Dunia Penelitian di Jerman : Fraunhofer Gesellschaft sebagai motor penggerak Riset berbasis terapan di Eropa

 

Jerman sebagai salah satu negara yang terpandang di Eropa memiliki sejarah yang panjang dalam dunia penelitian teknologi di dunia. Dunia penelitian di Jerman bersifat dinamis, yang artinya berubah mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan manusia. Dari negeri yang terletak di daratan Eropa ini, dapat kita sebut beberapa tokoh yang terkenal akan penemuan dan inovasi yang mengubah dunia, antara lain Albert Einstein, Carl Benz, Gottliebb Daimler, Johannes Kepler, Max Planck, Joseph von Fraunhofer, dll. Dari nama-nama tersebut, nama terakhir diabadikan untuk membuat suatu organisasi penelitian ilmu pengetahuan terapan yang berbasiskan pada beberapa bidang yang merupakan kebutuhan orang banyak : kesehatan, komunikasi, keamanan, mobilitas, energi, dan lingkungan hidup.

Fraunhofer Gesellschaft atau Organisasi Fraunhofer didirikan pada tahun 1949 yang mana merupakan tahun yang sama dengan didirikannya Republik Federal Jerman. Objek dari sumber pendanaan awalnya adalah berupa donasi dari beberapa distribusi pendanaan dan donasi untuk penelitian ilmu pengetahuan terapan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, organisasi ini diambil dari nama Joseph von Fraunhofer (1787 – 1826) untuk menghargai jasanya dalam mengembangkan metodologi penelitian di bidang optik, ilmu terapan dan rekayasa presisi. Visi dan Misi dari organisasi ini adalah mengembangkan jaringan internasional dari riset terapan untuk pemanfaatan secara ekonomi dan untuk masyarakat dan membantu pengembangan sistem dan teknologi berbasis inovasi untuk pelanggannya.

Organisasi ini merupakan yang terbesar di Eropa untuk riset terapan, dengan memiliki lebih dari 60 fasilitas penelitian di Jerman dengan lebih dari 24.000 staff profesional. Jumlah dari pendanaan risetnya sendiri di tahun 2014 mencapai 2,1 milyar Euro, yang mana 1,8 milyar diperoleh dari kontrak penelitian yang 70% diperoleh dari kontrak dengan dunia industri dan dari proyek pendanaan riset publik, serta hampir 30% dari pendanaan oleh pemerintah Jerman dan beberapa negara bagiannya. Saat ini, organisasi ini juga mengadakan kerjasama dan kolaborasi internasional dengan lembaga-lembaga penelitian di seluruh dunia untuk melakukan riset terapan. Diantara kerjasama tersebut, Organisasi ini berkolaborasi dengan Max Planck Society dengan tujuan untuk meningkatkan bidang-bidang riset excellent dari awal sampai dengan aplikasi dan implikasinya secara ekonomi ke depan.

Dandy_Fraunhofer_2

Gambar : Fraunhofer Institute for Industrial Engineering – Stuttgart, Germany [2]

Dalam melakukan riset dan penelitian, pada umumnya memerlukan bantuan dari mahasiswa dalam melakukan penelitian dan pengembangan suatu teknologi. Oleh karena itu, sangat umum jika lembaga-lembaga penelitian seperti Fraunhofer ini memperkerjakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ada di sekitar fasilitas penelitiannya, untuk bekerja sebagai kerja paruh waktu sebagai Studentische Mitarbeiter, penelitian untuk skripsi, thesis dan disertasi (Bachelor-/ Master-/ Diplomarbeit), serta dapat pula untuk melakukan praktik kerja lapangan, atau yang umum disebut Praktikum. Untuk melihat tawaran-tawaran untuk kerja paruh waktu atau kerja praktik lapangan, anda dapat melihat pada referensi [3].

Sebagai tempat riset aplikasi terapan terdepan di Eropa, tentu tidak mudah untuk dapat mendapatkan kerja paruh waktu ataupun praktik kerja lapangan di Fraunhofer ini. Anda pada umumnya dituntut untuk mahir dalam beberapa bidang yang spesifik, seperti pemrograman komputer, pengetahuan mengenai beberapa software tertentu, serta beberapa teori dasar dan terapan dalam berbagai bidang yang menunjang penelitiannya. Selain itu, bahasa Jerman juga menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan lolos tidaknya anda diterima untuk bekerja disini.

Mochamad Dandy Firmansyah,

PK-39, University of Stuttgart

Referensi :

[1] http://commons.wikimedia.org

[2] http://www.fraunhofer.de/

[3] http://www.fraunhofer.de/de/jobs-und-karriere.html

Mendaftar Asuransi Publik (bagi mahasiswa diatas 30 tahun)

Jerman memang negara yang ‘spesial’. Ada peraturan (terus terang saya sendiri juga belum pernah baca peraturannya seperti apa) yang mengatur bahwa jika usia Anda diatas 30 tahun maka Anda diasumsikan bukan lagi seorang mahasiswa. Konsekuensinya adalah Anda tidak dapat menikmati beberapa atau bahkan semua fasilitas dan subsidi yang diberikan pemerintah Jerman kepada mahasiswanya.

 

Mengurus asuransi bisa jadi bukan masalah besar bagi mahasiswa yang berusia dibawah 30 tahun (entah yang masih single ataupun yang sudah berkeluarga) ataupun mahasiswa yang berusia diatas 30 tahun (yang single). Karena asumsinya, bagi mahasiswa yang berusia dibawah 30 tahun, Anda masih bisa mendaftar ke beberapa asuransi publik (AOK, TK, Barmer GEK, DAK) tanpa perlu banyak trik, dalam hal ini Anda cukup mendatangi kantor asuransi publik mana saja yang terdekat dengan tempat tinggal Anda, mengisi form pendaftaran dan.. voila!! Asuransi kesehatan Anda akan disetujui.

 

Sedangkan bagi mahasiswa yang berusia diatas 30 tahun (yang single), meskipun (secara peraturan) tidak bisa mendaftar ke asuransi publik, hal ini juga menurut saya bukan menjadi masalah, karena jika Anda tidak mau pusing, karena beberapa suransi kesehatan private memberikan kemudahan pelayanan kepada para calon nasabahnya berupa online-application via website (Mawista, Care-Concept) atau kalau Anda mau yang agak bonafide sedikit, Anda bisa berkunjung kantor cabang asuransi private (saya prefer Hanse Merkur), mengisi form pendaftaran dan.. tunggu beberapa saat maka asuransi kesehatan Anda akan diapprove.

 

Tidak usah terlalu pusing jika usia Anda sudah lebih dari 30 tahun dan masih berstatus single, karena LPDP akan membayar secara at cost premi asuransi kesehatan Anda asalkan asuransi tersebut masih dalam skema basic health insurance. Masalah biasanya mulai timbul jika Anda berusia diatas 30 tahun dan berniat membawa keluarga. Jika Anda ikut asuransi privat maka Anda diwajibkan membayar per kepala untuk tiap anggota keluarga Anda, karena asuransi privat tidak ada skema asuransi kesehatan untuk keluarga.

 

Solusi yang paling memungkinkan jika Anda sudah berusia diatas 30 tahun dan sudah berkeluarga adalah ikut asuransi publik yang memiliki skema family insurance. Saya akan mencoba memberikan beberapa tips yang saya alami sendiri sebagai mahasiswa yang berusia diatas 30 tahun ketika mendaftar asuransi kesehatan publik di Jerman. Beberapa kasus yang akan saya jelaskan disini bisa jadi kasuistis yang hanya berlaku di München, tapi semoga bisa diduplikasi di kota lain di Jerman.

