di : https://www.stuttgart-tourist.de/en. Selamat menikmati keindahan Kota Stuttgart.

Aditya Pradana Ganda Saputra

PK-31

Berteman Purnama di Laut Baltik dan Laut Utara

Libur tlah tiba….libur tlah tiba…masa-masa liburan memang sangat dinantikan apalagi untuk mahasiswa seperti saya yang juga punya anak usia sekolah. Biasanya libur saya pun menyesuaikan dengan liburnya anak-anak. Enaknya lagi waktu-waktu libur itu sudah ada ‘template’ nya mulai dari kapan dan akan berakhir kapan untuk waktu liburnya, sehingga memudahkan saya juga untuk mengatur jadwal dan memikirkan lokasi liburan. Tidak mudah memang untuk mencari titik temu antara keinginan anak-anak dan keinginan orang tua dalam menentukan lokasi liburan.

Liburan Paskah tahun ini kami pun telah merencanakan untuk plesiran mengarungi Laut Baltic dan Laut Utara sejak jauh hari. Keluarga kecil kami sangat mencitai yang hal-hal yang berbau laut, pantai, dan ombak. Beruntungya, semua setuju kalau liburan kali ini kami berpesiar dari Kiel, Jerman, menuju Oslo, Norwegia menggunakan kapal laut. Ya…kapal laut! Saya mencoba rasa liburan yang lain dari biasaya menggunakan pesawat, kereta ataupun bis. apalagi buat istri dan anak-anak saya, berlayar dengan kapal laut ini adalah yang pertama. Untungnya lagi, mereka menyukainya. Semoga menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka.

laut baltik 1

Rute perjalanan Kiel – Oslo – Kiel

Kapal M/S Color Magic yang dibuat pada tahun 2007 ini mampu menampung sebanyak 2.700 penumpang dengan lebih dari 500 buah kendaraan di dalamnya. Kapal besar ini mempunyai panjang mencapai lebih dari 220 meter dan tinggi hampir 60 meter. Tak kurang ada sebanyak 14 deck (lantai) yang bisa kami sambangi satu per satu selama perjalanan tersebut. Total 3 hari 2 malam kami di atas kapal ini, dan boleh dibilang sangat TIDAK membosankan, kok bisa?

laut baltik 2

Penampakan Kapal MS Color Magic sedang docking di Oslo

Sengaja kami memilih kamar yang bisa melihat ke laut secara langsung agar bisa melihat Sun rise ataupun Sun set atapun kapal lain yang berseliweran bahkan bisa melihat rembulan saat purnama di tengah laut. Eksotis! Perjalanan dimulai dari Kiel, kota pelabuhan di utara Jerman, pada pukul 14.00 dan dijadwalkan sampai keesokan harinya di Oslo pada pukul 10.00 pagi. Nah selama menunggu kedatangan di Oslo itulah banyak aktivitas yang kami lakukan.

laut baltik 3Kamar yang kami tempati selama cruise

Deck 7 merupakan pusat berkumpulnya penumpang, di sini banyak sekali restoran, tempat belanja, warung minum, pusat pertunjukan hingga pojok anak-anak. Manajemen pun kapal telah mempunyai template jadwal hiburan bagi para pengunjung sejak para penumpang boarding, khususnya untuk anak-anak. Beberapa diantaranya adalah atraksi badut, atraksi balon, face painting, sirkus, hingga dancing. Semuanya khusus untuk anak-anak. Belum lagi ada semacam water boom yang mereka beri nama Aqualand, orang tua dan anak bisa masuk bermain di arena berenang tersebut. Eeh ternyata di dalam kapal juga ada arena permainan anak semacam Time Zone kalau di Indonesia, dengan cara memasukkan koin mata uang Norwegia yaitu Kron. Tidak perlu khawatir juga, di dalam kapal sudah ada money changer untuk penukaran mata uang apapun.