 

  1. Daftar asuransi kesehatan private

Saya akan langsung to the point dan mengasumsikan Anda sudah selesai dengan urusan registrasi alamat (Anmeldebestätigung) dan membuka rekening bank di Jerman. Langkah selanjutnya adalah Anda perlu daftar asuransi kesehatan private terlebih dahulu. Kenapa kok tidak langsung mendaftar asuransi kesehatan publik saja? Disinilah letak triknya, Anda memerlukan asuransi kesehatan private sebagai salah satu syarat pengajuan residence permit (Aufenthaltserlaubnis) Anda di Jerman.

 

Saya pribadi merekomendasikan HanseMerkur, karena saya dulu pakai asuransi ini sebelum pakai TK. Nama produknya adalah HanseMerkur Travel Health Insurance. Lho, bukannya untuk daftar residence permit tidak boleh pakai travel insurance? Produk ini bukan travel insurance murni, melainkan produk hybrid antara travel insurance dan health insurance. Saya pakai asuransi ini ketika mengajukan residence permit di München dan saya juga yakin hal inipun bisa diaplikasikan di kota lain. Anda bisa datang langsung ke kantor asuransi HanseMerkur terdekat untuk bertanya lebih lanjut atau bisa daftar langsung di alamat websitenya (https://www.hmrv.de/web/en/travel-insurance/au-pairs-pupils-students-and-trainees/pupils-students-and-trainees).

 

Masa pertanggungan asuransi kesehatan private ini tidak usah terlalu lama, karena toh nantinya Anda akan daftar asuransi publik juga. Kalau saya sendiri cukup mendaftar 3 bulan saja semenjak kedatangan saya di Jerman. Kenapa kok 3 bulan? Karena asumsi saya adalah saya memerlukan waktu tunggu sampai residence permit saya jadi terlebih dahulu sebelum beralih ke asuransi publik. Selain itu, syarat untuk mendaftar asuransi publik dengan skema voluntary (skema ketika kita sudah memiliki asuransi privat tapi ingin beralih ke publik) adalah kita juga harus bisa membuktikan bahwa asuransi kesehatan kita masih aktif dan rutin membayar premi sebelum beralih ke asuransi publik.

 

  1. Ajukan residence permit

Jika asuransi kesehatan private Anda sudah jadi (waktu tunggu yang normal biasanya maksimum adalah 14 hari kerja), maka segera ajukan aplikasi untuk membuat residence permit. Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang syarat untuk membuat residence permit di Jerman karena saya yakin informasi ini sudah banyak tersedia di Ausländerbehörde di kota masing-masing ataupun di berbagai blog mahasiswa yang kuliah di Jerman, silakan di-googling saja.

 

  1. Daftar asuransi kesehatan publik

Setelah anda selesai dengan urusan residence permit (waktu tunggu sampai residence permit jadi biasanya bervariasi antara 4-8 minggu), segera datang ke kantor asuransi publik terdekat (saya prefer TK) untuk mendaftar asuransi dengan skema voluntary. Anda perlu tarik nafas panjang terlebih dahulu dan menjelaskan ke petugas customer service (Kundenberatung) bahwa Anda ingin beralih dari asuransi private ke asuransi publik dengan skema voluntary.

 

Saya akui sampai tahap ini kadang tidak mudah meyakinkan petugas tersebut, karena memang skema ini jarang sekali ditawarkan oleh asuransi publik dan jarang diketahui oleh masyarakat. Jika Anda ditolak oleh satu petugas, saran saya jangan menyerah terlebih dahulu, cukup datang keesokan harinya dan coba jelaskan ke petugas yang lain, ulangi langkah ini sampai Anda menemukan petugas yang cukup sabar dengan Anda. Jika Anda sudah menemukan petugas yang siap membantu Anda maka, biasanya Anda akan dimintai beberapa dokumen sebagai berikut:

  1. Paspor
  2. Anmeldebestätigung
  3. Aufenthaltserlaubnis
  4. Letter of Sponsorship
  5. Asuransi private yang masih berlaku
  6. Form pendaftaran yang sudah diisi
  7. Pas foto biometrik 3,5 x 4,5 1 lembar

 

Jika berkas aplikasi sudah masuk dan pengajuan Anda disetujui maka maksimal 14 hari kerja Anda akan menerima surat dari TK yang berisi konfirmasi bahwa Anda sudah resmi menjadi anggota asuransi TK. Untuk kartu asuransinya sendiri biasanya datang terpisah beberapa saat setelah surat konfirmasi tersebut Anda terima terlebih dahulu.

 

Untuk besar premi bulanannya, TK akan memperhitungkan berdasarkan prosentase pendapatan kita setiap bulan, dalam hal ini adalah prosentase dari living allowance yang kita terima, karena living allowance akan dianggap pendapatan awardee oleh TK. Sekedar informasi, untuk saya sendiri besar peremi bulanan yang harus saya bayar untuk tahun 2016 ini adalah EUR 193,6 per bulan, tidak peduli saya masih single ataupun sudah berkeluarga saya tetap harus membayar sejumlah itu.

 

Sebagai catatan penutup, beberapa catatan dan asumsi yang perlu saya sampaikan adalah:

  1. Trik ini (bisa jadi) hanya berlaku bagi Anda yang baru datang masih dalam hitungan bulan di Jerman, karena ada beberapa kemungkinan bahwa dengan skema voluntary Anda akan diminta untuk membayar asuransi kesehatan sejak pertama kali Anda menginjakkan kaki di Jerman. Sebagai contoh: Saya datang bulan Oktober 2015, baru resmi terdaftar sebagai member di TK bulan Januari 2016, maka saya diminta TK untuk membayar asuransi saya mulai dari bulan Oktober 2015, bukan dari Januari 2016. Saya tidak tahu apakah hal ini kasuistis tetapi itulah yang saya alami dan beberapa teman saya di München yang coba menerapkan trik yang sama, namun untuk yang sudah tinggal lama di Jerman juga tidak ada salahnya jika mau mencoba.
  2. Saya sumsikan Anda adalah orang yang masih baru datang ke Jerman dan akan mengikuti trik saya, maka saran saya terkait dengan sistem reimburse yang diberlakukan oleh LPDP dalam membayar asuransi adalah, Anda harus mengikhlaskan pembayaran premi asuransi kesehatan private di 3 bulan pertama, anggap saja itu adalah investasi Anda untuk mendapatkan asuransi publik di Jerman. Jangan ajukan reimburse ke LPDP untuk asuransi kesehatan private ini, Anda cukup ajukan reimburse (atau meminta TK mengeluarkan official invoice agar LPDP membayar asuransi setahun kedepan in advance) hanya di asuransi publik saja agar nanti tidak merepotkan Anda sendiri di kemudian hari.

 

Semoga informasi ini dapat berguna bagi teman-teman semuanya, terutama bagi teman-teman FORMAL yang sudah berusia diatas 30 tahun dan berencana akan membawa keluarga. Viel Glück! 🙂

 

Oleh: Dimas Yoga Rukmana | Awardee LPDP PK-38 TU München

Aku Harus ke Jerman!

“Aku harus ke Jerman”

 

Hanya itu yang ada di pikiranku ketika mulai kuliah. Bagaimanapun caranya aku harus ke sana. Ini adalah sikap keras kepala milikku yang kupikir menguntungkan untuk disimak.

Mengapa?