laut baltik 4

Beberapa fasilitas yang ada di deck kapal dan menemani selama perjalanan

Tak lengkap kalau berlayar hanya menghabiskan waktu di dalam ruangan. Wajib hukumnya menikmati sunset ataupun sunrise dari atas geladak kapal. Ada beberapa spot di seputaran kapal yang diperuntukkan bagi penumpang untuk menerawang ke tengah Laut Baltik dan Laut Utara dan ditemani cahaya matahari senja yang mulai tenggelam. Bahkan pada satu lokasi di daerah Denmark, kapal melewati sebuah jembatan yang melintang di atas lautan, jembatan itu bernama Grossebelt Brucke. Epic!

laut baltik 5

Menerawang jauh ke hampatan lautan luas

Saat malam menjelang, romantisme semakin menjadi saat live performance dari para rtis kapal yang menyanyikan banyak sekali lagu romantis yang dipadu dengan efek digital yang ciamik. Tarikan vocal para penyanyi yang yahud pun tak jarang dikolaborasi dengan gerak tarian, seperti drama musikal. Tak kurang dari 2 jam penampilan mereka dalam dua sesi yang berbeda sangat memukau para tamu. Penampilan yang paling memikat buat saya adalah saat duet penyanyi melantunkan OST film “Ghost” yang hanya disinari satu lampu sorot ke masing-masing penyanyi, dan itu suaranya…asoy geboy sekali. Ah pokoknya tak salah memilih waktu romantisme menikmati pertunjukan hanya berdua dengan istri disaat anak-anak terlelap setelah beraksi di siang hari :-)

laut baltik 6

Malam makin larut dan pertunjukan telah usai. Hanya rembulan yang sempurna menemani kami menuju tujuan akhir perjalanan kali ini. Ya…rembulan yang terang sangat jelas terlihat dari jendela kamar kami, sambil menanti datangnya pagi. Oslo pun menanti di ujung sana dan banyak waktu tersisa bagi kami untuk mengeksplorasi sudut-sudut menarik ibukota Norwegia tersebut. Selamat malam.

Originally posted on : http://blogs.unpad.ac.id/myawaludin/2015/04/12/berteman_purnama/

Penulis : M. Yusuf Awaluddin (Awardee LPDP Jerman, S3 Universität Bremen )

The Real Disney Castle Neuschwanstein Schloss (Füssen, Bavaria, Germany)

Jika anda pernah ke Disney Land atau paling tidak menonton film Disney, pasti kalian tau kastil yang sering muncul di pre-opening film Disney. Nah, ternyata kastil yang ada di negeri dongeng Disney itu, terinspirasi dari kastil sungguhan yang ada di Jerman lho! Berikut ini  mas Yusron Wahyudi dan mbak Nova Resvita berbagi pengalaman mereka mengunjungi kastil negeri dongen Disney.

Indonesian Version

Kastil atau schloss (bahasa Jerman) itu adalah Neuschwanstein Schloss! Kastil ini berada di kota kecil Füssen di provinsi (bundesland) Bavaria, Jerman.

disney 1

Kastil ini tidak hanya memberikan dekorasi yang indah, tapi juga pemandangan pegunungan alpen yang sangat cantik. Jika anda masuk ke dalam kastil dan berdiri di balkon khusus pengunjung, maka anda akan menikmati pemandangan danau Alp (Alpsee) dan pegunungan Alpen (Alps) sekaligus.

disney 2

Kebetulan gambar diatas diambil pada sore hari dan cuaca sedang mendung. Tapi teman – teman bisa bayangkan jika cuaca bagus, maka yang terlihat adalah danau Alp, pegunungan es Alpen, dan langit biru yang menawan, so picturesque !

Biaya perjalanan :

  1. Pada perjalanan saya kali ini menggunakan tiket schönes Wochenende ticket. Informasi selengkapnya bisa diklik di sini.
  2. Setelah tiba di Füssen, kita dapat menggunakan bus ke kompleks kastil dengan harga EUR 4.4 untuk 1x return ticket.
  3. Setiba di kompleks kastil, terdapat loket tiket untuk memasuki museum. Info mengenai harga tiket bisa diklik di sini
  4. Nah, untuk ke kastil, kita harus mendaki sekitar 40 menit jalan santai atau 15 menit jalan cepat. Pihak pengelola memberikan layanan transportasi berupa bus dan kereta kuda. Karena tim kami biasa olahraga (turun tangga apartment, haha) maka setelah beli tiket masuk kami memutuskan untuk jalan cepat ke atas bukit menuju kastil Neuschwanstein. Jalannya mendaki dan lumayan juga ternyata.
  5. Selama pendakian ada rest area, dimana para pengunjung dapat membeli makanan dan minuman. Harga rata – rata berkisar EUR 6 – 10 untuk makanan dan EUR 3 – 7 untuk minuman.
  6. Toilet umum EUR 0.50 (di luar kastil)

Di atas bukit ada spot yang sangat bagus yaitu Marienbrücke (Jembatan Marien) dimana kita dapat melihat kastil dan danau secara bersamaan, sungguh indah!

Berikut foto – foto nya :

disney 3   disney 4

Di sebelah kiri adalah Marienbrücke dan di sebelah kanan adalah Alpsee & The Alps.

Tips perjalanan :

  1. Jika ingin memasuki museum, saran saya agar datang pagi – pagi karena sistem masuk museum menggunakan sistem batch/kloter. Jika beli tiket siang hari, kemungkinan anda akan mendapatkan jadwal batch/kloter sore. Hal ini akan mengganggu apabila anda punya jadwal lain pada sore hari.
  2. Mengingat setiap kloter dibatasi baik jumlah pengunjung dan waktu kunjungan di dalam kastil ini, maka menurut saya eksplorasi di lingkungan kastil saja sudah cukup. Sehingga, jadwal perjalanan anda tidak terhambat dengan jadwal batch/kloter tiket masuk anda.

Selamat menikmati pemandangan pegunungan alpen dan kompleks kastil yang indah, semoga perjalanan anda menyenangkan! Auf wiedersehen!

Penulis : M. Yusron Wahyudi (Awardee LPDP Jerman, S2 Karlsruhe Institute of Technology)

English Version

Have you ever heard about The Disney Castle of Sleeping Beauty? It’s not only in the fairytale, it does exist in real life. The castle named is Schloss Neuschwanstein, a castle located in Fussen, Bavarian area which is 131km far from Munich.

Well, I’d like to share what so called “small adventure” to reach a site where the beautiful view can be seen. My friends and I stood up in front of the castle while thinking how to take the full view of this castle. We did know the bridge name but we had no idea how to get there. Then we decided to ask people. It was slippery dangerous pathway due to the bad weather, raining and snowy. The gate to Marienbrücke Bridge where we could see the beautiful view of Neuschwanstein was closed for the safety of visitors. But strangely, we saw many people tried to climb the gate even children too. It was so crazy that we decided to break the rules, penetrate the blocked gate and keep walking on the climbed way. It wasn’t raining at the moment but the ice was melted and the footpath was so slippery, right side was the hills and left side was the cliffs. I almost felt down for many times due to the bad shoes. It took quite much energy to climb up. In the middle way to get there, I decided to stop and would like to go back down because suddenly remembered what had happened 3 years ago when I slipped down in the tea garden area and almost broke my arm. But my friends reminded me that we were already in the middle, close enough to reach the bridge. Well, I didn’t know something triggered myself and agreed with what my friends explained. Then we kept walking on that slippery route. Thanks to my friends who convinced me to not give up.