Ingatanku sebagai anak umur enam tahun terbatas. Aku hanya ingat bahwa aku menyukai apa yang ibuku lakukan. Aku menyukai segala sesuatu tentang Jerman (kecuali toilet keringnya) hingga aku bertekad aku ingin sekolah ke Jerman seperti ibuku. Ibuku sering bernostalgia tentang bagaimana ibuku menjalani tesisnya, kegiatan di sana, dan lain-lain. Apa yang terjadi di otakmu ketika “sekolah di Jerman” itu menjadi repetisi dan ingatan masa kecilmu di sana adalah hal-hal yang menyenangkan? Seluruh sel di tubuhmu akan punya memori tetap, “aku harus kembali ke sana”. Mimpi biasanya dipengaruhi oleh orang-orang terdekat dan mimpiku sekolah ke Jerman adalah hadiah dari ibuku. Iya, mimpi itu hadiah. Hadiah karena ini membuatku berharap dan punya tujuan.

Itulah yang terjadi di sepanjang masa kuliah sarjanaku di Indonesia. Aku berpikir bagaimana caranya bisa kembali ke Jerman dalam rangka sekolah. Gagasan ini tertanam kuat di kepalaku selama bertahun-tahun. Ketika tekadmu sudah sekuat itu, badanmu tanpa sadar akan berusaha mewujudkan hal paling permanen yang ada di otakmu seumur hidupmu. Itulah yang terjadi kepadaku. Di sini adalah ketika aku menjadi saksi pepatah “di mana ada kemauan di sana ada jalan”. Kejadiannya benar seperti itu.

Menjelang kelulusanku sebagai sarjana, aku langsung mencari-cari beasiswa yang tepat. Ibuku mendukungku dengan memberikan semua info beasiswa yang datang dari komunitas alumninya, alumni DAAD. Namun, karena beliau mendapatkan beasiswa DAAD sebagai seseorang yang sudah bekerja, terpatri di otakku bahwa DAAD hanya untuk yang sudah bekerja. Kesempatanku dapat akan kecil sekali, padahal aku ingin langsung sekolah lagi setelah lulus. Aku pun tidak mencari tahu lebih banyak tentang DAAD.

Aku beralih ke Erasmus Mundus karena beasiswa yang satu ini banyak penerimanya dari universitasku. Sekali daftar sudah langsung mendapat beasiswa dan universitasnya, mudah sekali kan? Aku langsung mencari semu program Erasmus Mundus yang terkait dengan minatku, ekologi. Pilihanku saat itu adalah dua beasiswa Erasmus Mundus yang memungkinkanku berpindah di berbagai universitas di Eropa: TROPIMUNDO dan IMAE. Mengapa dua? Karena daftar satu belum tentu diterima. Berbeda dengan mendaftar ke universitas di Indonesia ketika masa SNMPTN, beberapa program master lebih fleksibel dalam tenggat waktu konfirmasi karena kalender akademik negara di Eropa berbeda dari kalender akademik di Indonesia. Aku berusaha keras menyusun CVku sebagus mungkin dengan bantuan senior-senior yang sudah berhasil sekolah ke luar negeri. Surat motivasi juga ditulis berhari-hari lamanya sebelum tenggat waktu. Puluhan laman tentang bagaimana menulis surat motivasi yang baik dari Google kulahap semuanya. Namun, setelah semua itu, dua program yang menjadi targetku tidak meloloskanku sebagai penerima beasiswa.

Mereka menerimaku, tapi tidak memberiku beasiswanya. Namun, mereka memberiku banyak link tentang sumber dana yang mungkin untukku tapi aku harus mencarinya sendiri.

Semua ini berjalan paralel dengan aplikasiku ke sebuah universitas di Jerman tempat aku berkuliah sekarang dan pendaftaranku ke LPDP. Mengapa dari awal aku tidak fokus ke LPDP? Percaya atau tidak, kala itu aku tidak suka LPDP.

Pertama, persyaratannya banyak. Surat ini dan itu, esai ini dan itu, dan masih banyak lagi. Itu juga masih harus wawancara. Kedua, aku harus fokus mendaftar beasiswa dan mencari sekolah. Dibandingkan Erasmus Mundus yang memberikan beasiswa dan sekolahnya, LPDP tampak merepotkan di mataku. Selain itu, berbeda dengan Erasmus Mundus yang terus didengungkan di kampusku, LPDP belum terlalu populer.

Tapi aku tidak diterima Erasmus Mundus dan aku harus melangkah maju. Cuma satu yang ada di pikiranku, “aku harus ke Jerman”. Dengan itu di kepalamu selama bertahun-tahun, tidak sulit untuk selalu bergerak mencari segala peluang yang mungkin. Jujur, ketika melihat ke belakang seperti ini, aku tidak menyangka aku yang dulu duduk berjam-jam di depan laptop untuk mencari semua informasi tentang sekolah ke Jerman itu aku yang sekarang menulis cerita ini untuk kalian. Aku buang jauh-jauh ketidaksukaanku dan mencoba.

Yang kusesalkan kala itu adalah aku tidak banyak meminta bantuan ibuku yang jelas lebih tahu hanya karena aku tidak ingin merepotkan beliau. Tapi aku tahu, doa beliau yang memudahkan segala ini. Aku bisa bilang sekarang bahwa restu orang tua adalah faktor utama yang sejajar dengan tekad. Aku merasa aku meluncur dengan semua pendaftaran itu, nyaris tak ada kesulitan, karena kedua orang tuaku sangat mendukungku untuk melanjutkan sekolah.

Aku melengkapi semua administrasi yang diminta LPDP untuk ikut periode kedua seleksi tahun 2015. Ketika itu, aku sudah mendaftar ke LMU, Jerman untuk Munich Graduate School of Evolution, Ecology, and Systematics (EES). Semua mata kuliah yang kuminati selama sarjana dalam satu program master. Aku belum tahu kala itu diterima atau tidak. Selama tujuh bulan lebih setelah wisuda, aku menganggur. Bisa dibilang mencicil krisis usia perempat baya karena banyak temanku yang sudah mendapatkan pekerjaan. Aku mulai bimbang apakah aku sebaiknya mencoba mencari kerja atau menunggu pengumuman.

Tapi, seperti yang sudah kukatakan, seluruh sel di tubuhku ingin ke Jerman. Aku sempat mendaftar pekerjaan namun tidak memaksimalkan diri saat wawancara karena ibu ingin aku lebih fokus kepada mencari sekolah jika memang itu yang ingin kulakukan. Genap sudah atmosfer duniaku terangkum dalam satu frase selama enam bulan: mencari sekolah dan biayanya.

Segala puji bagi Allah, aku lulus seleksi administrasi. Aku menjalani wawancaraku di Jogja, sekitar tiga jam dari rumahku di Semarang, dengan dukungan seluruh keluargaku. Kalau boleh jujur, hanya satu hal yang kupikirkan menjelang wawancara: aku ingin orisinil. Terlepas dari kemeja pinjaman Bude, aku ingin tampil seperti diriku apa adanya ketika wawancara. Aku ingin lolos karena aku adalah aku. Tidak dihias basa-basi nasionalisme atau dominasi ideologi pribadi. Aku ingin pewawancaraku bertemu Sabhrina Gita Aninta dalam kondisi sehari-harinya.

Aku tidak bohong ketika aku bilang gugup mendekati jadwal. Ada perasaan seperti akan masuk panggung ketika kamu sedang mempersiapkan dirimu dinilai orang lain. Ada perasaan ingin menamengi dirimu dengan segala sesuatu yang baik dan memberikan kesan yang menyenangkan. Itu memang yang terjadi, tapi bisa kukatakan tidak ada yang spesial.

“Indonesia butuh lebih banyak ahli di bidang basic science,” jawabku ketika ditanya tentang nama jurusanku yang tak lazim.

Banyak gosip tentang bagaimana LPDP menentukan penerima beasiswanya, dan salah satunya adalah kuota jurusan. Entah apakah karena memang aku satu-satunya orang yang belajar bidang yang kupelajari ini dari sekian banyak yang mendaftar, LPDP memang punya visi di bidang sains hayati, atau aku memang dinilai layak menerima beasiswa mereka, aku tak tahu. Singkat kata, aku lolos. Entah mengapa. Banyak kata “mungkin” yang keluar dariku ketika teman-temanku bertanya. Tapi aku menemukan satu kesamaan di sebagian besar teman-teman sesama penerima beasiswa LPDP: mereka tahu apa yang mereka lakukan. Ada tekad bawah sadar yang terpatri di benak mereka, apa pun itu. Ada tujuan di hadapan mereka, seabstrak apa pun itu. Tujuanku adalah membantu masyarakat Indonesia menjadi khalifah Bumi yang baik dengan memikirkan spesies lain yang tinggal bersama mereka.

Tapi aku belum tahu apakah aku lolos seleksi universitas atau tidak. Bisa kukatakan ada degupan keras ketika panitia seleksi untuk EES dari LMU mengirimiku kabar bahwa aku diminta siap untuk seleksi kedua via Skype akhir Maret. Aku hanya diminta presentasi selama lima menit namun aku berlatih selama berhari-hari di kamar sampai tidak ada yang berani mengetuk pintu kamarku. Seminggu kemudian, mereka menyatakan aku lolos dan tinggal menunggu Letter of Acceptance dari universitas pusat.

“Aku harus ke Jerman,”

Aku bersyukur dengan tekad bawah sadar ini. Kadang-kadang, keras kepala dalam bertekad itu penting. Sikap ini membuatmu konsisten dalam usaha dan tujuanmu. Tak disangkal ini membuatmu masuk ke dalam masalah sesekali. Hanya saja, selalu ada dua sisi dari segala sesuatu dan aku menemukan sisi lain yang menguntungkan dari kekeraskepalaanku. Setiap orang punya sisi yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuannya dan untuk kasusku, ia adalah keras kepala.

Sebagai tambahan, aku harus memberitahu bagian terbaik dari mendapatkan mimpi atau tekadmu terpenuhi: kamu harus mencari mimpi atau tekad baru. Patri itu ke bawah sadarmu dan mulai kembali perjalananmu. Mimpi baruku? Menjalani sekolahku dengan baik sebagai rasa syukur tentunya.

 

Munich, 11 Februari 2016

Sabhrina Gita Aninta

 

Jalan-jalan senang di tengah kota Frankfurt

 

Apabila pembaca berencana mengunjungi Frankfurt am Main, salah satu kota terbesar di Jerman yang terletak di negara bagian Hessen dalam waktu yang sebentar yaitu sehari saja (atau bahkan setengah hari :D), baca terus artikel ini. Penulis akan memaparkan beberapa referensi jalan-jalan seru nan bersejarah di tengah kota Frankfurt; kota yang juga terkenal sebagai kotanya penulis kebanggan Jerman, Goethe, dan tempat lahirnya parlemen negara Republik Federal Jerman.

 

Sebagai informasi, di Jerman terdapat Frankfurt lain yang juga sering disebut, yakni Frankfurt an der Oder. Frankfurt yang ini jelas berbeda; dilewati oleh sungai Oder, kota ini terletak di perbatasan Jerman dan Polandia, dan merupakan bagian dari negara bagian Brandenburg, tetangga timur sang ibukota Berlin. Frankfurt yang kali ini akan kita bahas adalah Frankfurt yang dilewati sungai Main 🙂

                                                           [Serupa (nama) tapi tak sama]

 

Frankfurt adalah salah satu dari lima kota terbesar di Jerman dengan populasi kurang lebih 5.5 juta. Kota ini merupakan pusat keuangan negara Jerman dan benua Eropa. Buktinya, Bank Sentral Eropa, Bank Federal Jerman, dan bank-bank besar Jerman lainnya seperti Deutsche Bank dan Commerzbank bermarkas di kota yang bandaranya juga merupakan salah satu bandara internasional tersibuk di dunia (Frankfurt Airport atau sering disebut juga sebagai Fraport). Pusat perdagangan saham Jerman, Bursa Efek Frankfurt (Deutsche Börse, atau Frankfurt Börse) telah berdiri dan beroperasi di kota ini sejak tahun 1585.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[Mengapa banteng dan beruang yaa yang menjadi ‘pajangan‘ di depan gedung Deutsche Börse? J]

Namun apakah pembaca tahu? Di balik gambaran metropolis orientasi bisnis yang sering digambarkan secara umum mengenai Frankfurt, kota ini dulunya merupakan pusat politik Jerman selama berabad-abad. Selain dijadikan sebagai pusat pemilihan para kaisar Jerman ketika Kekaisaran Suci Romawi berkuasa di Eropa sekitar abad IX s.d. XIX, kota ini juga merupakan ibukota revolusi dan situs parlemen Jerman pertama yang dipilih secara demokratis. Untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, pembaca bisa mengunjungi situs pertama yang akan kita bahas yaitu Paulskirche (Gereja Santo Paulus).

                                                           [Paulskirche dari luar]

 

Paulskirche terletak di Paulplatz, dekat dengan area Roemerberg dimana balai kota terletak. Masuk ke dalam gedung tidak dipungut biaya sama sekali. Dari pintu masuk, jalanlah ke arah kiri dimana layar tv besar yang memutar penjelasan dalam berbagai bahasa diputar. Selanjutnya searah jarum jam kita akan disajikan dengan paparan atau informasi lebih lanjut dari apa yang telah dijelaskan di layar sebelumnya. Karena dilengkapi dengan berbagai foto-foto, tulisan dan dokumen lama nan bersejarah tersebut, berjalan mengelilingi lantai pertama Paulskirche dijamin tidak membosankan (khususnya buat para pembaca yang menggemari sejarah negara Jerman J).

 

                                                               [Suasana parlementer di Paulskirche, simbol revolusi dan persatuan Jerman di Abad 19]

Jangan sampai terlewat karena begitu terlenanya dengan sejarah gereja ini, hampir di akhir putaran akan terdapat pintu menuju tangga ke atas untuk melihat auditorium Paulskirche, tempat dimana pidato-pidato terkenal dikumandangkan. John F Kennedy pada tanggal 25 Juni 1963 pernah menyampaikan pidatonya di sini ketika berkunjung ke Frankfurt. Konon pidato utama JFK pada saat itu adalah mengenai perubahan iklim. Wah, kira-kira sebenarnya mereka yang hadir saat itu benar-benar mendengarkan apa yang disampaikan tidak yaa melihat keadaan iklim sekarang ini? :/

 

[Di dalam auditorium Paulskirche, apakah pembaca mengenali bendera-bendera yang digantung di situ?]

 

Setelah puas mengelilingi dan mempelajari Pauslkirche, juga tak lupa berfoto-foto di Paulplatz, area luas di depan gereja lengkap dengan taman, bangku, dan burung-burung, pembaca bisa memilih untuk beristirahat di area tersebut sambil mengunyah Kreppel, donat bulat empuk berisi selai pilihan (ada aprikot, stroberi, nanas, bahkan coklat!). Apakah pembaca tahu atau menyadari bahwa Kreppel ini punya beberapa alias: ‘Pfannkuchen‘ sebagaimana disebut di Berlin daerah asal si roti, atau ‘Berliner‘ sebagaimana disebut di berbagai daerah selain Berlin. Sekedar berbagi pengalaman mengenai roti bulat manis ini, penulis pernah berbincang dengan seorang teman yang lahir dan besar di Berlin dan ketika penulis berkata bahwa Pfannkuchen mereka adalah donat, wahh wajahnya langsung muram durja. Konsep kuliner sebagai identitas suatu daerah ternyata sangat berlaku untuk kasus ini 😀

                                                                                                                             [Ya, dua-duanya Berliner kok!]