WOW, great thing when we reached the gate was the landscape was extremely awesome. It was totally breathtaking, the best view I ever seen in my life. At the moment reaching the top, there was a small bridge connecting 2 sides of the hills where we can see completely the whole castle and surrounding area. But then I remembered that I have phobia when standing on the high place. At the moment I glanced down to what was below the bridge, my feet started to tremble, my mind started thinking that it’s gonna break down. Luckily, my desire to see perfect view was high enough to defeat that fear. I stepped forward to the middle of the bridge. Oh then suddenly the grainy tears fall down to these cheeks. How Grateful Allah is for creating such beautiful scenery in this earth. The beautiful Alpen mountains coated by snow, surrounded by green lake, pure streams flowing down the bridge and extremely amazing beautiful castle. The nature there was so pure. It was perfectly awesome when the snowfall came over, hit this red coat, face, camera and everything. Alhamdulillah, this was my first experience to climb up the slippery iced pathway. Great things could be learned and one of them was”Keep moving on, keep climbing, do not give up. You’ll see the beautiful view on the top and that time you’ll realize that everything is paid off. ”

1527089_10201227899954678_1172945571_n

Penulis : Nova Resvita (Awardee LPDP Jerman, S2 RWTH Aachen)

Semriwingnya Tahun Baru di Zürich

Tanggal 31 Desember 2014 sore, kami (saya (Arif), Galih, Ruri, dan Rinda) berangkat dari studentenwohnheim ke Tuebingen Busbahnhof. Kami berencana “merayakan” tahun baru di Zürich yang konon kabarnya kembang apinya termasuk 10 besar termegah di dunia. Dari Tuebingen Ke Zürich kami naik Bus dengan ongkos cuman 7,5 Euro per orang dan estimasi waktu tempuh 2.5 jam, lumayan cepat dan murah buat kantong mahasiswa yg punya prinsip hidup hemat asal survive seperti kami (kecuali Rinda).. Hahaha

Setelah sampai di perbatasan Jerman-Swiss, bus berhenti untuk pengecekan visa para penumpang oleh petugas perbatasan. Estimasi 2.5 jam molor sampai sejam karena ada beberapa penumpang bermasalah, salah satunya si Ruri yg gak bawa visa… #duh. Alhasil Ruri diberi selembar kertas yg isinya menyatakan batas waktu berkunjung di Swiss maksimal 7 hari (kalau gak salah).. siapa juga yg mau lama2 di Swiss yg terkenal halmahera alias mahal.. hahaha.

Sampai di busbahnhof Zürich, kami jalan masuk ke Hauptbahnhof (Hbf) dengan tujuan mencari petunjuk dan kehangatan. Maklum winter lagi dingin-dinginnya. Di Hbf ternyata rame banget mungkin karena orang2 juga ingin menyaksikan kembang api di Zürich. Dari Hbf kami dapat peta gratis kemudian kami memutuskan untuk jalan menuju jembatan yang konon bakal jadi tempat yg strategis banget untuk menyaksikan kembang api. Perjalanan menuju jembatan, kami disuguhi tata lampu Zürich yg ajegile banget. Setelah sampai di jembatan, beuh!! ternyata orang2 ssudah pada ramai banget, semua berebut mencari tempat strategis. Kami pun dapat tempat yg strategis dan ada senderan (alias tepi jembatan.. haha). Lihat jam di hape, waktu masih nunjukin jam 22.00.. weeehh harus nunggu 2 jam lagi nih sambil kedinginan.. #pfft #maklumbackpacker.

20141231230457

Tahun baruan di Zürich perayaanya niat banget, sampai lampu2 digantung sepanjang jalan.

20141231231201

Salah satu gedung yg lampunya cukup meriah dibanding gedung lainnya.

Ngobrol ngalor ngidul gak jelas sambil ngiler liat orang2 pada bawa makanan plus minuman anget.. di saat itu kadang kami ngerasa cobaan hidup beraaaat banget… hahaha. Liat jam lagi, eh sudah hampir 24.00 nunggu sambil dag dig dug…..

20150101000157

Ramai dan penuh sesak di Jembatan. Orang2 juga sedang menunggu kembang api.