 

Kembali ke Frankfurt dan pembaca yang sedang beristirahat untuk melanjutkan JJSnya, apabila pembaca ternyata adalah penikmat kopi, sangat disarankan mengunjungi Wacker‘s Kaffee. Berlokasi di Kornmarkt 9, jarak tempuh dengan berjalan kaki hanya sekitar 2-3 menit dari Paulplatz – dengan peta dan petunjuk yang tepat tentunya. Kedai kopi mungil ini berdiri sejak 1914 dan merupakan favorit warga Frankfurt. Kunjungan di waktu apapun akan diwarnai dengan wara-wiri warga sekitar (dan mungkin beberapa turis berwawasan :D) – pengunjung kedai kopi ini bermacam-macam, dari para senior/orang tua yang sekedar mengobrol sambil menikmati Apfelstrudel dengan kopi susunya, pekerja eksekutif yang memang membutuhkan dosis kafein hariannya, sampai pak polisi yang mampir untuk mengambil kopi favorit untuk menemaninya bertugas.

                                                                                                                          [Suatu siang di Wacker’s Kaffee]

Selesai beristirahat, dengan ataupun tanpa kopi, sekitar 240 meter dari Wacker’s Kaffee ke arah barat daya dengan peta manual, kita bisa mengarahkan langkah kaki ke destinasi selanjutnya di Grosser Hirschgraben 23-25, yaitu kediaman Johann Wolfgang Von Goethe. Lebih mudah dari melihat peta manual maupun Googlemap, ikuti saja petunjuk jalan dengan tanda panah bertuliskan “Goethehaus“, atau lebih mudah dan disarankan lagi tanyakan kepada pejalan kaki di sekitar “Wo ist das Goethehaus?“ (bagi yang baru saja belajar bahasa Jerman sangat dianjurkan untuk mempraktikan sedikit bahasa Jermannya ;D)

 

                                                                                                                               [Goethehaus ca 1750]

Di Goethehaus, pembaca yang berstatus pelajar akan mendapatkan diskon harga tiket masuk dari 7 Euro menjadi 3 Euro; oleh karena itu membawa kartu pelajar sangat penting untuk menunjukkan identitas di pintu masuk. Sangat disarankan ketika sudah di sini pembaca menyewa audio guide seharga 3 Euro, tidak hanya penjelasan dan cerita dari rumah dimana Goethe lahir dan besar dipaparkan, beberapa fakta menarik seperti situasi dan kondisi Frankfurt dan sekitarnya pada masa itu juga diceritakan. Museum ini sangat menarik bagi penggemar ataupun bukan penggemar sang penyair karena di samping cerita sejarah keluarga Goethe, pengunjung akan diajak melihat gambaran kehidupan keluarga menengah ke atas Eropa di abad XIII. Sebagai informasi, pembaca diharap menyimpan selfie stick atau tongsisnya yaa, larangan tegas tertulis di museum melarang pengunjungnya menggunakan tongsisnya. Mungkin (tapi semoga tidak) pernah ada kejadian tidak menyenangkan terkait turis dan tongsis di sini. Hm, mengingatkan saya khususnya akan kejadian kebun bunga di Indonesia 🙂

 

                                           [Selfie terkenal itu]

 

Oh ya, membicarakan kota Frankfurt mustinya tak lepas dari Frankfurter Buchmesse, pameran buku terbesar di dunia berdasarkan jumlah pengunjung yang diadakan setiap tahun di bulan Oktober, yang versi modernnya telah berlangsung sejak 1949. Belum lama ini, Indonesia sukses menjadi guest of honor di pameran yang kali itu bertemakan 17,000 Inseln der Imagination (imajinasi 17,000 pulau). 75 penulis buku dari Indonesia datang untuk bercerita bahkan mempromosikan buku baru mereka. Selain itu pameran ini juga diramaikan dengan berbagai dekorasi menarik dan kuliner a la Indonesia tentunya.

Sampai saat ini, penulis belum mengunjungi restoran Indonesia di Frankfurt, eksistensinya pun penulis belum menyelidiki lebih lanjut. Apabila pembaca memiliki pengalaman, rekomendasi, atau apa pun yang ingin dibagi untuk pembaca lainnya mengenai Frankfurt, dengan senang hati kami terima masukannya di kolom komentar di bawah!

Na ja, isch mach weider..*

*Auf Wiedersehen dalam bahasa Hessen

Note: Foto-foto dapat dilindungi hak cipta

 

Penulis : Dita Kusumawardani Saragih

(Studi Magister, Freie Universität Berlin)

ChocolART, Festival Cokelat Terbesar di Jerman

ChocolART merupakan Festival cokelat terbesar di Jerman yang diselenggarakan setiap tahunnya di Kota Tuebingen. Festival ini diadakan setiap akhir bulan November sampai awal bulan Desember sebelum Weihnachtsmarkt dimulai. Pada Festival ini, banyak stand dari produsen coklat lokal hingga internasional, yang menjual coklat dari yang berbentuk batangan, cair, sampai bentuk unik-unik. Produsen coklat juga biasanya memasarkan produk spesialnya yang tidak dijual bebas di festival ini. Hal-hal yang menarik dari chocolART ini selain tidak adanya tiket masuk, alias gratis, di festival ini kita bisa mencicipi produk coklat gratis (kalau penjual coklatnya menyediakan sample coba gratis.. hehe), ada juga kursus pengolahan coklat, berbagai seni rupa dari coklat, ada juga pertunjukan pengolahan coklat yang bisa kita lihat langsung. Kita juga bisa mendapat ilmu-ilmu menarik tentang coklat di festival ini karena terdapat juga museum cokelat serta ada kuliah/presentasi mengenai coklat.

Untuk info lebih lanjut tentang ChocolART bisa mengunjungi web berikut : www.chocolart.de

 

Berikut foto-foto dari ChocolART tahun 2015 :

ChocoART 2

ChocoART

 

Penulis : Arif Luqman

(Studi Doktoral, Eberhard Karls Universitat Tubingen)

 

 

 

Mengikuti Jejak Habibie: Dari Bandung Hingga ke Aachen

 

Alhamdulillah terima kasih sebelumnya kepada Formal Jerman karena saya diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman perjalanan hidup saya mempersiapkan studi lanjut di Jerman.

Gambar 1

Gambar 1: Muktamar II Formal Jerman (bersama teman-teman PPI) di kota Aachen. Sumber: dokumentasi Formal Jerman

 

Be the change that you wish to see in the world.” – Mahatma Gandhi

Quote di atas cukup menjelaskan niat saya untuk lanjut studi master. Keinginan saya berawal saat saya masih berada di semester 7 dalam studi S1. Saya adalah mahasiswa jurusan teknik elektro di ITB angkatan 2009. Saat itu saya sudah mulai merencanakan persiapan untuk studi lanjut untuk program Power Engineering. Saya ingin sekali ke Jerman. Saya mulai membeli buku-buku tentang bahasa Jerman dan mulai belajar secara otodidak (walau pada akhirnya tidak terlalu memuaskan, tapi lumayan buat modal belajar).

Saya mulai browsing tentang kampus-kampus teknik di Jerman dan juga mencari info tentang beasiswa. Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen atau RWTH Aachen, tempat pak Habibie menuntut ilmu dulu, menjadi tujuan utama saya waktu itu. Namun, saat itu saya tidak menemukan beasiswa yang tepat buat saya, umumnya beasiswa yang saya temukan mensyaratkan pengalaman kerja paling tidak dua tahun, atau mensyaratkan awardee-nya untuk bekerja di instansi pemerintah atau dosen di universitas. Saya belum siap saat itu, bayangan saya setelah lulus adalah saya ingin bekerja di industri atau menjadi entrepreneur. Keinginan untuk studi di Jerman pun saya pendam terlebih dahulu.

 

Kegagalan hanya akan ada bila kita menyerah untuk mencoba.” – B.J. Habibie

Strategi saya ubah, saya mencari universitas dimanapun yang juga memiliki penawaran beasiswa penuh. Dan karena saya ingin juga belajar langsung bahasa lain selain bahasa Inggris, maka universitas di Amerika dan Inggris dicoret dari list saya. Saat itu keluar lah beberapa universitas serta beasiswa hasil pencarian saya, beberapa di antaranya yang saya garis bawahi adalah beasiswa Eiffel (Prancis), TU Delft Excellence (Belanda), Monbukagakusho (Jepang), dan Swedish Institute Scholarship (Swedia). Menyedihkan saat mengetahui batas akhir pendaftaran beasiswa Eiffel dan TU Delft Excellence sudah lewat untuk periode keberangkatan tahun 2013. Saya pun menarget Monbukagakusho terlebih dahulu karena deadline paling dekat, saya awali dengan menghubungi salah satu profesor di Tokyo Institute of Technology. Sang professor pun merespon email saya secara positif, namun beliau mensyaratkan ketrampilan berbahasa Jepang untuk bergabung ke dalam institutnya, yang mana tidak bisa saya penuhi dalam waktu yang singkat.

Gambar 2Gambar 2: KTH Royal Institute of Technology. Sumber: google.com

Saya pun beralih untuk mendaftar ke KTH Royal Institute of Technology dengan harapan bisa diterima pula untuk beasiswa penuh dari Swedish Institute. Saya awali dengan persiapan tes IELTS sebagai persyaratan kemampuan berbahasa Inggris. Saya ingat saya mengikuti tes ini pada saat minggu UTS di ITB. Saya pun mempersiapkan persyaratan lain seperti motivation letter, recommendation letter, dan membuat CV sebagus mungkin. Alhamdulillah, saya mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) sebagai calon master student di KTH Royal untuk jadwal studi September 2013. Namun, saya belum berhasil untuk mendapatkan beasiswa dari Swedish Institute. Walhasil, keinginan saya untuk lanjut studi harus tertunda pada saat itu.

 

Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving.” – Albert Einstein

Saya pun memutuskan untuk bekerja setelah lulus S1 untuk mencari pengalaman. Ketertarikan saya di bidang tenaga listrik semakin kuat setelah saya bekerja di salah satu industri di bidang tersebut. Saya bekerja hingga akhirnya saya menemukan beasiswa pendidikan Indonesia dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Tidak menunggu lama, saya pun segera mempersiapkan berkas yang dibutuhkan. Saat itu proses aplikasi BPI LPDP hanyalah wawancara dan Program Kepemimpinan (PK). Saya mendaftar BPI LPDP dengan tujuan TU Darmstadt di Jerman. Mengapa tidak ke RWTH Aachen? Karena RWTH Aachen membutuhkan Graduate Record Examination (GRE) Test sebagai syarat aplikasinya yang mana membutuhkan biaya dan persiapan dulu untuk mengikutinya. Dan saya tidak menggunakan LoA KTH Royal karena saya berpikir terlalu besar biaya yang harus dikeluarkan LPDP bila saya studi disana, saya tetap pilih Jerman karena biaya studinya lebih rendah dan saya pikir itu akan menambah kemungkinan saya diterima oleh LPDP.

Kesalahan saya adalah saya tidak mempersiapkan dengan matang wawancara saat itu, saya belum memikirkan rencana studi dan rencana pasca kelulusan dengan kesungguhan. Akhirnya saya tidak lulus wawancara LPDP saat itu. Apakah saya berhenti kali ini?

 

“Many of life’s failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up.” – Thomas A. Edison

Tidak. Saya mencoba untuk mendaftar BPI LPDP untuk ke-2 kalinya. LPDP memperbolehkan kita untuk mendaftar BPI LPDP sebanyak dua kali (saya tidak tahu apa kah peraturan ini sudah berubah atau belum). Saat dinyatakan tidak lulus wawancara saat itu saya langsung mempersiapkan untuk mendaftar BPI LPDP kembali. Kali ini tujuan saya adalah KTH Royal Institute of Technology, karena saya sudah ada LoA dari universitas tersebut dan saya baru tahu kalau LPDP tidak melihat biaya yang akan mereka keluarkan melainkan kepantasan calon penerima beasiswanya.

Persiapan kali ini saya siapkan dengan matang. Rencana studi, surat motivasi dan dua essai saya buat dengan sungguh-sungguh. Begitu pula persiapan untuk tahapan wawancara. Alhamdulillah keluar kabar dari gedung AA Maramis (kantor LPDP) bahwa saya lulus wawancara dan saya diminta untuk mengikuti Program Kepemimpinan (PK) angkatan ke-9. Program Kepemimpinan ini adalah acara yang diadakan selama dua belas hari saat itu dan dihadiri oleh 112 penerima BPI LPDP. Saat itu kami pun sampai dikirim terjun ke masyarakat di Baduy dan juga pelatihan semi militer di markas TNI AU di Halim, dua hal yang tidak mungkin saya lupakan dalam hidup saya. Akhirnya, seluruh peserta Program Kepemimpinan angkatan 9 saat itu dinyatakan lulus sebagai awardee BPI LPDP.

 

An investment in knowledge pays the best interest.” – Benjamin Franklin

LPDP memberikan waktu satu tahun untuk mencari LoA dan memperbolehkan para awardee-nya untuk pindah universitas. Dua kemudahan yang diberikan LPDP ini saya manfaatkan. Saya pun kembali ke tujuan awal saya, yaitu RWTH Aachen.

Gambar 3Gambar 3: Catatan persiapan aplikasi di RWTH Aachen. Sumber: dokumentasi pribadi.

Saya mulai mempersiapkan persyaratan yang dibutuhkan untuk aplikasi di RWTH Aachen. Resume, surat rekomendasi, surat motivasi, dan GRE Test pun saya persiapkan. Saya pun membeli beberapa buku untuk latihan GRE ini. Saya kemudian menulis panduan untuk GRE Test di sini:

http://lpdp-jerman.org/graduate-record-examination-gre-test-my-one-test-to-germany/

Saya juga harus kembali mengambil tes IELTS karena sudah melewati masa berlakunya (dua tahun). Tak sedikit uang yang saya keluarkan untuk mempersiapkan ini itu. Semuanya saya persiapkan dengan matang, saya tidak ingin ada yang kurang satu pun. Semua berkas yang dibutuhkan pun saya kirim via pos. Hingga pada akhirnya keluar lah pengumuman bahwa saya diterima di program master Electrical Power Engineering di RWTH Aachen untuk jadwal mulai studi Summer Semester 2015. Tak lupa saya menghubungi LPDP untuk mengajukan perpindahan universitas.

Gambar 4Gambar 4: Potongan LoA RWTH Aachen. Sumber: dokumentasi pribadi

Alhamdulillah.

 

Epilog:

Dalam persiapan studi ini saya pernah gagal tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Namun, saya tidak berhenti dan pada akhirnya saya bisa berangkat menuntut ilmu di RWTH Aachen. Saya yakin lebih banyak lagi perjuangan yang lebih berat yang dilalui teman-teman pelajar yang berhasil terutama para pencari beasiswa seperti saya. Pertanyaannya: Apakah teman-teman lainnya sudah mencoba? Kalau belum, lantas apa alasannya untuk menyerah?