Liat jam lagi, eh sudah 24.00, nunggu lagi… kok gak keluar-keluar ya kembang apinya…

Liat jam lagi, ehhhh sudah 24.15.. mulai panik… dimana nih kembang apinya.. jangan2 Cuma hoax atau dibatalin karena krisis ekonomi, atau karena isu global warming nih makanya kembang apinya gak jadi.. # pfft

Dengan langkah gontai kami berempat jalan balik ke Hbf. Beberapa orang juga jalan ke Hbf, makanya kami yakin kembang apinya gak jadi… setelah 5 menit jalan dan ssudah agak jauh dari jembatan tadi.. tiba2 terdengar suara letusan2 kembang api yg rame banget.. DAR DOR DAR DOR!!! Wuuuiiihhhh meriah banget euy!!!!!  Kami pun berlarian menuju jembatan lagi.. kemudian mengambil hape dan merekam momen istimewa ini.. gak peduli tangan kesakitan kayak ditusuk2 pisau akibat dinginnya minta ampun karena harus lepas sarung tangan, karena momen langka ini harus diabadikan.. 😀

Selama 30 menit kembang api bertebaran di langit, selama itu juga kami dibuat terkesima berulang-ulang… 😀

Setelah kemeriahan kembang api selesai… kami pun berjalan… berjalan sambil nyari ide mau tidur dimana… hahahaha.. maklum backpacker ala obdachlos. Dari awal sih kami berencana numpang tidur di masjid, tapi karena malam tahun baru jadi kemungkinan masjid ditutup dan baru dibuka pas subuh, jadi kami memutuskan nyari tempat istirahat buat selonjoran sambil nunggu subuh.

Setelah mikir sana sini sambil jalan, kami memutuskan untuk mencari semacam ATM yang mungkin berpenghangat… jalan sambil toleh kanan kiri, ngecek tiap tikungan, ada sih ATM tapi adanya ATM terbuka tanpa tutup penghangat. Sudah jalan jauh.. gak nemu2 tempat strategis buat selonjoran dan tidur.. mata sudah kriyep2, kaki sudah capek, badan sudah kedinginan.. Disitu kami kadang merasa ngenes.. hahaha

Akhirnya terbersit ide buat numpang istirahat sambil nyemil di Restoran fastfood tapi pasti sudah pada penuh. Akhirnya kamis memutuskan balik ke Hbf untuk mencari sedikit kehangatan.. hehehe

Sampai di Hbf, ternyata Hbf pada rame banget. Rame para muda mudi yg juga turis di Zürich untuk menyaksikan kembang api, yg juga mencari tempat buat selonjoran dan tidur, yg juga berburu kehangatan.. hahahaha… kamipun muter2 Hbf nyari tempat yg pewe buat istirahat. Setelah kurang lebih sejam muter2 gak jelas karena gak nemu tempat strategis, akhirnya kami memutuskan numpang duduk di kedai burger yg cukup ternama. Ealah, nasib, ternyata banyak orang pikirannya juga sama.. hahahaha… walhasil, kedai tersebut penuh. Orang2 pada pesen satu makanan atau minuman doang tapi duduknya lama banget sambil merem2 bikin iri… akhirnya dengan sabar kami nunggu tempat kosong. Pasang mata setajam-tajamnya siap2 rebut tempat kosong yg mau ditinggal penghuni sementaranya. Strategi berhasil, kami dapet satu meja dg empat kursi empuk.. lumayan buat istirahat sambil merem2 dikit. Salah satu dari kami pesen makanan biar gak sungkan numpak duduk doang… hahaha

Ngobrol lanjutan trip sambil merem2 gak terasa sudah 2 jam di kedai burger. Rasa sungkan pun hinggap, dan akhirnya kami memutuskan keluar dan nyari tempat lain. Di luar kedai burger banyak banget orang pada selonjoran dan tidur, di sudut2, dan di tikungan2 yg jarang dilewati orang pada full booked semua.. kami bingung mau istirahat dimana lagi.