Fauzan Saputra

Msc Electrical Power Engineering Candidate, RWTH Aachen

Stuttgart, Kota di Antara Hutan dan Kebun Anggur

Stuttgart adalah salah satu kota besar yang berada di Jerman. Kota tersebut terletak di wilayah State Baden-Württemberg dan merupakan ibukota dari State tersebut. Kota stuttgart memiliki jarak sekitar 205 KM dari Kota Frankfurt dan 235 KM dari Kota Munich. Keberadaan bandara dan lokasi yang dilalui jalur antar kota menjadikanStuttgart menjadi Kota yang mudah diakses.

Selain dikenal sebagai pusat dari industri otomotif di Jerman, Stuttgart juga merupakan sebuah kota tujuan wisata. Bentang alam di wilayah Stuttgart yang indah merupakan sebuah keuntungan tersendiri. Dibandingkan dengan kota-kota lain di Jerman, Stuttgart memiliki topografi yang relatif berbukit, bahkan lokasi Kota Stuttgart berada di lembah yang dikelilingi area perbukitan.  Landscape yang indah tersebut menjadikan pengalaman mengunjungi Stuttgart berbeda dari saat mengunjungi kota Jerman yang lain. Tidak hanya landscape yang menjadikan Kota Stuttgart menjadi destinasi wisata, namun juga hiburan lainnya, termasuk dengan adanya festival dan event tahunan.

Keberadaan sistem jaringan transportasi yang baik dan terintegrasi, sangat memudahkan pengunjung untuk mengelilingi Kota Stuttgart serta destinasi wisata di sekitarnya. Sistem transportasi publik di Kota Stuttgart dikelola oleh perusahaan bernama VVS. Prasarana transportasi yang termasuk dalam pengelolaan VVS antara lain bus, U-Bahn, dan S-Bahn. Berikut adalah alamat website mengenai pelayanan VVS : http://www.vvs.de/home-vvs/.

Salah satu landmark dari Kota Stuttgart adalah New Palace yang berada di pusat Kota. Bangunan bergaya arsitektur Baroque tersebut dahulunya adalah kediaman Raja Württemberg di tahun 1746 – 1797 dan tahun 1805 to 1807. Bangunan tersebut pada saat ini difungsikan sebagai gedung Parlemen wilayah State Baden-Württemberg. Tepat bersebelahan dengan gedung tersebut terdapat sebuah Square terbesar di pusat Kota Stuttgart. Square yang bernama Schlossplatz tersebut biasa digunakan sebagai lokasi diadakannya event besar di Kota Stuttgart. Ditengah area tersebut terdapat sebuah monumen penting yang bersejarah, sebagai peringatan hari ulang tahun ke 60 Raja Wilhelm I dari Württemberg. Konigstrase yang juga merupakan area perbelanjaan di Stuttgart juga terletak tidak jauh dari kedua lokasi yang diceritakan sebelumnya. Konigstrase menjadi sebuah tempat yang ramai dikunjungi terutama di akhir pekan.

 

stuttgart
Suasana Schlossplatz, Stuttgart

Stuttgart juga memiliki beberapa museum terkemuka, antara lain adalah Museum Mercedes dan Museum Porsche. Mengunjungi Kota yang dikenal sebagai pusat industri otomotif, tidak akan lengkap rasanya tanpa menyempatkan diri mengunjungi kedua museum tersebut. Museum tersebut menyajikan perjalanan sejarah perusahaan dan para pendirinya hingga catatan penting perjalanan perusahaan tersebut. Selain informasi tersebut, hal yang paling menjadi daya tarik utama keduanya adalah ditampilkannya koleksi hasil produksi dari kedua pabrikan tersebut, lintas jaman dari produksi di masa lalu hingga prototype desain futuristik. Wahana simulasi kendaraan balap pun tersedia untuk memberikan pengalaman bagi pengunjung.

stuttgart2
Simulasi Mobil Balap _Posche Museum
stuttgart 3
Koleksi di Mercedes Benz Museum

 

Menjelajah di alam terbuka juga merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan untuk dilakukan di Stuttgart. Salah satunya adalah dengan mengunjungi sebuah taman perkotaan yang bernama Killesberg. Di taman tersebut terdapat sebuah menara observasi setinggi 40 meter. Menara yang berbentuk unik tersebut merupakan salah satu landmark yang ada di Kota Stuttgart. Dari atas menara tersebut , nampak pemandangan landscape Kota Stuttgart yang jelas. Kebun anggur yang berada di perbukitan di sekeliling Kota Stuttgart juga menyajikan suasana nyaman bernuansa alam namun memiliki pemandangan yang juga indah untuk dipandang.

Banyak hal yang menyenangkan di Stuttgart untuk dinikmati dan masih banyak tempat yang dapat dijelajahi. Untuk informasi lebih lanjut silahkan lihat di : https://www.stuttgart-tourist.de/en. Selamat menikmati keindahan Kota Stuttgart.

Aditya Pradana Ganda Saputra

PK-31

Institusi Riset Terbaik Dunia , Max Planck Society : Lanjutkanlah Studi PhD Disini.

max planck building
One of MPS’s building facilities

Max Planck Society (MPS) adalah persatuan institusi riset non profit terkemuka yang berpusat di Jerman. Dengan fokus riset di bidang fundamental sains, teknologi, sosial, seni dan humanity, MPS saat ini memiliki 83 institut dengan masing-masing spesialisasi yang tersebar di seluruh wilayah Jerman dan beberapa lokasi di luar Jerman. MPS memiliki reputasi secara historis sebagai institusi riset terbaik eropa dan bahkan dunia di bidang saintek. MPS berdiri pada 1911 dengan nama awal Kaiser Wilhelm Society yang setelah perang dunia ke-2 berubah nama menjadi Max Planck Society. Nama baru ini diambil dari nama fisikawan besar Jerman, Max Planck, yang mencetuskan teori kuantum sekaligus presiden dari institusi ini sejak 1930 hingga 1937.

Hingga saat ini, 33 pemenang Nobel berasal atau berafiliasi kuat dengan MPS dan bahkan sebagian besar penemuan besar di bidang sains dasar dan teknologi di abad 20 dimotori oleh para ilmuwan yang menjadi anggota MPS. Baru-baru ini, para ilmuwan di MPS telah berhasil membuat dan mengaktifkan dengan baik reaktor fusi nuklir pertama di dunia. Riset yang dilakukan di MPS sangat intensif, fundamental dan Cutting-edge. Dengan dana riset yang cukup besar dan didukung oleh para ilmuwan dan staf ahli yang merupakan pioneer di bidangnya dari berbagai belahan dunia, MPS telah menjelma menjadi institusi riset dan asosiasi ilmuwan serta intelektual paling prestisius di dunia sejak abad ke 20.

Sebagai institusi riset, MPS memiliki program yang membuka kesempatan bagi talenta muda berbakat dari seluruh dunia untuk terlibat aktif dalam forefront research yang sedang dilakukan di MPS dengan menjadi mahasiswa PhD dalam program International Max Planck research school (IMPRS). Ada berbagai jenis IMPRS yang semuanya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar dan berdurasi selama 3 tahun. IMPRS memberikan gaji dalam bentuk beasiswa bebas pajak yang cukup besar di bandingkan mayoritas skema beasiswa lain. Rata-rata Gaji yang diterima oleh mahasiswa doktoral IMPRS di tahun 2015 saat ini berkisar pada 1400 euro. Untuk mahasiswa yang telah berkeluarga, beberapa program dalam IMPRS umumnya memberikan tunjangan keluarga dalam jumlah tertentu.