Akhirnya nemu satu tempat strategis dekat lift yg jarang dipake.. kamipun duduk sambil pasang selimut, maklum walaupun di dalam Hbf dingin tetap merasuk sampai tulang.. #eak. Setelah pewe dan merem beberapa saat, kami pun dikagetkan oleh polisi cewek yg ngomong “NICHT SCHLAFEN!!” alias “GAK BOLEH TIDUR!!”. Kaget campur malu membuat kami langsung menyingkir nyari tempat lain. Kata2 ini bener2 nancep banget di pikiran kami. Tiap kali ingat kata ini kami langsung ngakak gak berhenti2.. wkwkwkwk

Karena gak berhasil mendapat tempat pewe, tempat duduk seadanya tanpa senderan pun kami jadikan tempat menunggu subuh. Sambil saling merapat dan berselimut, kami ketiduran sambil duduk. Berkali-kali liat jam, rasanya lamaaaaa banget subuh. Hahahaha.

Setelah jam menunjukkan pukul 4.00 kami pun mulai beranjak mencari masjid di mbah gugelmep. Masjid terdekat kira2 6-8 Km dari Hbf #pfft. Dingin, capek, ngantuk, agak lapar, pingin pup, jadi satu.. tapi kami tetep “semangat” berjalan ,menuju masjid. 2 jam berjalan di tengah gempuran dingin yang menusuk, melewati semacam area lokalisasi, melewati pertokoan dengan kaca2 nyaris pecah, dan perumahan-perumahan yg bikin bingung akhirnya kami sampai di masjid turki. Alhamdulillah

Kami pun masuk, walau belum masuk waktu subuh, dan langsung menuju toilet bergantian kemudian ambil wudhu. Setelah sholat subuh berjamaah, kami pun ditawari untuk istirahat di lantai atas diberi minum teh hangat nan nikmat. Tapi yg bikin kami agak nggrundel adalah mereka gak pulang2 dari masjid dan terus ngobrol, kami jadi gak bisa tidur karena sungkan.. hahahahaha

Setelah menunggu beberapa lama, para jamaah pun pulang dan masjid ssudah agak sepi. Kami tidak menyia-nyiakan waktu tsb untuk segera tidur… hahahaha. Rasanya nyamaaaaaaaaaan banget, nyaman karena karpetnya empuk dan ruangannya anget.. #jaditerharu.

20150101105004 20150101105649

Foto bagian luar (kanan) dan dalam (kiri) masjid turki yg kami tumpangi buat istirahat.

Setelah tidur beberapa saat, kamipun sarapan dengan memakan bekal yg sengaja kami siapkan sebelum berangkat (maklum backpacker kere). Setelah sarapan, kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.. #tsaaah

Jalan2 pun dilanjutkan mengunjungi jembatan, dom, kampus ETH Zürich.. dsb kemudian pulang ke Tuebingen buat tidur panjang… hahahahaha

Setelah ditotal jenderal, perorang cuma mengeluarkan 15 Euro buat transport pergi dan pulang Tuebingen-Zürich. Jalan2 dengan budget terbatas emang lebih berkesan daripada yg serba bermewah-mewahan, tapi kalau kebangetan iritnya emang…… (speechless).. hahaha

20150101135215

20150101114343

20150101121039

Beberapa foto hasil jalan2.

Penulis : Arif Luqman (LPDP-Jerman awardee, S3 Eberhard-Karls Universität Tübingen)

Nonton Orchestra di Eropa

Saya adalah salah satu penikmat musik klasik, terutama ketika sedang belajar. Musik klasik yang melantun indah di telinga membuat semangat belajar terpacu, meningkatkan konsentrasi, dan as a stress relief. Fakta ini membuat saya semakin tergila-gila pada musik klasik. Awal bulan maret lalu seorang teman yang sedang suntuk “nesis” mengajak saya untuk “rebound” dari kehidupan akademik. Salah satu mimpi saya yang telah lama terpendam adalah nonton orchestra secara live, mimpi yang belum pernah terwujud karena tidak menemukan teman untuk menonton, momen ajakan rebound tersebut saya sambut dengan gembira, kontan saya tawarkan untuk menonton orchestra, dan Alhamdulillah beliau menerima tawaran tersebut.

Teman saya kemudian teringat akan werbung tentang Göttinger Symphonie Orchester yang dilihatnya di Rathaus beberapa hari lalu dan segera mengecek websitenya. Kabar gembira bagi kami karena pertunjukan diadakan hampir setiap weekend. Kami kemudian memutuskan untuk nonton pada tanggal 20 maret, tapi bagaimana cara beli tiketnya dan bagaimana kita tahu bahwa tiketnya masih tersedia? Kami memilih untuk menelepon customer service agar mendapat jawaban yang cepat dan akurat. Alhamdulillah tiket masih tersedia dan harga untuk student hanya 9.5 €. Kabar gembira berlanjut, kami menemukan cara untuk mendapatkan tiket dengan harga yang jauh lebih murah yaitu 1 €. Caranya? Kami cukup datang ke loket penjualan tiket 1 jam sebelum pertunjukan dimulai, dan tiket masuk seharga 1 € menjadi milik kami.

Singkat cerita, kami mendapatkan tiket tersebut dan mendapat “seat” di bagian depan, sungguh rezeki yang berlimpah, Alhamdulillah, padahal sisa seat di bagian depan hanya ada 5. Tiba di bagian luar studio pertunjukan, terlihat telah banyak penonton yang berdatangan. Sepertinya mind set penikmat musik klasik adalah orang yang umurnya sudah klasik juga, karena terbukti dari 90% penontonnya adalah Oma dan Opa. Hehe.. Pertunjukan berlangsung selama 1 jam 45 menit, terdapat jeda 15 menit diantaranya. Pertunjukan selesai, kami pulang dengan mengayuh sepeda dan larut bersama suasana malam Göttingen yang sudah sepi. Musik klasik di orchestra tadi masih terasa mengalun dengan damai di telinga, alangkah bahagianya kami.

Berikut adalah beberapa tips ketika ingin nonton orchestra:

  1. Buka website event organizernya dan cek apakah jenis musik yang akan dipertunjukkan sesuai dengan minat anda, misalnya Anda penikmat musik dari Bach tapi ternyata yang dipertunjukkan adalah musik dari Mozart, itu akan membuat Anda kecewa dan tidak menikmati pertunjukan.
  2. Setelah mengetahui jenis konser yang akan ditonton, segera kontak customer service untuk bertanya bagaimana cara agar mendapatkan tiket yang “paling” murah walaupun harga untuk student sudah tergolong sangat murah.
  3. Berpakaianlah yang rapi pada saat nonton konser. Anda akan merasa saltum jika memakai kaos oblong dan jeans karena normally yang seharusnya dikenakan adalah gaun semi formal bagi wanita dan kemeja atau jas bagi pria.
  4. Jika pertunjukan diadakan pada malam hari, makanlah dari rumah sehingga Anda tidak akan kelaparan pada saat pertunjukan, atau Anda boleh juga beli makanan dan minuman di gedung pertunjukan.
  5. Jika ingin mendokumentasikan pertunjukan, carilah cara agar tidak ketahuan saat mengambil gambar karena hal tersebut dilarang. Jika ketahuan, mungkin salah satu alasan yang dapat menyelamatkan Anda adalah, Anda ingin menunjukkan kepada keluarga di Indonesia bagaimana keindahan konser orchestra yang dimainkan di Eropa.

Bagi Anda penggemar musik klasik dan bermimpi untuk nonton orchestra secara live di Eropa, semoga suatu saat bisa terwujud. Aamiin 🙂

orchestra_rizah

 

Penulis : Farizah Dhaifina Amran (LPDP-Jerman Awardee, S2 Georg-August Universität Göttingen)