Saat ini, ada 60 cabang IMPRS; 26 di bidang kimia, fisika dan teknologi, 23 di bidang biologi dan kedokteran serta 11 di bidang humanity dan Ilmu Sosial . IMPRS didirikan oleh salah satu atau beberapa institute dalam MPS yang saling bekerjasama. IMPRS memiliki kerjasama yang kuat dengan universitas-universitas dan lembaga penelitian lain di Jerman dan seluruh dunia. Mahasiswa PhD di IMPRS akan mendapatkan interdisciplinary course serta ijazah dari salah satu universitas yang bekerjasama dengan program IMPRS sedangkan risetnya dilakukan di salah satu institut MPS . Hal ini memungkinkan mahasiswa membangun jaringan professional yang kuat baik dari pihak universitas, MPS maupun industri dan lembaga riset lain yang terkait dengan program IMPRS tersebut. Mahasiswa IMPRS juga akan memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai peralatan dan bahan high-tech terkini untuk mendukung risetnya. Selengkapnya, berikut link IMPRS dalam Bahasa inggris https://www.mpg.de/en/imprs.

Persaingan untuk mendapatkan tempat di IMPRS dikenal sangat ketat dan memiliki beberapa tahapan seleksi termasuk seleksi akhir dimana kandidat terkuat akan diundang datang langsung ke tempat institut yang menaungi IMPRS yang dilamar untuk menjalani proses seleksi akhir face to face dengan calon pembimbing dan tim-nya. Semua biaya perjalanan akan ditanggung pihak IMPRS. Setiap program di IMPRS memiliki jadwal rekrutmen tersendiri namun rata-rata memulai program riset pada winter semester di bulan oktober.

Pada akhirnya, reputasi MPS membuat lulusan IMPRS akan memiliki posisi dan daya tawar tinggi dalam karir baik di bidang akademis maupun industri di belahan dunia manapun. Bahkan Alumni IMPRS memiliki kesempatan besar untuk langsung melanjutkan karir di MPS sebagai Post Doctoral staff maupun Junior Scientist. IMPRS dapat menjadi menjadi salah satu pilihan utama bagi lulusan master dari Indonesia yang ingin melanjutkan sekolah hingga ke taraf PhD ke institusi yang prestisius selain beasiswa dari pemerintah Indonesia sendiri tentunya.

Choirul Musfiqin
PK33

Silaturrahim FORMAL Jerman – Januari 2016

“Barangsiapa ingin diluaskan rezeki nya, dan dimakmurkan usianya, hendaklah ia bersilaturrahim”

 

Tahun 2016 diawali dengan hal yang luar biasa bagi para awardee LPDP di Jerman. Bagaimana tidak, karena pada tanggal 2 hingga 5 Januari 2016, sekali lagi kegiatan Silaturrahim Formal sukses diadakan. Setelah pada sebelumnya kegiatan serupa diadakan di Kota Aachen, kini giliran Kota München yang menjadi lokasi kegiatan silaturrahim. Tujuan dari silaturrahim ini, tidak lain adalah untuk menjalin persaudaraan dan komunikasi antar sesama awardee yang berada di Jerman. Antusias dari teman-teman pun terlihat sejak awal karena banyak dari mereka yang mengusahakan untuk datang, meskipun sehari sebelumnya adalah hari perayaan tahun baru. Awardee yang datang pun mencapai puluhan jumlahnya.

 

Rencana Kegiatan Silaturrahim
Kegiatan Silaturrahim FORMAL-Januari 2016

 

Kegiatan silaturrahim ini didominasi dengan kegiatan berkunjung mengelilingi destinasi wisata favorit di Kota München.

  • Tanggal 2 Januari diagendakan sebagai hari kedatangan bagi awardee LPDP di Jerman yang juga merupakan anggota FORMAL. Tim tuan rumah dengan ramahnya menyambut mereka dan menjemput masing-masing rombongan di stasiun kedatangan, baik di Hauptbahnhof (main station) atau Zentraler Omnibus-Bahnhof (ZOB).
  • Pada tanggal 3 Januari, kegiatan yang dilakukan adalah mengunjungi Aldstadt, Nymphenburg Schloss, dan Stadion Allianz Arena. Pada malam harinya, kegiatan dilanjutkan dengan acara makan bersama di PM3, yang menjadi lokasi utama kegiatan Silaturrahim. Kegiatan makan bersama merupakan salah satu kegiatan yang di tunggu pada hari tersebut, mengingat suhu di ruangan terbuka yang mencapai -2 derajat celcius membuat tubuh cenderung merasa lapar. Salah satu hal yang menjadikan makan bersama semakin menyenangkan adalah terkait makanan yang tersaji, Masakan dengan cita rasa Indonesia. Perlu diketahui bahwa masakan Indonesia adalah salah satu hal yang berharga bagi WNI yang sedang merantau.
Marienplatz, Munchen
Marienplatz, Munchen
Kegiatan Diskusi
Kegiatan Diskusi FORMAL

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Kegiatan pada tanggal 4 Januari diagendakan khusus untuk mengunjungi Neuschwanstein Schloss yang berlokasi di daerah Fussen, kaki pegunungan alpen. Lokasi yang jauh menjadikan kunjungan ke lokasi tersebut memerlukan alokasi waktu yang khusus. Jarak perjalanan mencapai 2 jam menggunakan kereta “Regio” dari Kota nchen.     menuju stasiun Fussen.

 

Pemandangan pegunungan Alpen, Schwangau
Pemandangan Pegunungan Alpen, Schwangau
Selfie di Neuschwanstein Schloss
Groufies di Neuschwanstein Schloss

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Tanggal 5 Januari adalah hari terakhir kegiatan silaturahmi. Pada hari tersebut, para awardee merencanakan kegiatannya secara mandiri. Hari tersebut pula menjadi jadwal kepulangan mereka ke kota masing-masing setelah liburan di akhir tahun.
Kepulangan peserta
Kepulangan peserta di HBF

Dengan semangat baru, inspirasi dan persaudaraan yang semakin erat, para awardee siap untuk melanjutkan tugasnya untuk melakukan studi, penelitian serta berkarya di Universitas dan Kota masing-masing. Hal tersebutlah yang menjadi prioritas dan alasan mereka berada di Jerman.

Terima kasih bagi tim Internal FORMAL dan tim tuan rumah (Mas Dimas Yoga, Mas Dimas Numan, Mas Aryan, Mbak Iga) yang telah berusaha keras menjadikan kegiatan Silaturrahim sukses dan menyenangkan. Semoga kegiatan serupa selanjutnya bisa jauh lebih menyenangkan lagi. Amiin

 

 

Silaturrahim dan Muktamar Kedua FORMAL-Jerman di Aachen

Alhamdulillah, di sela-sela kesibukan anggota FORMAL-Jerman masih bisa menyempatkan diri untuk hadir pada kegiatan Silaturrahim dan Muktamar kedua FORMAL-Jerman yang diselenggarakan di Aachen pada tanggal 29 – 30 Agustus 2015. Selamat kepada Fauzan Saputra (PK-9, Master di RWTH-Aachen) sebagai Koordinator FORMAL-Jerman yang baru, semoga bisa amanah dan terima kasih kepada Leo Yulyardi (PK-2, Master di RWTH-Aachen) sebagai Koordinator FORMAL Periode 2014-2015 beserta pengurus atas pengabdiannya selama satu tahun sebelumnya. Dan juga terima kasih kepada seluruh warga FORMAL yang telah hadir dan yang tidak bisa hadir, terima kasih atas doanya. Ditunggu pada acara silaturrahim selanjutnya di kota lain.

Berikut foto-foto kegiatan selama 2 hari tersebut. Selamat menikmati.

 

Akhir kata, kami panitia Muktamar II mohon maaf kalau ada salah kata dan kekurangan dalam segala hal.

Mewakili panitia Muktamar II dan tuan rumah,

Dedi Rosa Putra Cupu